🍀IV : Peri (d)🍀

1.3K 336 108
                                    

Mengingatnya yang diculik dan dibawa pergi ke planet lain, aku jadi menurut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengingatnya yang diculik dan dibawa pergi ke planet lain, aku jadi menurut. Aku tidak mau di bawa lebih jauh dari planet ini dan planet bumi. Meski aku sangat meragukan ada orang yang mau menculik siswi pesimis tanpa bakat sepertiku.

Aku dengan ragu dan malu mengangkat kepalan tanganku ke hadapan Lofi. Dia menepis lenganku, menunjukkan kepalan tangannya. "Lihat, apa yang berbeda?"

Mulutku mengerucut, sakit tahu! Aku memperhatikan kepalan miliknya. Ibu jari Lofi berada di depan jejeran buku jemari, bukan di dalamnya. Tanganku menirunya. "Seperti ini?"

"Bagus, sekarang atur kuda-kuda. Kamu meninju dengan tangan kanan, berarti kaki kananmu harus sedikit mundur." Kaki kananku bergeser mundur. "Sedikit lagi, oke. Angkat sedikit tumitmu. Bagus. Angkat kepalan tangan di depan dagu, bukan di depan dada atau di depan mata. Badan agak membungkuk, tekuk lutut sedikit. "

Saga, Rav, Han dan Kak Amma berhenti dari kegiatan beres-beres alat dan memperhatikanku. "Bisakah kalian tidak melihatku?" tukasku.

"Aku juga ingin belajar tinju," balas Saga.

"Nanti saja, kamu kan bertarung menggunakan kemampuan, bukan kekuatan," cetus Lofi.

"Aku juga mau tidak mau belajar ini," dumalku, mengikuti instruksi Lofi. "Begini?"

Laki-laki itu menepuk bahu dan lengan atasku dengan kencang, membuatku memekik. "Lemaskan otot lengan dan bahumu."

Sambil berdeham, aku mengguncangkan bahuku. "Kalau lawan sudah di depanmu, jangan alihkan wajah, fokus. Turunkan dagu, perhatikan apa yang hendak dia lakukan. Ambil napas perlahan, tahan lalu keluarkan perlahan ketika meninju. Coba lakukan."

Aku mengerjap canggung. "Sekarang? Kita lagi beres-beres mesin buat misi kalian, loh."

"Cepat," tekan Lofi.

Aku mengirim tinjuan ke wajahnya yang gampang sekali ditepis. "Bukan, tapi begini!"

Dengan cepat aku berjongkok tuk menghindari tangan Lofi sembari memekik ngeri. Kudengar seseorang tertawa, kemungkinan besar si Saga.

Aku mendongak. "Bilang-bilang, dong!" bentakku.

"Awalnya sudah bagus, teruslah berlatih. Nanti kuberitahu tips meninju dengan cepat dan kuat," kata Lofi tidak peduli soal protesku.

Eh, sudah bagus katanya?

Aku menatap kepalan tanganku dengan perasaan bangga yang hangat di lubuk hati. Kutahan senyum sembari mengangguk ke Lofi.

"Dia jadi malu-malu," ledek Kak Amma.

"Ih, Kakak!" jengkelku.

Han mendadak bangun. "Lofi, ajari aku juga," tuturnya dengan sopan.

Kak Amma ber-'Waw' di tengah kegiatannya mengeluarkan alat-alat dari peti besi kedua. "Bagus, bagus. Itu baru namanya semangat."

Aku menepi selagi Han menghadap Lofi, mengencangkan kepalan tangannya. Lofi ikut memantapkan kuda-kuda. "Sepertinya kamu sudah tau bagaimana cara meninju," kata laki-laki itu.

Forestesia | Putri, Peri dan Pengkhianat ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang