[PART LENGKAP!]
Zara Aletha Meira. Perempuan dengan segala kelebihan yang ia punya. Ia cantik, ceria, pintar, bahkan famous disekolahnya. Tidak heran, jika banyak laki-laki yang kagum dan mengejarnya. Tapi, sikapnya yang dingin terhadap laki-laki me...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ada yang lebih kuat dari usaha manusia, yaitu Takdir Yang Maha Kuasa."
~Reyga Adelard
Seorang gadis terlihat hanya duduk santai sendiri di satu meja dengan membaca buku yang ada di tangannya, dan juga menggunakan earphone seakan ia terhanyut dalam suatu cerita yang ia baca dan tak ingin di ganggu siapapun.
Suasana caffe cukup ramai, tapi tidak dengan suasana hati perempuan berambut panjang itu.
Ia sendiri, kesepian.
Hari-harinya kelabu, datar, tak ada yang spesial, tertawa saja rasanya sulit untuk dilakukan. Tidak, bukan sulit tertawa. Hanya saja, sulit untuk tertawa lepas dan nyata seperti dulu.
Kini aku, kesepian ...
Kamu dan segala kenangan ...
Menyatu dalam waktu yang berjalan ...
Dan aku kini sendirian ...
Menatap dirimu, hanya bayangan ...
Tak ada yang lebih pedih ...
Daripada kehilangan dirimu ...
Rasaku tak mungkin berakhir ...
Sampai mati, hanya cinta padamu ...
Ku mencintaimu ...
Kamu ...
Dan ... kenangan ....
Alunan lagu itu terus berputar di kepala Zara. Lagu ini, lagu yang selalu ia dengarkan setiap saat, setiap waktu luangnya, dan setiap ia merindukan sosok yang tiga tahun lalu meninggalkannya.
Karena setiap lirik lagu itu, mewakili isi hatinya. Setiap ia mendengar lagu itu, ia merasakan sosok itu kembali hadir dengan nyata di sisinya.
Kemudian ia meletakkan buku yang ia baca diatas meja, lalu ia mengambil dan mulai meminum kopi yang ia pesan tadi perlahan.
Ia kembali terfokus pada buku itu, yang ia baca tadi adalah buku hariannya. Ia membuka halaman dimana yang dia rasakan dulu. Tepatnya tiga tahun yang lalu.
Kenapa tiba-tiba dia deketin gue, ya? Mana ngeselin banget pas nyuruh milih eskrim, tapi lucu, gue sampe nahan tawa. Dih apaandah.