Mundur Lia

807 151 52
                                    

Haiiiiii :)

Jadi ya gitu, makanya hari ini gue nggak bawa motor," ucap Lia menyudahi cerita panjangnya.

Kayanya panas terik di tengah lapangan siang ini sama sekali tidak menyulut semangat Lia buat cerita panjang lebar soal kejadian semalam ke Syauqi. Buktinya, cewe yang biasanya jutek dan nggak banyak omong itu jadi sangat berisik sejak jam olahraga dimulai.

Ngomongin apalagi kalau bukan Duta?!

"Ki ?! Dengerin nggak sih? Kok lo dari tadi nggak nyaut?" Protes Lia saat sahabat satu-satunya yang paling berisik itu jadi tidak berisik sekarang.

Syauqi cuma bergumam, menanggapi celotehan Lia dengn oh, ya, hm.., dan terus, benar-benar tanpa minat.

Ia berdiri tolak pinggang, menghela napas panjang lalu menunduk untuk memunguti bola-bola voli yang berserakan dilapangan.

Mereka tengah dihukum karena 15 menit yang lalu Lia kepergok mengobrol saat guru olahraga sedang memberikan evaluasi. Lagi-lagi gara-gara ngomongin Duta, dan sialnya mau nggak mau Syauqi jadi ikut kena imbasnya.

"Buruan dah, ini panas banget," keluhnya jujur. Sebenarnya selain karena cuaca yang tidak bersahabat siang ini, Syauqi juga tidak punya minat sedikitpun buat ngobrolin si kakak kelas pujaan Lia itu.

"Rese banget lo," sungut Lia tak terima ceritanya tidak mendapat respon apapun dari Syauqi. Lia mendumel, setengah hati memunguti bola-bola yang berserakan di lapangan.

Sesampainya di ruang olahraga, mereka masih harus menyusun bola-bola itu pada keranjang kayu besar yang terletak di sudut ruangan. Syauqi mengambil satu-persatu bola di dalam troli lalu melemparnya begitu saja pada keranjang, sementara Lia masih terus saja berceloteh tentang banyak hal yang lagi-lagi berujung pada Duta.

Pokoknya, hari ini agenda Lia adalah menghujani Syauqi dengan segala macam cerita tentang Duta.

"Tapi ya ki ya.. menurut lo tuh lebih pantes mana gue sama kak Duta apa gue sama Abil? Nih walaupun lo temen gue tapi gue minta lo buat objektif ya ki.. Terus ya ki, menurut lo nih Ki, kira-kira kak Duta beneran ada perasaan nggak ya sama gue?" Cerita Lia lagi. Gadis itu bersandar pada jendela kaca, berpangku tangan menunggu jawaban Syauqi.

Syauqi tidak langsung menjawab, cowo yang baru hendak melempar bola voli ke keranjang itu kini menatap datar ke arah Lia. Beneran datar, kaya bukan Syauqi yang biasanya.

"Lo serius nanya pendapat gue?" Tanyanya.

Lia mengangguk spontan. Matanya membulat menunggu jawaban dari Syauqi

"100% yang cocok sama Duta itu Abil," jawabnya lugas tanpa ragu sedikipun.

Hatiia mencelos. Tentu saja. Jauh dalam dirinya, ia sendiri juga merasa bahwa ia sama sekali tidak pantas untuk seseorang bernama Duta itu. Tapi kenapa ya, ketika pernyataan itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri perasaanya jadi hancur berkali-kali lipat? Fakta yang disampaikan Syauqi itu seperti menamparnya dengan sangat keras.

Biasanya sahabat akan berusaha menghibur kita meskipun harus mengubah realita dan fakta. Menyemangati kita atau paling tidak membuat kita merasa sedikit lebih worth it. Tapi Syauqi hari ini benar-benar dalam mode menyebalkan. Cowo itu nggak kaya biasanya. Terkesan acuh dan dingin menanggapi cerita Lia tentang Duta. Ia juga kelihatan tidak peduli dengan perasaan Lia yang tersinggung karena omongannya.

"Lo mau tau nggak kenapa Abil lebih pantes sama Duta dibanding elo?" Tanya Syauqi kemudian.

Belum sempat Lia menjawab, cowo itu sudah lebih dulu melanjutkan omongannya.

"Karena Abil nggak pernah bandingin dirinya sama lo. Abil nggak pernah ngerasa paling benar, dia juga nggak pernah ngerasa dirinya paling baik sampai dia berhak milikin Duta. Abil nggak kaya lo yang selalu banding-bandingin diri sendiri dengan orang lain. Abil juga nggak kaya lo yang tiba-tiba datang terus ngerebut kebahagian orang," jelas Syauqi, nadanya sedikit meninggi.

Blue OrangeadeWhere stories live. Discover now