50.

9K 283 2
                                    

"Gimana, sudah merasa lebih baik?" Kata Arkan menhampiri isterinya setelah mengantar kepergian keluarganya yang menjenguk Keysa.

"Mmmm ...." Keysa mengangguk pelan dan mengulurkan tangannya agar Arkan memeluknya. "Sudah, tapi akan lebih merasa baikan lagi kalau kamu peluk aku." Keysa melanjudkan serta menjelaskan.

Mendengar hal itu Arkan hanya terkekeh dan tidak membuang kesempatan yang ada, berhambur memeluk Keysa dengan semangat.

"Aduh sakit!" Keysa meringis ketika tubuh besar suaminya menghantam dan memeluknya erat.

Inginnya dipeluk akan tetapi Arkan malah menangkap makna yang berbeda. Arkan mendekap dan memeluk Keysa begitu eratnya sehingga, istrinya kesulitan bernafas juga tubuhnya yang masih sakit terasa ngilu.

"Ini sih, bukan meluk tap--aduh sesak loh, sayang ...." rewel Keysa mengeluh.

Arkan mengernyit dan sedikit merasa bersalah. "Benarkah?" Tanya tidak tahu. "Padahal aku nyaman-nyaman saja meluk kamu dan biasanya kamu aku peluk gini tidak protes."

"Yah, kan beda. Kamu biasanya meluk aku waktu sehat. Lah ini pas aku lagi sakit, peluknya jangan kencangan dan dilonggarkan sedikit biar tubuhku tidak terasa remuk." Keysa menjelaskan sambil berontak mencari posisi nyaman.

Mendengar hal itu Arkan mengusap tengkuknya merasa bersalah dan tidak tahu harus apa.

"Terus aku meluknya bagaimana?" Tanya Arkan dengan nada polos membuat Keysa merasa lucu saja mendengarnya dan tersenyum geli.

Lantas Keysapun memberitahu Arkan dan mengarahkannya. Kini posisi Arkan berbaring diam sambil mengelus kepala istrinya, sementara Keysa menyandarkan kepalanya berbantalkan dada bidang suaminya sambi kedua tangannya terarah memeluk Arkan.

"Nah, ginikan enak dan nyaman." Keysa memberitahu. "Oh, iya. Kamu sudah tahu Kak Riana kemana setelah kejadian itu, yang ... aku pengen bangat ketemu dia dan mengucapkan terima kasih. Aku ingin mengobrol banyak dan menghabiskan beberapa waktu dengannya." Keysa lanjut mengungkapkan keinginannya dengan nada merengek pada Arkan.

"Riana lagi, Riana lagi dan jika bukan Riana pasti Syaniah!" Arkan memasang wajah tak suka. "Kamu kapan nanyain aku dan kapan ngomon kalau kamu ingin bersamaku terus?" Lanjut Arkan protes membuat Keysa mendongak memperhatikan raut wajah suami.

"Bukan begitu, kamu sendiri tahu kalau dirimu tidak bisa menemaniku setiap detiknya, sebab kamu harus pergi bekerja. Interaksi manusiapun bukan hanya perlu dengan pasangannya saja, tetapi perlu juga dengan keluarga, kerabat, rekan kerja dan orang lainnya." Keysa berkata menjelaskan pada suaminya.

"Oh, jadi kamu mau bilang, kamu bosan sama aku." Arkan merajuk sontak menyingkirkan kepala Keysa dari atas kepalanya dan berbalik membelakanginya.

Melihat itu Keysa mengambil nafasnya panjang. Astaga suami ini benar-benar kekanakan dan membuatnya harus banyak bersabar. Arkan sudah mirip wanita PMS saja, senggol dikit bacot.

Keysa mengalah dan mengulurkan tangannya memeluk suaminya dari belakang.

"Aku lagi sakit, loh. Masa kamu tega ambekin aku begini. Lagian aku tidak bermaksud begitu. Aku suka dan sangat teramat senang bersamamu terus setiap saat, melebih senang bersama siapapun di dunia ini, tanpa diucapkan lewat kata-kata harusnya kamu mengetahui hal itu. Aku sayang kepadamu, sangat-sangat sayang, bahkan sampai tidak memperdulikan seberapa berengseknya kamu dulu dan tidak perduli terhadap ucapan Linda bahwa kalian telah memiliki seorang anak." Keysa membujuk Arkan dengan sabar.

Namun bukannya Arkan luluh, tapi ia malah mendengus kasar.

"Tuhkan kamu masih tidak mempercayaiku dan masih mempercayai orang lain. Sampai sekarang kamu masih mengungkit masa lalu dan menuduhku berengsek." Arkan menjawab sambil beranjak duduk dikuti Keysa.

Unwanted Love [Lengkap]Where stories live. Discover now