A•H•S! 15

70 8 6
                                    

"Rey! Kamu ngomong apa sama tetangga lain, sampe kamu jelek-jelekkan Tante!" bentak Sarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rey! Kamu ngomong apa sama tetangga lain, sampe kamu jelek-jelekkan Tante!" bentak Sarah.

"Kata siapa aku jelekkan Tante?" tanya Rey berusaha sebisa mungkin agar tidak terbawa emosi.

"Tante tahu, ya, kalau kamu suka ngomongin kejelekan Tante!" seru Sarah dengan nafas memburu.

"Aku mau tanya, Tan. Kapan aku ngomongin Tante seperti itu? Ada bukti gak?"

Sarah terdiam sejenak. "Alah, kamu jangan mengalihkan pembicaraan, deh," ucap Sarah. "Kamu ngaku aja kalau kamu seperti itu."

Rey menyenderkan punggungnya ke belakang tembok, dan tak lupa juga melipat kedua tangannya di depan dada. "Terus?"

Sarah bertambah emosi, melihat Rey seperti menantangnya. "Bener 'kan apa dugaan Tante. Kamu suka menyebarkan kejelekan Tante!"

Sepi. Rey tidak segera menjawab, dia masih membiarkan Sarah mengeluarkan unek-uneknya, dan akan bersuara ketika dia sudah berada di puncak emosinya. Di sini juga hanya ada Rey dan Sarah. Tadi, Sarah menarik Rey ke belakang rumah kosong yang tak jauh dari rumah Rey. Rumah kosong tersebut juga bisa dibilang angker, ada penghuninya di berbagai sudut ruangan. Sebenarnya, rumah kosong ini masih layak untuk dihuni. Namun, si pemilik rumah tidak mau menjualnya, dia hanya akan mengontrakkan saja. Rey tahu rumah itu angker juga, karena memang warga di lingkungan dia sudah tahu bahwa di dalam rumah itu terdapat jalan gaib. Mereka juga tahu karena di sini ada yang bisa melihat makhluk seperti itu.

Sarah terus saja meluapkan emosinya. Sedangkan Rey yang mendengarnya hanya bisa menguap beberapa kali, bahkan dia sampai memejamkan matanya.

Sarah mendorong bahu Rey. "Kamu denger gak, sih, apa yang Tante omongin!"

Rey sontak langsung membuka matanya karena terkejut. Dia hampir saja terlelap, saking ngantuknya. "Denger," ucap Rey dengan malasnya.

"Kamu, ya, memang beneran gak sopan sama orang tua. Bukannya kamu merenungi kesalahan kamu, ini malah asyik tidur. Gak punya adab!"

Rey menaikkan satu alisnya. "Aku gak punya adab?" tunjuk Rey pada dirinya sendiri. "Memang. Aku itu malas mendengar ocehan Tante yang gak sesuai sama faktanya."

"Perkataan kamu yang bukan faktanya!" seru Sarah.

"Aku tanya sekali lagi sama Tante. Kapan aku ngomongin Tante ke orang lain? Kapan?"

"A—anu," ucap Sarah dengan sedikit terbata. "Tante tahu dari orang lain, kalau kamu suka memutar balikkan fakta. Tante gak nyangka kamu kecil-kecil udah bisa seperti itu."

"Haha." Rey memaksakan tertawa. Dia kini berdiri dengan tegap, dan sedikit menunduk untuk melihat dengan langsung kedua bola mata Sarah. Tinggi Sarah, hanya sebatas telinga bawah Rey, makanya dia sedikit menunduk. "Aku, atau Tante yang suka memutar balikkan fakta?" bisik Rey.

Sarah langsung terdiam kaku. Entah, kemana dia yang sedari tadi berkoar-koar menuduh Rey.

"Kenapa diam, Tan? Kemana dirimu yang tadi berkoar-koar?" tanya Rey. "Mati kutu, mati gaya, atau udah skakmat cuma karena ucapan aku?"

Aku Harus Sukses! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang