s e n y a w a

649 73 6
                                    

spin-off : Senyawa

Cuplikan Senyawa yang dipublikasikan disini menampilkan sudut pandang cerita Senyawa menurut pasangan Raja-Feli, tetapi tidak akan secara eksklusif disebut di dalam buku itu. Dalam artian di buku itu tidak akan ada cerita Raja dan Felicia secara spesifik, tetapi hanya sekilas dari penggambaran tokoh-tokoh utamanya.

...

Kata orang, bertengkar adalah suatu hal yang wajar ketika sebuah pasangan mulai mempersiapkan hidup mereka bersama.

Felicia ingin memukul siapapun yang mengatakan itu.

Karena sejak pukul tujuh pagi tadi sampai pukul sembilan malam sekarang, sepertinya ia tidak akan mencapai persetujuan apapun dengan calon suaminya, Raja.

"Nggak usah acara besar, kenapa?" keluh lelaki itu sambil melepas kancing lengan panjangnya. "Aku males."

"Males?" ulang Felicia dengan kening berkerut. "Maaf, kamu nggak sekalian males menikah aja?"

"Maksud aku bukan begitu," kata Raja sambil duduk di sisi tempat tidur. Ia melonggarkan dasi yang ia kenakan, kedua kakinya ia angkat supaya berselonjor. "Acara yang besar itu repot. Terus emangnya kita sama-sama punya waktu?"

"Ini acara pernikahan kita," sergah gadis itu seakan menjawab pertanyaannya. "Kalau kita nggak punya waktu buat acara pernikahan kita kamu rasa kita bakal punya waktu buat ngejalanin pernikahan ini nanti? Mungkin aku sama kamu cocoknya menikah sama pekerjaan kita masing-masing."

Raja menghela napas pasrah. "Aku cuma mau pesta kecil-kecilan sama temen-temen yang lain. Susah banget?"

Gadis itu menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan. Ia sebal. "Aku anak perempuan bungsu orangtuaku. Kamu rasa mereka bakal terima aku menikah diam-diam tanpa ngundang sanak saudaraku?"

"Terus kenapa? Yang bakal menikah kan kamu!"

"Masalahnya aku juga enggak setuju!" sentak gadis itu dengan kening berkerut. "Maaf, Raja, aku bakal jujur sama kamu, kalau aku mau menikah sama seseorang yang aku pilih, aku mau orang lain juga tahu. Aku mau semua orang tahu aku menikah sama lelaki yang aku cintai. Aku nggak mau menikah sembunyi-sembunyi. Itu salah?"

"Kenapa kamu peduli masalah apa yang orang pikirin tentang kita?" balas Raja. "Kalau kita bersikeras mau menikah besar-besaran, kita juga yang bakal kecapekan. Kita juga yang harus nentuin ini itu. Kita juga yang harus ngundang tamu, mastiin mereka nyaman berkecukupan, sampai kita nggak bisa nyaman di acara pernikahan kita sendiri. Belum lagi omongan orang yang nggak ada abisnya!"

"Omongan apa?!" seru gadis itu tidak mengerti.

"Orangtuaku nggak bakal hadir!" sentak Raja. "Aku nggak mau mereka, maupun kak Ratu, datang ke acara pernikahanku! Kak Naomi sama kak Aiden diundang, tapi sisanya nggak!"

"Masalahmu sebenarnya apa?" tanya Felicia dengan kening berkerut. "Kamu takut dibilang yang nggak-nggak? Raja, Mama sama Papa aku tahu keadaan kamu."

"Tapi sanak saudaramu enggak. Teman-temanmu enggak. Karyawanku semua enggak pernah ikut campur ke urusan pribadiku, dan aku nggak perlu ada yang ngegosip tentang aku di kantor!"

"Kenapa giliran kamu yang peduli apa kata orang? Kita yang bakal menikah, bukan mereka!"

"Lagi-lagi balik ke maksudku sebelumnya! Kita yang menikah, jadi apa nggak bisa orang yang tahu tentang itu juga hanya orang-orang yang dekat sama kita berdua dan mengerti keadaan kita? Kenapa mempersulit keadaan? Itu semua ngerepotin!"

"Buat aku nikah itu nggak ngerepotin," tebas gadis itu dingin.

Raja mengurut pangkal hidungnya.

Sudah. Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu. Felicia meninggalkan agendanya yang penuh dengan rekomendasi baju pengantin di atas tempat tidur, dan pergi untuk mandi.

Mereka sama-sama perlu mendinginkan kepala.

Raja berganti pakaian dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Samar-samar ia teringat akan makan siangnya dengan Marissa di kantor tadi. Ia tersenyum tipis.

Terbuai dengan angin dari penyejuk ruangan, lelaki itu akhirnya ketiduran. Ia memang sudah kecapekan, dan bertengkar dengan kekasihnya membuat lelahnya berkali-kali lipat.

Felicia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Ia terdiam menatap lelaki itu yang sudah terlelap, lalu berjalan mendekati meja rias.

Gadis itu mengeringkan rambutnya secara manual-- dengan handuk-- tidak ingin mengganggu ketenangan Raja dengan bunyi mesin hairdryer. Ia menuangkan lotion dan mulai menggosokkan kedua telapak tangannya pada satu sama lain.

Matanya kembali mendarat pada sang kekasih hati.

Felicia juga tidak suka bertengkar, tetapi bagaimana lagi? Ia tidak biasa ditekan dan dirampok dari keinginannya. Mengapa Raja bersikeras sekali kali ini, itu yang tidak ia ketahui.

Perlahan-lahan gadis itu menyelip ke balik selimut bersamanya. Ia meletakkan agenda dan pulpennya di atas lantai kamar yang berlapiskan karpet, lalu memastikan setengah tubuh Raja ditutupi oleh selimut.

Ia tahu Raja sibuk, ia tahu Raja tidak punya waktu, ia tahu Raja hanya ingin mempermudah segalanya untuk dirinya juga. Ia juga mengerti Raja berada di bawah tekanan yang sangat besar di tempat kerjanya. Seporsi usahanya sudah dipegang oleh Zeda, tetapi itu tidak cukup. Ia mengerti-- lebih tepatnya ia berusaha untuk mengerti.

Felicia hanya tersinggung ketika mendapati kalau pesta pernikahan mereka, bagi Raja, bukanlah pertanda dari awal hidup yang baru dan bahagia, melainkan hanya sebuah sumber masalah lain yang mengganggu.

Gadis itu menghela napas berat. Ia mematikan lampu kamar, dan membaringkan tubuhnya di sebelah Raja.

Felicia menidurkan kepalanya di atas tangan. Kedua matanya bergerak menatap siluet Raja, lalu menggenggam tangannya yang tergeletak di atas dada.

Samar-samar ia melihat cincin di jari manisnya bersinar terkena pantulan cahaya, sebelum akhirnya gelap gulita.




...

yang mau ketemu Raja-Feli lagi boleh dong mampir! ESP uda berkembang jadi usaha yang besar, tapi masalahnya juga gak kalah banyak!

yang mau ketemu Raja-Feli lagi boleh dong mampir! ESP uda berkembang jadi usaha yang besar, tapi masalahnya juga gak kalah banyak!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

Exam Service Provider | 02-04lineWhere stories live. Discover now