"Permisi tuan, aku membawakan jus jerukmu."

Tak menunggu lama, pintu itu lantas terbuka. Dengan seseorang yang muncul dibaliknya. Tak lain dan tak bukan, orang itu adalah Jackson, putra semata wayang dari pemilik rumah mewah tempat Gina bekerja.

Masih dalam balutan bathrobe putih yang dikenakan, Jackson sempat terdiam di atas pijakannya, melirik sejenak jus jeruk yang dibawa juga seseorang yang membawanya.

"Masuklah. Letakkan itu di dekat tempat tidurku," katanya seraya membuka celah pintu lebih lebar. Tersenyum mempersilahkan Gina masuk tuk melakukan apa yang ia minta. Lalu beringsut pergi dari situ.

Gina mengangguk kecil sebelum dirinya tadi yang terdiam di ambang pintu kini melangkah masuk ke dalam kamar besar nan mewah itu dengan penuh kesopanan, dan lekas meletakan segelas jus jeruk yabg dibawanya ke atas nakas.

"Oh iya, sekalian siapkan baju gantiku," pinta Jackson yang kini sosoknya sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya.

"Ne?" Gina yang sudah berbalik dan berniat segera keluar dari kamar Jakson seketika kembali menghentikan langkahnya.

Jackson tak lekas menjawab, hanya menyungging sejenak memperlihatkan senyum manisnya. Lalu berjalan melewati Gina dan merengkuh segelas jus jeruk yang diletakkan di atas nakas tadi.

"Ambilkan pakaian tidurku di dalam lemari sana,"  tunjuknya menggunakan dagu. Dengan senyuman manis lagi di penghujung  kalimat. Terkesan ramah, namun tetap menyisakan batasan tegas mengenai sosok dirinya sebagai sang tuan majikan.

Gina mengangguk patuh lagi sebelum ia kembali membawa langkah menuju wardrobe besar yang terletak di salah satu sisi kamar, tak jauh dari tempat tidur pria itu. Dibukanya wardrobe besar itu dan lekas mencari apa yang diperintahkan secepat mungkin.

Entahlah, Gina merasa tak betah berlama-lama di dalam kamar itu dan ingin segera keluar.

Hingga sepersekian detik kemudian degup jantungnya mendadak mulai berdebar tak enak. Firasat buruk begitu kuat dirasakannya kala ia mendengar suara debuman pintu tertutup dan ceklikan suara terkunci. Membuatnya sontak menoleh dan menemukan Jackson yang baru saja mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Apa kau sudah menemukan pakaianku?"

Meski Jackson masih menyungging senyum manis di bibir, namun tak dapat dipungkiri bahwa Gina merasakan sesuatu di balik senyuman itu.

Sesuatu yang sukses membuatnya mengerjap panik. Lantas buru-buru memalingkan wajah guna memindai isi lemari dan menemukan apa yang dia cari secepat mungkin.

Gina berani bersumpah bahwa aura aneh yang mengelilingi seolah mengoyak jantungnya tuk kian berdebar tak karuan.

Sungguh, ia ingin cepat-cepat keluar dari kamar itu.

Maka piyama kotak kotak hitam putih yang sekilas tertangkap netranya lekas ia ambil. Kemudian terdiam sejenak sebelum akhirnya ia berbalik dengan rasa was-was yang begitu kentara.

Tubuh Gina sedikit tersentak kala ia berbalik dan mendapati Jackson sudah berada di belakangnya dalam jarak dekat serta raut yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kesan manis dan ramahnya hilang, tergantikan seringaian nakal yang menakutkan. Tampak seperti seekor serigala yang siap menyantap buruannya.

"Ini baju gantimu tuan." Gina berusaha mengenyahkan apa yang terjadi. Menunduk  menyodorkan piyama yang diambilnya tadi.

Hal yang justru membuat Jackson mendecih dalam seringaian. Lantas melangkahkan kaki menghampiri Gina. Mengambil pakaian yang gadis itu sodorkan. Lalu membuangnya asal kepermukaan sembari terus melangkah maju. Menyudutkan tubuh Gina hingga punggungnya menyentuh tembok.

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang