e i g h t e e n

811 182 25
                                    

[18]
Thinking Time

...

SUDAH dua jam Vanessa duduk di depan meja belajar, buku pelajarannya terbuka tetapi tidak tersentuh.

Gadis itu sedang larut dalam pikirannya, memikirkan segala masalah yang hinggap di hidupnya. Masalah yang tidak seharusnya dikhawatirkan oleh gadis seusianya.

Ponsel jadulnya- jika dibandingkan dengan ponsel teman-temannya yang lain- yang diletakkan di sebelah kotak pensilnya tiba-tiba menyala, menunjukkan pesan masuk dari seseorang.

Ponsel jadulnya- jika dibandingkan dengan ponsel teman-temannya yang lain- yang diletakkan di sebelah kotak pensilnya tiba-tiba menyala, menunjukkan pesan masuk dari seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Layar ponselnya tiba-tiba menunjukkan panggilan masuk dari Raja, yang langsung ia jawab.

Wajah kakak kelasnya yang tampan terpampang jelas dari layar. Ia tersenyum manis, sedikit malu-malu dengan semburat merah mewarnai pipinya.

"Kak Raja lagi ngapain?" tanya gadis itu, memaksakan senyumnya.

Raja, yang awalnya tersenyum manis, berubah khawatir melihat wajah suram adik kelasnya itu.

"Kayaknya kamu yang lagi banyak pikiran," katanya pelan.

Vanessa menghela napas, dan mengangguk. "Kakak sendiri?"

"Kaka juga lagi mikir. Tapi kayaknya masalah kamu lebih serius."

Gadis itu mengangguk, ketika tiba-tiba tangisnya pecah, mengejutkan Raja di ujung sana. Vanessa buru-buru menundukkan kepalanya, mengusap kedua matanya.

"M-maaf kak... a-aku gabisa VC sekarang..."

Raja terlihat kaget, sekali. Ia pernah melihat Vanessa menangis, sering malah, tetapi ia tidak menyukainya. "Dek..."

"M-ma-maaf k-kak..."

"Dek..."

Vanessa terus-terusan mengusap matanya, tetapi air matanya tak kunjung berhenti.

Katakanlah Raja berlebihan, tetapi ia benar-benar tidak suka. Hatinya mencelos melihat gadis itu menangis. Tangannya tanpa sadar mengepal.

"Jangan nangis, dek..."

"M-maaf, kak..."

"Berhenti minta maaf."

"K-kak...."

"Lihat aku."

Vanessa mengangkat kepalanya ragu-ragu, masih sesenggukan menatap kakak kelasnya itu yang tersenyum menenangkan.

"Lihat kakak, Nessa. Lihat kakak dan dengerin baik-baik. Semuanya bakal baik-baik aja, Vanessa, kakak ga bakal terlantarkan kamu," bisik lelaki itu pelan sambil tersenyum lembut.

Sungguh, ia ingin menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Melindunginya sampai ia merasa aman dan tangisnya berhenti. Raja hanya ingin memeluknya semalaman, memberi kehangatan supaya ia tahu ia tidak akan pernah sendirian.

Exam Service Provider | 02-04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang