t w e n t y e i g h t

763 160 38
                                    

[28]
Your Name

...

PINTU kamar Jerry dibanting terbuka, oleh siapa lagi kalau bukan Yovita.

Sebenarnya tebakan pertama Jerry itu abangnya, bukan adik sepupunya yang menyebalkan. Tapi menilik fakta Jeffrey kini sedang duduk bersila di lantai kamarnya sambil nge-game, sepertinya tidak memungkinkan sang abanglah oknum yang membuka pintu kamarnya dari luar.

"Hay anak gadis, mau apa kamu masuk ke kandang adam ini~?"

Yovita menampar wajah sang abang dengan majalah kecantikan di tangan kanannya, sementara Jeffrey menoleh, mengeluarkan serangkaian tawa rendah yang bergemuruh di dalam dadanya.

Tawa yang aneh, menurut kebanyakan orang, tapi tetap enak didengar.

"Gue bakal jujur aja nih ya," kata Yovita sambil menidurkan badannya melintang di kasur sang abang, kedua kakinya yang panjang menggelantung dari ujung ranjang.

Majalah kecantikannya ia buka, lalu ia baca dengan kedua tangan lurus ke atas.

"Jujur apanya?" tanya Jerry mengerutkan kening.

Yovita mendecakkan lidah, meletakkan majalahnya di atas badan. Tatapan matanya serius, seperti hendak membocorkan rahasia negara.

"Iris lagi pedekate sama orang lain."

"HAH! SIAPA!! DARIMANA LO TAHU! BODAT SIAPA YANG HARUS GUA LAWAN HAH!" Jerry menggulung lengan pakaiannya, siap-siap ingin menghajar.

Yovita memutar bola matanya, memukulkan kover majalah itu kembali ke wajah sang abang. "Gausah lebay, bodo. Gua liat dia sering chattingan sama seseorang belakangan ini. Dan ketawa-ketiwi, biasaaa, kayak bunga desa lagi jatuh hati."

"Ga lo tanyain siapa?" tanya Jerry, meletakkan kedua tangannya di pinggul sementara ia bertumpu pada kedua lututnya.

Yovita menatapnya malas. "Lo yang seharusnya nanyain dia itu."

Jerry mengerucutkan bibir, tampak berpikir.

"Kalo lo mau jedor, sekarang saatnya sebelum dia diambil orang lain," kata Yovita sambil mengubah posisi tidurnya. Sekarang ia rebahan di atas perut, kedua kakinya ia lipat ke atas dan ia biarkan mengudara.

"Yah tapi gue pedekate aja belom," kata Jerry lesu. "Ga pedekate main jedor aja yang iya dia jijique!"

"Yaudah pedekatelah!" seru Yovita gemas, memukulkan majalahnya ke kepala sang kakak untuk yang kesekian kalinya. "Mulai dari sekarang! Chat dia! Ajak kencan! Kan besok Minggu!"

"Aduh! Iya iya njing sabar!" gerutu Jerry sambil mengeluarkan ponselnya dari saku. "Ngetiknya gimana?"

"Hai, uda makan belom," dikte Yovita dari sampingnya, kedua tangan terlipat di depan dada. "Gausa pake emot goblok lo mau dikira cowo alay?"

Jerry menurut. "Abis tu?"

"Kalo belum, mau jalan bareng gua gak. Makan bareng sekalian," lanjut Yovita, menyandarkan tubuhnya ke papan ranjang dan kembali membuka majalahnya.

Beberapa detik Jerry tidak mengeluarkan suara, sibuk mengetik di ponselnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now