Rasa Bersalah

915 156 52
                                    

Lia baru saja keluar dari kelasnya diikuti Syauqi yang langsung menghambur dan merangkulnya dari samping. Syauqi itu persis kutu loncat atau monyet yang nggak bisa diam dan selalu menjadikan Lia sasarannya. Kadang saking gerahnya, Lia pengen banget ngejual sahabatnya satu ini ke tokopedia, terus uangnya dipakai untuk bayar hutang sama Bang Bernard. Tapi Lia sadar kalau Syauqi satu-satunya teman yang dia punya sekarang.

Ntar kalau Syauqi dijual nggak ada yang bisa diperbudak lagi..

"Cieee yang tadi bantuin pangerannya.. hahahahah pangeran dangdut Samudra Bintara," ledek Syauqi, masih belum puas meledek Lia perihal ia yang menolong Samudra mengangkat buku tadi.

Lia melengos malas,"mulut lo bisa diem nggak? Mau gue rontokin tuh gigi?" Ancamnya, membuat gerakan seolah akan mencabut gigi di depan muka Syauqi.

"Astaghfirullah Milia kenapa sih kamu galak banget? Pantes kak Duta nggak suka Milia," diancam begitu sama Lia, Syauqi bukannya kapok malah makin menjadi.

"Terseraaaaah," jawab Lia nggak mau peduli.

"Oh iya, kan sekarang udah ada pangeran dangdut jadi udah nggak butuh kak Duta. Hempas hempas kak Duta," sebelah tangan Syauqi meniru gerakan khas Syahrini itu dengan raut muka sok manja.

Serius, sampai sekarang Lia masih nggak paham kenapa ia bisa betah temenan sama makhluk jadi-jadian ini.  Lia menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Syayqi yang masih cengengsan dengan menyebalkanya.

"Lo tuh yaaa," gumam Lia dengan gemasnya, baru saja ia mengangkat kedua tangannya hendak mencekik Syauqi, tapi Syauqi lebih dulu berteriak, melambaikan tangan pada seseorang di parkiran motor.

"Woi bang," teriaknya Sumringah. Lagi-lagi berhasil lolos dari amukan Lia.

Lia menoleh, mendapati Duta tengah berdiri di depan motornya dengan 2 orang lainnya. Syauqi sudah lebih dulu berjalan ke arah sana. Menyapa yang lain sambil melakukan tos ala anak cowo.

"Widih mau kemana nih? Tarik tiga bang?" Tanya Syauqi menujuk 2 orang lainnya.

Duta tergelak, sambil memakai helmnya ia menjawab, "nggak elah, sama Nabila doang. Yakali naik motor bertiga," katanya.

Syauqi mengangguk, menanggapi. "Memanfaatkan waktu luang sambil modus ya bang?" Ujarnya dengan kedua alisnya terangkat berkali-kali. Entah dengan tujuan apa.

Dari belakang Lia berjalan malas ke arah yang sama. Secara kebetulan motornya terparkir tepat di sebelah motor milik Duta. Kebetulan yang menyebalkan karena sekarang Lia bisa liat kakak kelas pujaannya itu tengah memasangkan helm kepada Nabila.

"Milllliiiiiiaaa buruan kenapa sih lama bener lo," teriak Syauqi kemudian.

Kenapa sih? Kayanya dia antusias banget liat Lia menderita karena perasaan sendiri. Cowo itu bahkan nggak sabaran buat mempersilahkan Lia menyaksikan adegan romantis-romantisan antara Duta dan Nabila. Kaya sekarang, setelah Duta memasangkan helmnya pada Nabila, cowo itu lalu merapikan rambut Nabila yang panjang dan bergelombang itu. Membuat rambutnya yang semula tergerai di sisinya jadi tersusun rapi kebelakang.

Lia melengos malas, menarik tas Syayqi yang tengah berdiri tepat di depan motornya, membuat cowo itu sedikit terjengkang ke belakang, "minggir gue mau ngeluarin motor," ucapnya dengan muka ditekuk.

"Lia bawa motor juga toh?" Ditanya Duta, Lia langsung menegak. Menatap ramah pada kakak kelasnya itu kemudian menjawab.

"Iyanih kak, kan cewe strong," katanya. Entah kenapa terdenger seperti sakarsme ditelinga Syauqi.

"Keren-keren, jarang banget liat cewe bawa motor sport," puji Duta, memperhatikan motor hitam besar milik Lia yang terparkir disebelahnya.

"Looh iya kak, Lia selain bisa bawa motor juga bisa bawa beban perasaan terpendam," celetuk Syauqi bikin Lia gemas banget pengen ngelempar dia pake helm yang ada ditangannya.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now