4

13 0 0
                                    

Ini adalah minggu ketiga ku di sini, dan sejauh ini, aku harus mengaku kalau ini tidak tepatnya seperti berjalan-jalan di taman. Aku tahu sebelumya aku belum bercerita dari mana aku dan ke mana aku dipindahkan, jadi aku akan memberi tahu kalian sekarang. Aku dilahirkan di New Orleans, lalu berpindah ke Baton Rouge karena ayah ku mendapatkan pekerjaan baru saat aku berusia 5 tahun, lalu kembali ke New Orleans setelah perceraian mereka final, dan sekarang aku dipindahkan ke Chicago, jauh dari Louisiana, tapi aku sama sekali tidak keberatan.

Okay, itu tidak sepenuhnya benar, ada sebuah rasa berat, tapi itu bukan karena aku harus meninggalkan ibu ku atau tanah kelahiran ku. Yang memberatkan ku adalah pekerjaan ku. Aku suka apa yang aku lakukan, aku menikmatinya, dan meninggalkan Louisiana, lebih tepatnya New Orleans, menghentikan sumber pendapatan ku yang aku nikmati. Tapi, aku melihat kalau aku terus bertahan hanya karena hal itu, apa yang akan terjadi dengan masa depan ku? Aku harus mengambil resiko! Aku memintanya, dan aku mendapatkannya, Chicago adalah kota pertama yang ditawarkan, dan aku bahkan tidak menunggu sehari untuk mempertimbangkannya, aku langsung mengambil kesempatan pertama ku untuk meninggalkan neraka itu. Kalau saja aku tahu kalau neraka akan mengikuti ku menyebrangi negara bagian dan mengambil bentuk dan identitas lain, aku akan tetap tinggal di New Orleans dan berusaha untuk mengambil jalur emansipasi.

Namun seperti yang sudah aku katakan, aku mengambil resiko saat memutuskan untuk datang kemari, dan sekarang, aku harus menerima hidup dengan konsekuensinya. Kalau ini akan membuat situasi menjadi lebih baik, setidaknya di sini, di Chicago, di bawah atap mewah keluarga Bricklin, nyawa ku tidak terus terancam setiap harinya, walaupun aku tidak yakin dengan kesehatan mental ku.

Membicarakan minggu ketiga, biarkan aku merecap apa yang telah terjadi. Setelah pesta di hari pertama sekolah, dimana aku pura-pura terlalu mabuk sebagai sebuah ujian, Pope mengajak ku kencan keesokan harinya di sekolah, di tengah-tengah kelas sejarah Ms. Coklin, aku mengatakan ya. Setelah kelas itu selesai, serangan fisik pertama terjadi, aku didorong menabrak loker oleh seseorang, saat aku menoleh, aku melihat yang melakukannya adalah salah satu minion dari Chili. Serangan kedua terjadi saat jam makan siang, trik klasik menyandung seseorang saat membawa nampan berisi makanan, sayangnya mereka tidak mendapatkan pertunjukan apapun, karena aku tidak terjatuh seperti yang diperkirakan, aku bergerak menyingkir dari jangkauan kaki jahil itu. Itu adalah serangan terakhir di hari itu, tentu saja, jangan khawatir, masih ada hari selanjutnya dan serangan lainnya.

Hari selanjutnya, aku mendapatkan hidung berdarah dari bola basket, untungnya, menurut suster sekolah tidak ada tulang yang retak. Hari selanjutnya sandungan lainnya dan beberapa bisikan kasar dan batuk palsu. Jumat adalah hari terburuk, tidak hanya aku menemukan ikan busuk di loker ku saat aku datang pagi, tapi juga kepala ku terbentur lantai saat seseorang berpikir menendang belakang kaki ku sebagai hal yang lucu, dan seperti itu belum cukup, Olivia mencoba membunuh ku saat ia menahan kepala ku di bawah air toilet. Menjijikkan. Lalu saat jam pulang, seperti dunia membenci ku, hujan turun deras, aku melupakan payung ku, dan aku tertinggal bus yang menuju arah rumah akibat harus mengambil kembali HP ku yang Alice curi dan membuatnya disita saat ia "tertangkap" menggunakan HP di kelas.

Satu-satunya yang membuat Jumat ku tidak berakhir begitu buruk adalah kencan dengan Pope, yang sangat menyenangkan. Dia mengajak ku bermain mini golf, lalu memenangkan ku sebuah boneka hiu sepanjang lengan ku dari arcade, dan menutup kencan dengan sebuah makan malam di sebuah dinner kecil tak jauh dari tempat mini golf. Semua aspek dari kencan ini terasa begitu simple, tapi entah kenapa begitu menyenangkan. Saat ia mengantar ku kembali pulang, aku mengira ia akan mencium bibir ku, tapi nyatanya, yang ia lakukan hanya mengecup pipi ku. Antara ia adalah pengecut atau ia menghargai ku untuk tidak melakukan sesuatu yang terlalu jauh. Yang manapun keadaan sebenarnya, aku kecewa dengan akhir yang terasa begitu datar ini.

Untuk mempersingkat cerita, 2 minggu selanjutnya diisikan dengan sesuatu yang tidak pantas berada di loker sekolah ku, swirly lainnya dari Chili—dan itu termasuk dari Ellie—sandungan dan tabrakan keras lainnya, batuk palsu dan kalimat menusuk, dan prank-prank lainnya yang aku tidak ingin sebutkan. Tapi walaupun dengan semua itu, Pope dan Lily tetap setia disisi ku, mereka berdua adalah satu-satunya hal baik dalam dua minggu ku. Well, mereka dan alkohol nonstop yang disediakan di pesta yang sudah dua Jumat kemarin Ace adakan di rumah.

Yang membawa kita ke Jumat minggu ini. Aku kira akan ada pesta lainnya di rumah, tapi Lily memberi tahu ku kalau minggu ini, pesta akan diadakan di rumah Cain, yang ternyata hanya 5 rumah dari kediaman Bricklin, yang merupakan hal luar biasa, karena sekarang aku tidak perlu khawatir ada tamu mabuk yang akan memasuki kamar ku dan menodai kasur ku dengan... kau tahu apa.

««»»

Bukan hal sulit menemukan rumah Cain, berlimpahnya parkiran mobil dan musik yang menggebu sudah cukup menandakan, tantangan yang sesungguhnya adalah apakah aku bisa memasuki rumahnya atau tidak. Karena aku mendengar sang penjaga—ya, ada penjaga seperti sebuah nightclub atau semacamnya—menolak tamu yang terlihat sangat siap untuk pesta dan berpakaian menarik, tidak hanya mereka, tapi juga beberapa tamu-tamu lainnya. Aku bahkan melihat Pope ditolak memasuki rumah! Berjaga-jaga tidak ingin mendapatkan nasib yang sama, aku mengarahkan tubuh ku menjauhinya saat ia bergerak semakin mendekat dan bernafas lega saat aku melihat ia telah bergerak menjauh.

Saat giliran ku akhirnya datang, sang penjaga sudah bersiap untuk menolak ku kalau saja tidak Lily muncul entah dari mana dan membawa ku masuk tanpa berkedip atau menghiraukan si penjaga.

"Sama-sama," ucap Lily setelah melewati pintu, "sekarang silakan kau bersenang-senang," lanjutnya mendorong ku menjauh

"Kemana kau akan pergi?" Tanya ku kembali mendekatinya

"Aku memiliki janji," balasnya mengedipkan matanya, "janji yang tidak membutuhkan roda ketiga."

"Geez, kau terlalu keren untuk menjadi teman ku!" Balas ku asal

"Nah, kau membuat gelombang dalam hidup datar ku di balik bayang-bayang Ellie," ucap Lily yakin, "yang aku tidak begitu keberatan, jujur."

"Pergi temui janji mu!" Kali ini aku yang mengusir, yang membuat Lily melepas tawa lantang, tapi dikondisi pesta seperti ini, tidak ada yang perduli dengan tawa lantangnya

Setelah Lily menghilang, aku berpetualang mencari sumber alkohol. Di pesta Ace, seluruh alkohol akan ditempatkan di dapur dengan penjaga yang benar-benar akan menghentikan mu dari mengambil alkohol lainnya saat kau sudah terlihat terlalu mabuk dan menggiring mu ke sebuah kamar dengan kunci untuk menghilangkan mabuk mu sebelum pulang. Jujur, aku tidak pernah mendatangi sebuah pesta yang lebih bertanggungjawab dari itu.

"Hey, Carl," sapa ku, "apa kau pernah berhenti berjaga dan menikmati pestanya?"

"Titans membayar ku untuk tetap sadar, Jaz," balasnya tersenyum miring, "ambil minuman mu dan nikmati pestanya."

"Tunggu, mereka membayar mu untuk ini?" Tanya ku terkejut

"Tentu saja!" Carl mengangkat bahunya

"Keren..." aku mengagguk lalu kembali meninggalkan dapur

Aku tahu Carl bukan siswa Baxterview, tapi aku juga tahu ia tidak jauh lebih tua dari tamu-tamu di sini. Walaupun dia memang kurang lebih menjadi chaperone di pesta rumahan dengan konsumsi alkohol di bawah umur, aku perhatikan dari 3 pesta yang sebelumnya sudah ku hadiri, satu-satunya saat ia bertingkah adalah saat seorang gadis terlihat terlalu mabuk, selain dari itu, ia hanya berdiam cuek di dekat deck gentong alkohol.

Bergerak menuju lantai dansa, aku bergabung dengan para tamu yang menari mengikuti dentuman tempo dari lagu yang bermain. Apa yang aku suka dari lantai dansa adalah tidak ada yang peduli siapa kau di luar lantai ini karena mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka, antara itu bercumbu dengan sesorang, menikmati irama lagu, atau memang dia sudah hilang dari kenyataan. Jadi, lantai dansa adalah tempat teraman yang bisa ku datangi saat ini dengan situasi ku yang menjadi target peloncoan di sekolah.

Life As Of All The What IfsWhere stories live. Discover now