Ketika Mereka dipertemukan

737 144 114
                                    

Kangen tidaaaak??

Sini sini merepat kita pelukan huhuhu 🤗🤗

💙🧡

Jumat pukul 3 adalah jadwal Samudra siaran radio. Tapi di minggu ujian ini, siaran radio dipercepat menjadi jumat pukul 2 dan itu membuat Lia enggan pulang ke rumah setelah selesai ujian. Ia memilih duduk di ruang kelas sendirian sembari menunggu Samudra melaksanakan ibadah sholat Jumat di masjid depan sekolah mereka.

Sekarang masih pukul sebelas, masih ada banyak waktu sampai pukul dua yang bisa Lia gunakan untuk tidur. Cewe rambut panjang itu segera menguncir rambutnya dan memposisikan tas senyaman mungkin untuk dijadikan bantal.

Lia baru saja menidurkan diri di atas meja saat kemudian ponselnya berbunyi.

Gadis itu mengenyit, satu panggilan dari Syauqi yang sudah jelas akan ia abaikan. Deringan pertama berhenti begitu saja tapi tak lama deringan berikutnya datang tanpa jeda.

Lia mendesah gusar, segera duduk dari tidurnya untuk mengangkat telepon dari temannya itu.

"Ssshh Apaan sih?!" Makinya. Belum apa-apa sudah emosi duluan.

"Mbak.. udah ketiduran?" Suara berat diseberang sana membuat Lia jadi bingung sendiri. Buru-buru ia mengecek nama kontak yang tertera di layar ponselnya.

Benar, yang menelepon kontak Syauqi. Tapi kenapa suranya mirip suara Samudra?

"Kok kamu pake handphone Uki?" Tanyanya heran.

"Iya, tolongin dong handphone aku kayanya ketinggalan di kelas. Bisa kamu ambilin nggak?"

"Ck, kebiasaan ! Yaudah aku ambilin,"

Ini dia satu lagi sifat Samudra yang bikin Lia harus mengumpulkan kesabaran yang banyak. Sifat cerobohnya yang nggak pernah hilang dan merepotkan ini sudah sampai di level akut dimana Samudra pernah meninggalkan kunci mobilnya di dalam toilet mushala dan meninggalkan dompet di kasir restoran.

Beneran deh, barang kaya gitu seolah nggak berharga buat Samudra.

Lia berjalan kearah kelas Samudra yang cuma berjarak 2 kelas dari kelasnya. Ia berdiri di depan pintu, memeriksa keadaan kelas yang ternyata masih ada penghuninya itu.

Seorang siswi berambut panjang gelombang yang kini menatap datar pada Lia dari bangkunya.

Lia terkesiap, kalau bukan karena Samudra ia pasti akan langsung pergi dari hadapan gadis di depannya ini saking tidak inginnya melihat wajah si gadis.

Nabila. Tentu saja.

"Kenapa? Nyariin handphone Abin ya?" Tanyanya sambil mengeluarkan ponsel milik samudra dari dalam laci lalu menunjukkannya pada Lia.

"Biar aku yang kasi langsung ke Abin nanti,"ujarnya tanpa menunggu jawaban dari Lia.

Nabila kayanya nggak tau deh, kalau di dalam kepala Lia sedang ada reka adegan dimana ia menjambak-jambak rambut panjang Nabila sampai gadis itu menangis. Yang mungkin akan terealisasi seandainya mereka sedang tidak dilingkungan sekolah.

Gadis itu menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan untuk meredam semua emosinya.

"Sam minta gue yang ambilin, bukan lo," tukasnya kini berjalan ke arah meja Nabila sambil memangku tangan di depan dada.

Blue Orangeadeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن