O7 - Reason

156 45 38
                                    

O7. Reason

"Tanpa alasan, semuanya terjadi begitu saja, termasuk perasaan ini untuk dia."

———

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

———

Sejak kejadian kemarin, Athaya dan Deva menjadi canggung. Deva yang selalu berusaha meminta maaf, dan Athaya yang selalu menjaga jarak. Bahkan ketika mereka tidak sengaja bertemu, Athaya hanya diam tertunduk tidak berani menatap Deva. Bahkan teman-temannya juga sudah membujuk Athaya untuk bicara sebentar pada Deva, tapi gadis itu terus menolak dengan seribu alasan.

Dan sekarang Athaya sedang terlamun di taman sekolah sambil memakam ice creamnya. Athaya sedang terhanyut di memori kejadian kemarin ketika Deva menggamparnya. Athaya tahu dia tidak sengaja, dan salahnya juga ia nekat memisahkan dua cowok yang sama-sama sedang tersulut emosinya. Tapi perlakuan Deva kemarin benar-benar diluar ekspetasi nya.

"Thaya." Panggil seseorang dengan suara lembut.

Athaya yang tahu siapa dia, tidak menjawab dan tetap menatap lurus kedepan. Karena tahu Athaya sedang menyuekinya, cowok bername tag Deva Gevian Reynand itu ikut duduk di samping Athaya.

"Tha, gue mau minta maaf. Gue tau kemarin gue salah, tapi kemarin gue benar-benar gak bisa ngendaliin diri gue sendiri Tha." Ujar Deva yang benar-benar menyesali perbuatannya.

Athaya masih terdiam, tapi ia benar-benar mengasah perkataan Deva di otaknya. Sebelum memaafkan Deva, Athaya ingin mendengarkan apa alasannya sampai-sampai bisa bertengkar hebat bersama Raka kemarin. Bahkan masih ada luka lebam di pipi Deva dan di ujung bibirnya.

"Kenapa bisa berantem sama Raka kayak gitu? Kemakan omongan sendiri atau gimana?"

Deva menoleh, ia bernafas lega ketika Athaya akhirnya mau membuka suara dan berbicara padanya. "Jadi kemarin gue tiba-tiba ditarik sama Shila ke belakang sekolah. Dia nanya-nanya tentang lo ke gue, ngomongin lo yang jelek-jelek. Sampai di titik dia udah keterlaluan, dan gue hampir aja mukul Shila, sampe gue tahan ego gue karena dia perempuan. Terus Raka tiba-tiba dateng main pukul aja, mungkin dia ngeliat gue hampir mukul Shila. Gue gak bakal berantem hebat tanpa alasan Tha, buang-buang waktu juga."

Athaya terdiam, jadi alasan Deva baku hantam karena membela dirinya. Athaya tersentuh, tapi di sisi lain ia juga masih membayangkan betapa malu dan sakitnya ketika Deva menamparnya di depan semua orang. Dan semenjak saat itu juga dia menjadi bahan omongan dimana-mana. "Makasih Deva, tapi besok-besok kalo Shila ngomong yang aneh-aneh tentang gue, lo diemin aja, gausah lo saring pake emosi. Anaknya emang begitu."

Deva mengangguk, lalu menatap Athaya sambil tersenyum. Deva benar-benar menyayangi Athaya, ia selalu melihat Athaya sebagai adiknya yang penuh dengan kecerobohan. Adik. Deva hanya menganggap Athaya seperti adiknya, tidak lebih.

MEMORIES OF THE PASTWhere stories live. Discover now