2. Lukisan Kecil

96 73 22
                                    

Artha Mahendra wijaya lengkapnya. Jajaran anak populer disekolah, anak OSIS, dan anak basket tentunya. Begitu sempurnanya Artha di mata Flora dan tentu saja itu akan semakin sulit di gapai Flora. Bukan karena kepopulerannya saja. Namun juga karena Artha adalah sahabatnya. Flora sudah menyukai Artha sejak masih di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Meskipun waktu itu bisa dibilang cinta monyet saja. Namun Flora tidak pernah mengungkapkannya.

Laki-laki tidak pernah mengerti bagaimana rasanya jadi perempuan karena tidak bisa menyatakan cinta secara langsung seperti laki laki. Karena itulah Flora lebih memilih untuk memendam perasaannya. Meskipun ia sadar kalau sampai kapan pun jika ia tidak mengatakan perasaannya Artha tidak akan tahu. Flora hanya berharap dan menunggu suatu saat Artha juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Seperti anak-anak lainnya. Flora, Sonya, Leon dan Artha sering bermain bersama. Sebagai anak laki-laki bermain bola pasti menjadi hobinya Artha. Pernah suatu ketika Artha bermain bola sendiri. Ia menendang bolanya terlalu keras. Alhasil bolanya tersangkut di pohon. Dan kebetulan dirumah hanya ada bi Eni yang sedang memasak di dapur. Artha mencoba melempari bola tersebut dengan batu-batu kecil. Berharap batu tersebut dapat mengenai bolanya dan terjatuh. Berkali-kali mencoba tetapi tidak berhasil. Saat itu Flora melewati rumah Artha ketika pulang dari les piano. Ia melihat Artha sedang berdiri dibawah pohon halaman rumahnya sambil memandang ke atas. Kebetulan pintu pagar rumahnya terbuka. Entah apa yang di lakukan Artha yang hanya berdiri diam dibawah pohon. Flora yang bingung melihat tingkah Artha akhirnya menghampiri temannya itu.
Saat itu mereka umur 10 tahun.

"Hay, Artha. kamu ngapain berdiri mematung di bawah pohon begini?" Sapa Flora.

"Flora? Biasalah, bola ku tersangkut di pohon." Jawab Artha.

"Mama sama Papa kamu kemana?" Tanya Flora.

"Lagi ke rumah Omma sama Febri. Dirumah cuma ada Bi Eni yang lagi masak di dapur." Sambil memandangi bolanya yang masih tersangkut dipohon.

"Lalu, kenapa nggak kamu ambil bolanya?" Flora terlihat bingung dengan Artha.

"Aku dari tadi udah coba nglemparin pakai batu biar bisa jatuh. Tapi nggak kena terus." Jelas Artha.

"Hah? Pakai batu? Kenapa nggak coba manjat pohonnya aja?" Celetuk si kecil Flora.

Artha terdiam. Ia tidak mungkin bilang pada Flora jika ia tidak bisa memanjat pohon.

"Jangan bilang, kamu nggak bisa manjat pohon lagi?" Flora menduga Artha tidak bisa memanjat.

"Ya bisalah, masak anak cowok nggak bisa manjat pohon. Tadi cuman nggak kepikiran aja." Artha akhirnya nekat memanjat pohon itu. Namun belum sampai di atas ia sudah terpeleset dan jatuh.

Brukk.

"Aaauww..." Dan benar Artha terjatuh.

"Artha kamu gak papa? lutut kamu berdarah. Bentar aku ambilin plester di tas ku." Flora mengambil plester di tasnya lalu memakaikannya pada Artha.

"Kamu sih pakai bohong, kalau nggak bisa manjat itu bilang. Sekarang jatuh deh. Ya udah biar aku yang ambilin bola kamu." Ujar Flora.

"Emang kamu bisa manjat?"

"Ya bisa lah, lagian ini juga pohonnya nggak terlalu tinggi. Kamu tunggu di bawah ya!"
Perintah Flora.

LEFLORA (END) ✔️Where stories live. Discover now