🍀X : Ras Ganjil (b)🍀

946 281 70
                                    

Radit merogoh tali tambang berukuran sedang dari tas, lalu mengikatnya di batang pohon yang masih kecil, kira-kira setinggi siswa itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Radit merogoh tali tambang berukuran sedang dari tas, lalu mengikatnya di batang pohon yang masih kecil, kira-kira setinggi siswa itu.

Aku mengerutkan dahi melihatnya membuat simpul pita. "Buat apa?"

Dia memotong sisa tali. "Tanda. Kalau-kalau kita nyasar."

Dia melakukan itu setiap beberapa meter ke pohon yang tingginya sama. Akhirnya, kami melewati pohon pinus terakhir saat langit senja sudah pergi satu jam yang lalu. Layaknya suara di malam musim panas, jangkrik, kumbang, dan burung hantu menyaringkan suara, mengadu tentang siapa yang paling berisik di antara mereka. Kodok ikut berkompetisi walau suaranya nyaris tidak terdengar.

Selain kegaduhan hutan di belakang kami, suara riak lembut dari sungai berkerikil warna-warni di tepi hutan ikut memeriahkan sekitar. Kudekati arus air jernih serta dangkal itu dengan terpukau dan penasaran. Setelah melepas senter di genggaman, menaruhnya di samping kaki, aku berjongkok, menangkup air di tangan, lalu meminumnya.

"Jangan, air itu beracun!"

Aku tersedak. Kutolehkan kepala ke belakang sambil batuk-batuk.

Radit menarik kantung mata kanannya ke bawah, dan sedikit menjulurkan lidah. "Aku cuma mau bilang kalau kamu mesti hati-hati di dekat air pas malam-malam," lanjutnya.

"Bilanginnya yang santai, dong! Heboh banget kaya kodok teriak," kesalku.

Saatnya unboxing peralatan camping dari Iredale yang kami bawa di dalam tas punggung putih.

Jangan salah, tas ini memang berukuran wajar, tapi ruang penyimpanan di dalamnya tidak wajar. Kalian bisa memasukkan potongan batang pohon untuk api unggun tanpa merasa berat ketika menentengnya, bahkan tasnya pun tidak terlihat penuh. Aku yakin ini adalah tas dengan black hole di dalamnya—tidak ada yang tidak mungkin dengan kemampuan teknologi Iredale.

Radit sepakat untuk membawa peralatan berkemah dan senjata—pisau laser dan pisau biasa—, serta bahan makanan di tasnya, sementara aku membawa alat masak, selimut dan pakaian.

Tenda dari Iredale mirip kain bahan licin mengkilap. Radit membuka lipatan tenda lipat itu sambil mengerutkan dahi. Sedetik kemudian, tenda terpental ke atas, mengembang sendiri di udara dan jatuh ke atas kerikil ketika semua bagian yang terlipat terbuka dan membentuk kotak raksasa.

"Aaah, ini sistemnya mirip keranjang lipat buat baju kotor yang ada di rumah," gumamku sambil mengusap dada karena terkejut.

Tenda itu bisa muat untuk enam orang. Ada kail di langit-langit tenda untuk menggantung lentera dan bagian alasnya terasa empuk.

Selagi aku menyalakan api tuk membakar arang di kompor arang, Radit keluar dari sungai dengan pakaian yang menempel di badan. Dia menyisir rambut basah ke belakang, menyodorkan ikan gemuk bersirip kuning yang menggelepar di tangan. "Kamu bisa nyiangin ikan?"

Anehnya aku mengangguk patuh.

"Baju ganti ada di tas kamu, kan?" Radit berlalu masuk ke tenda untuk mengganti pakaian, meninggalkanku yang sejak tadi lupa berkedip dan bernapas.

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Where stories live. Discover now