Nabila vs Lia

899 164 50
                                    

Haluuuu, aku dan anak-anaku balik lagi..

Bastian

Baass, tolong..

Bil? Apaan siih? Kenapa?

Kerumah bas. Jgn
lupa beliin cemilan.

Bastian menggerutu. Padahal cuma minta belikan cemilan, tapi pesan pertama dari Nabila itu sukses bikin dia jantungan setengah mati. Nabila paham nggak sih seberapa khawatirnya orang saat dia cuma kirim kata "tolong" di pesan?

Cowo itu mendumel lebih dulu, baru kemudian meraih jacket abu-abunya yang menggantung dari balik pintu.

"Pergi dulu Bu," pamitnya saat melewati ruang keluarga dan mendapati mamanya tengah duduk sambil menelepon disana. Entah menelepon siapa, yang jelas nggak bakalan jauh dari kumpulan ibu-ibu arisannya.

"Mau kemana?" Tanya mamanya saat Bastian hampir melewati pintu keluar.

"Indomaret, beliin cemilan titipan Abil," dengan itu Bastian segera mengeluarkan sepedanya lalu mulai mengayuh.

Melewati persimpangan pertama dari rumahnya untuk berhenti di depan minimarket kenamaan itu. Baru setelahnya kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Nabila yang cuma membutuhkan waktu lima belas menit dari rumahnya menggunakan sepeda.

"Bil bisa nggak kamu kalo kirim pes.." kalimat Bastian menggantung. Ia baru saja membuka pintu kamar Nabila setelah mendapat izin dari mamanya dan mendapati gadis itu terduduk di pinggiran tempat tidur dengan wajah muram sambil memeluk boneka kesayangannya.

"Hei? Kenapa siih?" Herannya. Diletakannya bungkusan besar berisi cemilan itu di atas meja rias Nabila.

"Bil?" Ulang Bastian, kali ini dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya. Ia lalu duduk di samping Nabila sambil memegang bahu gadis itu agar menghadap kearahnya.

Nabila tidak merespon apapun. Mendengar pertanyaan "kenapa?" Entah bagaimana membuat dadanya jadi sesak begitu saja. Perasaannya campur aduk, tidak mengerti cara mengutarakannya hingga akhirnya memilih menangis.

"Kenapa Bil..? Ada masalah sama Mama? Atau sama Abin?" Tanya Bastian masih clueless.

Nabila menggeleng cepat. Memilih untuk bersandar pada sebelah bahu Bastian lalu menangis disana.

Rasanya terlalu sesak. Seperti dihancurkan oleh harapan yang ia buat sendiri.

Di dalam hubungannya dengan Samudra, tidak pernah ada orang lain yang datang lalu menyita atensi Samudra. Tidak pernah ada orang lain yang datang lalu membuat Samudra bahagia hanya karena tindakan kecilnya. Tidak pernah seorangpun kecuali Nabila.

Jadi, saat Lia hadir di kehidupan Samudra dan menyita atensinya, Nabila merasa posisinya mungkin akan tergantikan oleh orang lain.

Samudra untuk Nabila.

Itu yang selalu Nabila percaya bahkan sampai malam ini.

Bastian merangkul Nabila, mengusap punggung gadis itu untuk menenangkannya.

"Pasti soal Abin ya?" Tebaknya. Nabila cuma mengangguk.

Bastian menghela napas, Samudra mungkin lupa janji mereka dulu soal 'nggak akan ngebiarin nabila nangis oleh siapapun' . Karena sekarang justru malah ia sendiri yang jadi penyebab Nabila menangis.

"Tapi kemaren waktu Abin cerita soal cewe yang dia suka kamu nggak sampai nangis, sekarang kenapa jadi cengeng gini?" Tanyanya.

Napas Nabila sedikit sesegukan, ia menjauhkan dirinya dari bahu Bastian untuk mengusap air matanya.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now