25 : Promises

1K 165 78
                                    

***
"Even if she be not harmed, her heart may fail her in so much and so many horrors; and hereafter she may suffer-both in waking, from her nerves, and in sleep, from her dreams."

- Bram Stoker -

***

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Kiara..."

Gadis itu merasakan sentuhan hangat di pipinya. "Bangun sayang," ucap suara itu lagi, kali ini terdengar semakin jelas di telinganya.

Kiara membuka matanya dengan perlahan, namun dengan cepat ia kembali menutupnya, begitu cahaya terang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam matanya. Setelah beberapa saat, Kiara pun kembali membuka matanya sembari menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Kini, Kiara dapat merasakan sentuhan hangat di tangannya, hingga membuatnya menolehkan kepala ke arah samping untuk melihat siapa orang yang tengah menggenggam tangannya itu.

Kiara terkejut begitu mendapati Mamanya sudah berada di dekatnya, seingat Kiara, Mamanya itu masih di Singapura.

"Mama?"

Untuk beberapa saat Kiara menunggu, namun wanita itu tidak juga meresponnya. Sedari tadi ia hanya menunduk sambil menggenggam tangan Kiara dengan erat, air mata tak berhenti membasahi pipinya. Baru kali ini Kiara melihat Mamanya seperti ini. Sejak dulu, mamanya itu terlihat ceria dan sangat tegar, tak pernah sekalipun Kiara mendapati wanita itu bersedih. Senyuman manis selalu tersungging di wajahnya yang anggun. Bahkan tidak jarang orang-orang sering mengira mereka seperti kakak beradik dibandingkan seorang ibu dengan anak perempuannya. Namun yang Kiara lihat sungguh jauh berbeda dari biasanya. Saat ini, wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu terlihat kacau. Garis-garis kerutan tercetak samar di dahinya, pipinya terlihat lebih tirus dari sebelumnya, dan kantung matanya terlihat sembab. Melihat mamanya seperti ini membuat hati Kiara seperti teriris belati.

"Bangun, sayang... Mama ada di sini," ucap wanita itu lagi di sela isak tangisnya.

"Kiara udah bangun, Ma." Perlahan ia mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap air mata yang tak henti-hentinya mengalir di pipi wanita yang sangat ia sayangi itu. Namun Kiara terkesiap begitu melihat tangannya baru saja menembus wajah Mamanya. "Ma..." Kiara kembali mengarahkan tangannya ke depan, namun lagi-lagi ia gagal, tangannya itu tak bisa menyentuh wajah Mamanya.

Kemudian Kiara pun bangun dari posisi tidurnya. Begitu ia memandangi seisi ruangan, ia bisa melihat kakaknya sedang duduk di atas sofa yang terletak di pojok ruangan dengan kepala yang menunduk bertopang dengan kedua telapak tangannya.

"Kak Dera!" Panggil Kiara dengan suara yang cukup lantang, namun kakaknya tidak juga memberikan respon apapun, sama seperti Mamanya. "Kak, ini Kiara kak, liat sini Kiara udah bangun!" Kiara pun turun dari atas tempat tidur untuk menghampiri Kakaknya itu, barangkali Dera tidak mendengar suaranya.

Gone With The WindWhere stories live. Discover now