🍀I : Menguntit Saga (c)🍀

3.5K 721 357
                                    


Seperti yang bisa kalian duga, aku mulai menanyai orang-orang di sekitarku tentang Saga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang bisa kalian duga, aku mulai menanyai orang-orang di sekitarku tentang Saga. Saat jam istirahat, aku iseng bertanya pada Yuan. Responsnya tidak karuan.

Dengan tatapan syok, dia berkata begitu cepat, "kamu menyerah soal Radit, Na? Kenapa? Saga lumayan keren walaupun dia enggak se-perfect Radit. Nilainya biasa aja, gak ikutan ekskul, gak sepopuler Radit. Tau gak? Radit itu lebih pendek dari Saga, tapi dia manis. Makanya banyak yang suka sama dia, termasuk kamu, Na."

Intinya Yuan tidak membantuku.

Aku beralih ke salah satu siswa di kelas kami, kulihat dia cukup dekat dengan Saga. Namanya Silver. Sayangnya, dia juga tak bisa membantuku. Dia bilang aku harus memberikannya dua puluh ribu sebagai uang tutup mulut dan apresiasi. Tentu saja aku tidak memberikannya.

Kini aku mengistirahatkan diri sampil memandang taman herbal di lantai bawah, di depan kantor guru, sambil berpangku tangan pada pembatas lantai dua. Di taman terdapat tempat duduk dari semen dan keramik yang di kelilingi pot tanaman herbal.

Saga ada di sana, memperhatikan siswa lain berkelakar. Dia duduk membelakangiku, memamerkan rambut tebal hitam lurusnya yang berkilau sehat—aku tebak dia pakai sampo *ifebouy .

Haaa, aku memang tidak cocok jadi penyelidik. Gen 'bicara dengan banyak orang asing' tidak terdapat dalam DNA-ku dan jika aku berbuat demikian, aku bakal kelelahan dalam segi energi dan emosi.

"Ada masalah?"

Aku terlonjak. Aku yakin wajahku sangat konyol sekarang dan Radit yang mengagetiku terkekeh.

"Kayaknya kamu ada masalah, Anna," ucapnya.

Ya Tuhan ... Dia memanggilku dengan akrab. Seorang Radit tiba-tiba saja memanggilku 'Anna'!

"Aku?" kataku dengan suara bagai kucing yang ekornya terinjak. Aku langsung berdeham, mengontrol diriku dengan tidak bersikap konyol.

Radit mengangguk. Dia ikut berpangku tangan, badannya dicondongkan ke depan. "Apa aku boleh membantumu?"

Aku menggeleng pelan sambil berkata, "Enggak, terima kasih. Aku tak punya masalah."

Kurasakan dia menatapku lamat dari ekor mata. "Beneran? Aku dengar dari Silver kalau kamu tanya soal Saga sama dia. Ada apa memangnya??"

Aku merapatkan bibir. Silver! Aku baru ingat mulutnya itu seperti ember bocor.

Aku menoleh, mencoba tertawa santai, tapi yang terdengar lebih mirip tawaan ayam jago. "Enggak, kok."

Laki-laki berlesung pipi itu meluruskan pandangannya, melihat ke arah Saga. Setelah dipikir-pikir lagi, aku setuju dengan Yuan. Radit itu laki-laki yang Imut, tidak cuma tampan.

Tuh, kan, aku jadi semakin suka melihatnya.

"Saga orangnya baik, kok. Kalau kamu bermaksud ingin mengenalnya lebih dekat. Cuma ...," Dia mendengus tawa sejenak. "Omongannya agak ngelantur kadang-kadang. Jadi, kamu maklumin aja."

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang