Canistopia - XIX

Mulai dari awal
                                    

"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri, Sean."

"Ayolah, aku juga membelikanmu sesuatu," bujuk Sean.

Mike memicingkan mata kemudian merubah ekspresinya menjadi antusias dalam sekejap. "Benarkah? Setuju!"

"Kami sudah selesai. Sampai bertemu lagi nanti!" pamit Sean yang beranjak pergi bersama Mike.

Chris dan Matt saling melirik dalam diam, di sisi lain Daves terlihat melap bibirnya dan masih mengunyah dengan tak minat.

"Tiada hari tanpa keributan," celetuk Chris.

Matt mengangguk setuju. "Ketiganya tidak ada yang mengalah. Ku harap suatu hari nanti mereka bisa lebih dekat. Setidaknya Sean bisa meredakan mereka untuk saat ini."

"Katakan sesuatu, Daves."

Daves menoleh malas. "Apa yang harus aku katakan, Chris? Aku setuju dengan kalian."

"Kau ini lebih tua dari kami, maka-"

"Kau tidak dengar Fred? Kita tidak pernah mempermasalahkan usia."

Matt hampir tersedak dari makanannya, ia menatap miring pada Daves. "Sejak kapan kau tidak peduli usia? Kau selau mengomel dan berkata kalau kau ini lebih tua."

"Aku hanya mengatakan kalimat itu kalau kalian sudah kelewatan! Jadi aku mengingatkan!" omel Daves.

Chris mencibir mendengarnya. "Aku dan kau hanya berbeda satu tahun."

"Lagi pula aku tidak banyak memarahimu. Kau bahkan lebih sering hibernasi di kamar," balas Daves. "Tetapi ku harap kau berubah tahun depan."

"Tahun depan?!"

"Eii, ini sudah akhir tahun. Tidak ingat?"

Sementara mereka berdebat, di lain sisi kastil, Damien terus berusaha mengejar Fred. Ia melewati lorong perpustakaan yang juga tersambung ke arah halaman belakang. Benar saja, Fred ada di teras sana.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Fred dingin.

"Aku penasaran, kenapa kau sangat marah pa-" Kalimat Damien terhenti kala ia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Ia yakin, rasa sakit yang dirasakannya saat ini sangat berbeda dengan yang sebelumnya ketika sisi wolf mengambil alih. "Fred-" Damien menahan diri untuk tidak merintih, namun gagal. Tubuhnya terasa panas bagaikan seluruh darah yang mengalir di dalamnya mendidih. Selain itu, ia merasa tulang-tulangnya sangat sakit juga kepalanya begitu pusing. Apakah ini masih termasuk ke dalam fase perubahan seorang newborn?

Fred menatap Damien dalam diam, menyaksikan si newborn yang mulai merosot turun hingga tubuhnya berlutut. Seolah tuli, ia mengabaikan rintihan yang didengarnya. Seolah buta, ia juga mengabaikan seseorang yang kesakitan dihadapannya.

"Fred-"

"Sakit?" sela Fred.

"Tolong ... panggilkan Matt ...," pinta Damien dengan peluh yang mengucur. "atau S-Sean."

"Kenapa aku harus memanggilkan mereka untukmu?"

Tanpa sadar di ujung pilar seseorang sedang memperhatikan keduanya dengan tangan terlipat di dada. "Ah, bersenang-senang di siang hari? Fred?"

Fred sontak berbalik, mencari tahu siapa pemilik suara yang sudah mengganggu kegiatannya barusan.

"K-Kevin?"

Kevin mengangguk kecil, ia berjalan mendekat seraya merubah posisi tangannya yang kini mengait ke belakang. "Sedang apa?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak punya rumah?" kesal Fred.

CanistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang