Pelukku untuk Pelikmu

899 148 58
                                    

Aku gatau kenapa kalau nulis baby blue ini selalu kepanjangan saking gemesnya aku pas nulis.

Hhehehehhehehe

Judulnya aja udah bikin gemes sebenernya. Semoga ceritanya juga ya hehe




Lia ingat beberapa hari yang lalu waktu ia menjadi tempat curhat Bernard soal betapa pasifnya gebetan Bernard sementara Bernard sudah berusaha sekeras yang ia bisa.

Bernard bilang kalau ia ngerasa capek padahal ia cinta banget sama cewe itu.

Katanya, "cowo juga punya batas kayanya. Kalau cuma cowo yang berusaha sementara cewenya pura-pura nggak peduli, kita bakalan muak sendiri dan memilih buat pergi. Cowo juga punya rasa deg-degan. Butuh perjuangan buat kita ngomong suka ke seseorang, dan alasan kenapa gue nggak pernah serius ngomong suka sama dia karena gue nggak dapet clue, dia suka gue atau nggak. Minimal dia nunjukin atensinyalah ke gue. Cowo juga takit di tolak. Kita juga ngerasa sakit hati kalau dengar penolakan dari kalian. Makanya, kebanyakan cowo hati-hati untuk sekedar bilang suka. Bukan karena php atau gabtungin kalian."

Intinya, menurut Bernard, cowo akan menahan diri untuk menyatakan perasaan ke cewe kalau cewe itu sendiri nggak menunjukkan memiliki perasaan yang sama ke mereka.

Jadi hari ini, Lia akhirnya sadar kalau nggak seharusnya Lia terus-terusan bersikap cuek pada Samudra. Terus bertanya-tanya sendiri, Samudra beneran suka dia atau nggak sementara Lia sendiri nggak menunjukkan rasa ketertarikan sedikit pun.

Makanya hari ini cewe itu jadi melunak. Lia the lion king, si cewe jutek yang susah untuk didekati dan anti banget sama tipikal cowo kaya Samudra, akhirnya melunak dihadapan cowo itu.

"Gue boleh hidupin radio nggak sam? Atau nyetel musik gitu biar nggak sunyi banget," pinta Lia dengan nada lemah lembut yang jauh berbeda dari biasanya. Harusnya, dengan sikap Lia saat ini, Samudra biasanya akan gemas nggak karuan. Tapi cowo itu tak banyak berekspresi sekarang, hanya kepalanya yang menunduk, mempersilahkan Lia untuk melakukan yang ia mau.

Lia tak menuntut, walau dalam hati meringis sendiri. Ternyata ada diposisi ini, nggak semudah itu ya. Lia jadi ingat, gimana galaknya ia terhadap Samudra beberapa waktu yang lalu. Memperlakukan samudra kaya cowo itu cuma boneka yang nggak punya perasaan. Memaki, membentak, menolak sesuka hati Lia.

Suara penyiar radio wanita mengisi keheningan mobil itu. Sudah 5 menit, dan mereka hanya berjalan tak tentu arah disekitaran sekolah. Samudra kayanya belum ingin mengantar Lia pulang, walau ia sendiri tampaknya bingung harus membawa Lia kemana.

Lia menghela napas, memandangi wajah Samudra yang tampak tenang tapi juga terlalu kelam disaat yang bersamaan. Hari ini Samudra menakutkan, tapi tak membuat Lia urung untuk tetap disampingnya.

"Sam, jumat nanti lo siaran lagi kan? Gue boleh temenin lo siaran lagi nggak?" Tanyanya. Kepala Lia miring beberapa derajat, menatap Samudra penuh antusias sambil tersenyum.

Cowo itu akhirnya menoleh, balas tersenyum sekilas lalu mengangguk.

Lia kembali duduk dengan posisi lurus menghadap kedepan. Memandangi jalanan yang mulai padat sore itu. Pandangannya meredup, bingung harus berbuat apa lagi supaya Samudra bisa kembali seperti Samudra yang ia kenal.

"Lampu merah di depan, kita belok ke kanan ya. Beli ice cream dulu, mau kan?" Tanya Lia, masih berusaha untuk membuat Samudra bersuara.

Samudra hanya mengangguk, membuat Lia mendengus dan menggumam sendiri.

Cewe berambut panjang itu menunduk, gusar memainkan ujung seragamnya.

Lia bukan orang yang penyabar, dan menghadapi Samudra yang seperti ini benar-benar menguras tenaganya.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now