Diam.

"Vin, pulang yuk." ajaknya mencoba memecah keheningan. Bukannya kata iya yang ia dapat, justru penolakan yang ia terima.

"Pulang sendiri."

"Yah, kok gitu? Kan mama udah pesen sama kita buat pulang bareng."

"Gue nggak peduli."

"Ih, jangan gitu, ayok pulang. Ya, ya?" Pinta Arra memohon.

Alvin berdecih malas, "Gue bilang pulang sendiri! Lo budek apa?!"

"Kalo gue pulang sendiri pake apa?"

"Bukan urusan gue." Arra menghela nafas panjang. Tak sengaja matanya melihat sekeliling dan menemukan sosok yang ia kenal di seberang sana.

'Itu kayak Bella, sama siapa?' batinnya seraya menelisik lebih dalam sosok itu.

"Vin..."

Diam.

"Ck Alvin!" panggil Arra sedikit menekan, membuat Alvin yang tenang langsung mengusap surainya kasar.

"Apa sih?!" Decak Alvin.

"Jangan marah dulu, lo nunggu Bella?"

"Bukan urusan lo."

"Gue nanya aelah, noh si Bella pulang sama cowok lain. Mendingan lo sama gue aja, ya 'kan?" Alvin tak menjawab, matanya justru menatap ke arah yang Arra tunjuk.

"Iya 'kan? Itu si Bella 'kan?" lanjut Arra. Alvin diam, tiba-tiba saja lelaki itu menyalakan motor dan melenggang tanpa pamitan dengan Arra.

Arra yang di samping tersadar jika ia ditinggal, "Eh kok gue ditinggal? Vin!" Alvin tetap menjalankan motornya sampai bayangan lelaki itu lenyap di pandangan Arra.

"Yah jahat banget, sih, jadi cowok!" gerutu Arra, menendang batu-batu kecil di sekeliling.

Saat ia ingin melangkah pergi, tiba-tiba saja suara klakson motor dari belakang membuatnya terkejut.

TIN TIN

"Alah copot---" pekik Arra sembari memegang dadanya.

Lelaki di belakangnya langsung terkekeh pelan, "Hai, Ra." sapa lelaki itu.

Arra membalikkan badan menatap lelaki yang membunyikan klaksonnya tanpa sopan, "Eh-- lo Sen, gue kira siapa. Baru aja gue mau marah."

"Sorry, Ra. Kenceng, ya, suaranya?"

"Banget lah, kaget gue."

Ersen kembali terkekeh, "Sorry deh, gak pulang lo?"

"Lo nggak liat? Kaki gue berdiri apa duduk?"

"Iya-iya Arra... Mau bareng nggak?" Tawar Ersen, membuat mata Arra berbinar.

"Beneran nih? Nggak ngerepotin?"

"Santai aja."

"Oke deh, thanks, ya." Ersen mengangguk, Arra langsung menaiki motor gede Ersen. Tak lupa memakai helm yang terbiasa bergelantung di belakang motor lelaki itu.

"Udah?" Tanya Ersen lembut.

"Udah."

"Pegangan belum?"

"Santai aja gue nggak bakalan jatuh kali."

"Beneran nggak jatuh?"

Arra memutar bola mata malas, "Iya Ersen... Buru ih."

"Iya-iya." setelah mengatakan itu, Ersen kembali menjalankan motornya meninggalkan area sekolah.

Suasana jalan begitu damai, biarpun panas, tapi Arra tak masalah. Ersen yang melihat senyum gadis itu dari kaca spion diam-diam ikut tersenyum. Pasalnya, senyum gadis itu terlihat manis.

I'm Not Parasite [END] PROSES PENERBITANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang