f o r t y s i x

695 139 102
                                    

[46]
Unintentionally

...

"IRIS Latisha Putri?"

Sang empunya nama mengangkat kepalanya yang semula terkulai di atas meja, matanya sayu khas orang baru bangun tidur.

Pelan-pelan, ia menelusuri figur yang berdiri di depannya. Dari sepatu lusuh dan celana abu-abu kotor dengan sedikit koyak di bagian lutut, lalu baju kemeja yang tidak dikancing dan keluar dari celana, menyisakan kaos dalaman abu-abu.

Iris duluan menyadari bisikan-bisikan orang yang ada di sekitarnya, sebelum ia mendaratkan pandangan pada wajah si pengabsen.

"K-kak Angga..." Nama itu terucap begitu saja, impuls dari kaget yang ia rasakan.

Pemuda itu menyeringai, lidahnya mencuat keluar sedikit, menjilat belahan bibir atasnya yang kering.

"Found you."

Iris meneguk ludah. "K-kak, saya b-bisa jelasin..."

"Oh jelas, lo perlu jelasin apa yang bisa lo lakuin untuk ganti rugi hape gue," Angga mengeluarkan serangkaian tawa yang bergetar rendah. "Bakal seru, hm?"

Iris membuka mulut, tetapi ia tidak mampu mengatakan apa-apa. Angga mencengkram pergelangan tangannya kasar, lalu menyeretnya secara terpaksa, tidak peduli jika gadis itu sudah memekik kesakitan.

"Lo harus bayar untuk kesalahan yang lo perbuat," ia menyeringai sambil terus menarik gadis itu yang memberontak keras, namun sayangnya tidak berpengaruh apa-apa ke dirinya yang tinggi besar dan berotot.

"Kak! Kak maafin saya! Maafin saya kak! Tolong heh!!"

Tetapi sama saja. Mau berapa kali pun Iris meronta-ronta sambil meneriaki orang-orang di sepanjang lorong untuk menolongnya, tidak ada yang berniat untuk menyelamatkannya dari cengkraman maut Angga Nugraha.

Ketika dibawa ke lantai teratas-- ke lapangan kosong di sebelah aula ujian, Iris sudah berpikir macam-macam. Tamat sudah riwayatnya.

Bagaimana jika ia diperkosa?! Apalagi rumor mengatakan, Angga berani melecehkan ketua OSIS mereka sendiri. Iris ketakutan setengah mati mengingat novel-novel teen-preg yang ada dimana-mana sekarang. Ya Tuhan, Iris tidak mau!

Ia mau hidup lebih panjang! Ia mau menjadi wanita karir yang sukses! Iris panik, panik sekali!

Maka tanpa pikir panjang, begitu Angga Nugraha melepaskan cengkraman tangannya, Iris langsung berlutut di depan kakinya.

"Maafin saya kak, beneran maafin saya! Tapi tolong jangan macam-macam sama saya, saya masih polos!" seru gadis itu panik dengan kedua tangan bersatu di depan wajahnya, saling bergosok pada satu sama lain menunjukkan seberapa takutnya ia saat ini.

Angga menunduk padanya, menatapnya seperti ia baru saja menumbuhkan dua tanduk rusa dari kepalanya. Tidak masuk akal!

"Maksud lo-"

"Tolong jangan rusak saya, kak! Masa depan saya masih cerah! Saya-- saya mau kuliah ke luar negeri! Tolong jangan perkosa saya, kakkkk!"

Angga melompat mundur begitu mendengar teriakan lantang gadis itu. Kedua matanya melotot, dan ia segera membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangannya.

Baiklah, Angga akui ia memang kurang ajar. Seperti remaja lelaki pada umumnya, ia suka bodi seksi wanita. Dan terkadang, ia bakal kegatelan dan asal menyentuh.

Angga mengaku, ia memang brengsek. Tetapi ia tidak cukup gila untuk menjadi seorang penjahat kelamin! Mendengar gadis yang sama sekali tidak dikenalinya ini secara blak-blakan memohon agar tidak dilecehkan membuatnya kaget akan seberapa buruk reputasinya selama ini.

Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now