26 : His Ex

1.1K 157 97
                                    

***
"Even a happy life cannot be without a measure of darkness, and the word happy would lose its meaning if it were not balanced by sadness."

Carl Gustav Jung

***

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Sinar matahari di pagi hari menyeruak masuk melalui celah jendela, membangunkan seseorang dari tidur lelapnya. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kalinya ia dapat tertidur dengan begitu nyenyak. Hiro membuka matanya lalu menatap sisi sebelah kasurnya yang saat ini sudah kosong.

Mungkin dia pulang semalam.

Kontan ingatannya langsung kembali pada kejadian semalam ketika Kiara sedang menyanyikan lagu sambil mengelus kepalanya dengan begitu lembut, mengingat hal itu saja langsung membuat perasaannya menghangat seketika. Kalau bisa, rasanya Hiro selalu ingin berada dalam dekapan gadis itu setiap malam agar ia bisa terlelap tanpa adanya mimpi buruk yang sudah menghantuinya selama hampir lima tahun ini. Mimpi buruk yang ia dapatkan sejak kematian Adelia Delvina yang begitu tiba-tiba, hingga timbul rasa bersalah dalam benaknya karena ia tak mampu melindungi kembarannya itu dengan baik.

Hiro kembali teringat saat terakhir kali Vina menghubunginya—sewaktu gadis itu mengabarinya bahwa ia ingin makan siang bersama. Siapa yang menyangka bahwa itu adalah terakhir kalinya ia bisa mendengar suara Vina. Hiro sungguh menyesal, kalau waktu bisa diputar, rasanya ia ingin menghapus hari itu dari kehidupannya, agar Vina masih hidup di dunia ini. Hal itulah yang membuatnya ingin segera menyelesaikan kasus ini secepatnya, agar hatinya bisa kembali tenang.

Sesaat kemudian pintu kamarnya itu terbuka dan menampilkan sosok Dio yang masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi makanan dan segelas air mineral. Hiro melihat makanan yang baru saja ditaruh Dio di laci nakas samping tempat tidurnya, ternyata itu adalah nasi goreng sosis kornet favoritnya.

"Makasih ya, Bang."

Dio mengalihkan pandangannya pada Hiro, yang saat ini masih terbaring lemah di atas tempat tidur. "Bilang makasihnya sama Kiara, soalnya dia yang dateng pagi-pagi hanya untuk ngasih makanan ini buat lo."

Hiro mengernyitkan dahinya setelah mengetahui bahwa makanan itu adalah pemberian Kiara. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu rela pulang pergi ke rumahnya hanya untuk mengantarkan makanan untuknya. "Sekarang dia udah pulang?"

Dio hanya menganggukkan kepalanya.

"Badan lo masih panas gak? Mau gue beliin obat?"

Hiro memegang dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya sendiri, sepertinya demamnya sudah turun, semua itu berkat gadis yang dengan telaten merawatnya kemarin.

Gone With The WindWhere stories live. Discover now