🍀 XII : Memori Asing (b)🍀

782 208 29
                                    

Kupikir hari ini akan lebih baik dibanding hari sebelumnya, ternyata salah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kupikir hari ini akan lebih baik dibanding hari sebelumnya, ternyata salah. Aku memang tidak diinfus lagi, tapi aku harus berbaring lagi di kasur ruang rawat bawah tanah yang mulai terasa sumpek, sampai demam dan pusingku turun.

Lucu sekali, aku yang biasanya lebih suka berada di dalam ruangan kini ingin sekali ke luar, tidur di bawah langit cerah dan kanopi hijau dari daun-daun pohon.

Aaa, membayangkannya saja sangat menenangkan.

Kalau aku tidak pingsan, aku ingin mengecek kamar Saga, memastikan dirinya yang 'dikurung' di sini. Sulit dipercaya, kenapa pula si Peri dikurung? Dia tidak mencari masalah, kan?

... mungkin dia memang mencari masalah.

Ah, tapi mana mungkin dia sampai dikurung? Itu tidak manusiawi. Karma tidak mungkin-

....

Entahlah, aku tak bisa menyatakan sesuatu tentang Karma dengan yakin.

Dia menculikku dari orang tuaku agar aku bisa belajar memahami kemampuanku di bawah pantauannya. Jujur saja, niat Karma yang satu ini sulit untuk kuterima sebagai niat baik.

Dari memori asing, aku tau Karma orang yang sangat peduli pada pendahuluku dan banyak orang. Dia sangat sayang pada Niida, sampai-sampai dia memedulikan keturunannya-aku-yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya.

Hebatnya lagi, dia mencari pemilik kemampuan 'Manupulasi Energi' sejak Niida wafat. Aku tidak tau berapa lama, tapi dia pasti mencarinya sejak lama sekali.

Umumnya tidak ada orang yang rela mencari seseorang-yang bahkan tidak dia tau siapa-selama itu.

Aku memijit pelipis, pusing dengan hal-hal tidak pasti ini.

Ruang rawatku sepi. Kenny sedang keluar sejenak, menyiapkan makan siang untuk yang lain dan akan membawakannya juga untukku. Tadinya, aku sempat memintanya memanggil Saga ke sini karena aku cukup ngeri berada di ruangan penuh alat medis sendirian, tapi Kenny bilang dia tidak bisa mengizinkan Saga karena laki-laki itu bisa saja mengutak-atik perangkat di sini.

Aku memang paham Saga orang yang random. Namun, ucapan tadi membuatku langsung menduga kalau Kenny tidak ingin aku dan Saga berdua saja.

Dugaan itu memiliki alasan yang kuat. Sejak kemarin, aku dan Saga tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berbicara empat mata. Selalu ada orang lain.

Kuulurkan tanganku ke arah langit-langit ruang rawat. Cahaya bersinar lembut di urat-uratku masih menyala dan kini cahaya itu berkesinambungan dengan detak jantungku. Iii, kenapa penampilan kemampuan ini menyeramkan sekali, sih?

Mendadak ada ketukan ringan di pintu, disusul suara kenop yang diputar dan suara orang yang menyapa.

"Athyana?"

Aku tersentak kaget mendapati itu Karma.

Pria yang masih memakai jas serupa sejak pagi tadi itu masuk membawa nampan makanan, kembali menutup pintu, lalu menaruh nampan di kursi samping ranjangku dengan langkah tertatih.

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Where stories live. Discover now