Epilog : Biru dan Oranye

636 113 61
                                    

Absen dulu yang kangen !!

💙🧡

Samudra dan Lia duduk berdampingan diatas roftop sebuah kafe di daerah dataran tinggi kota Bogor yang menghadap langsung ke arah perkotaan. Sudah mulai senja saat Lia baru saja menghabiskan mojito strawberry miliknya. Di sebelahnya ada Samudra yang sibuk menelpon seseorang sejak 10 menit yang lalu.

"Siapa?" Tanya Lia ketika Samudra baru saja memutuskan sambungan.

"Ha? Oh ini.. sebentar aku turun ke bawah dulu," jawab Samudra yang langsung buru-buru berdiri dari kursinya dan berjalan menjuah sebelum Lia sempat menanyakan lagi.

Lia bergeming saja, menatap punggung Samudra dari tempatnya duduk saat cowo itu menuruni tangga menuju lantai satu.

Gadis itu kemudian menghela napas. Dia nggak punya kecurigaan apapun terhadap Samudra meski kadang cowonya itu terlampau santai dan jarang punya inisiatif untuk mengajaknya berkencan. Samudra memang begitu. Dan Lia maklum. Lagipula kalau Lia boleh sedikit percaya diri, ia tahu pasti bahwa dunia Samudra selalu tentang dia.

Kata-kata basi kaya "cuma kamu satu-satunya cewe yang berharga buat aku setelah Mama," itu berlaku buat Samudra dan nggak kedengeran kaya buaya lagi ngomong.

Tapi masalahnya bukan disitu. Bukan di Samudra setia atau nggak tapi di seberapa terbuka Samudra sama Lia. Entahlah, Lia juga kadang pusing sendiri memikirkan bagaimana caranya agar cowonya itu lebih terbuka dan mau berbagi keluh kesah dengannya setiap kali ia butuh seseorang.

Samudra terlalu tertutup. Mungkin karena besar menjadi cucu pertama dan anak yang paling diharapkan, ia jadi enggan membagi keluh kesahnya kepada yang lain. Takut mengecewakan, takut merasa nggak pantas buat menjadi contoh bagi adik-adiknya yang lain.

Lia ngerasain itu dari Samudra. Cowo itu biasa memikul bebannya sendirian dan Lia akan selalu menyadari itu. Seperti hari ini ketika ia menghabiskan waktunya seharian di kamar lalu keluar dengan wajah lelahnya entah karena memikirkan apa.

Lia tau banget sifat Samudra yang kurang bersemangat hari ini bukan karena penyakit magerannya. Karna semager-magernya Samudra dia nggak pernah mendatangi Lia dengan wajah lelah. Dia pasti selalu menyambut Lia dengan wajah penuh senyuman dan selalu antusias mendengarkan Lia berceloteh. Sementara hari ini, Samudra terlihat tak terlalu bersemangat dan sibuk sendiri dengan ponselnya.

"Aku lama ya?" Suara laki-laki itu mengejutkan Lia. Membuatnya berbalik dan menemukan Samudra berdiri di belakangnya sambil membawa kotak di tangan kanannya.

"Kamu dari mana?" Tanya Lia.

Samudra kembali duduk ke tempatnya, menaruh kotak itu dihadapan Lia lalu berujar "dari depan, ambil ini dari ojek online,"

"Itu hadiah buat kamu," katanya kemudian.

Lia beralih menatap kotak itu, lalu menatap Samudra sekali lagi sebelum meraih kotak dihadapannya itu.

Hari ini cowonya aneh banget.

"Dalam rangka apa kamu ngasi hadiah?" Tanyanya seraya membuka kotak ditangannya itu.

"Nggak ada. Cuma pengen aja," jawab Samudra.

Lia mengangkat kedua alis sambil mengangguk, tangannya masih berusaha membuka kertas pembungkus kotak tersebut. Setelah seluruh kertas pembungkusnya berasil ia sobek, ia membuka kotak tersebut dan sebuah kamera disposable bewarna kuning tersimpan rapi di dalam kotaknya. Lia mengeluarkannya sambil tersenyum dengan mata berbinar.

"Harganya nggak seberapa. Tapi aku pengen kamu menyimpan itu," ujar Samudra tenang disampingnya.

" kok bisa ide beli kamera ini sih?? Lucu banget tau," seru Lia senang. Gadis itu memainkan kameranya, memotret sekali ke arah Samudra yang cuma tersenyum.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now