🐣Bang irwan🐣

88.8K 4.3K 151
                                    

Pagi-pagi sekali alena sudah dibangunkan oleh suara muntah-muntah dari dalam kamar mandinya ia lantas loncat dari tempat tidur kala mengingat bahwa dikamarnya bukan hanya ada dirinya tapi ada mbak caca yang tadi malam merengek ingin tidur dikamarnya.

Alena memaksa membuka pintu kamar mandi dan berhasil kekuatan yang ia punya ternyata cukup untuk membuak pintu kamar mandi, disana terlihat pungung milik mbak caca yang tengah mengeluarkan isi perutnya. Alena berjalan mendekat membantu mbak caca memegangi rambut panjangnya.

"Mbak gapapa?" tanya alena khawatir sebab baru kali ini ia melihat mbaknya sakit.

Caca menggeleng lemah lalu membalikan tubuh menghadap alena lantas adik iparnya itu membelalakkan matanya kala melihat wajah pucat milik caca.

"Mbak serius gapapa, kok wajah mbak pucat banget" alena memapah caca kembali kekasurnya saat mendapat gelengan kepala dari mbanya.

"Aku bikinin mbak teh ya" tawar alena lagi-lagi mba caca menolak.

"Buatin mbak air hangat aja ya dek" mengangguk alena meninggalkan caca sendiri didalam kamarnya.

Tersenyum sinis alena sedikit menendang perut milik irwan yang langsung mendapat lenguhan kesakitan milik abangnya. Kelopak mata milik irwan sedikit demi sedikit bergerak dan terbuka lebar menghadap tubuh langsing milik adiknya.

Dengan terburu-buru irwan bangun dan ia langsung mengikuti langkah alena yang berjalan menuruni anak tangga. Memasuki dapur ia mengernyir bingung adiknya jarang sekli pagi-pagi masuk dapur jika tidak ada hal yang memang penting.

"Dek, mbak mu ada dikamar kamu kan?" tanya irwan pasalnya ia benar-bdnar khawatir dengan keadaan sang istri.

"Iya! Abis muntah-muntah, abang mending beliin bubur buat mbak" suruh alena kala irawan ingin memasuki dapur.

Irawan menepuk dahinya, kenapa ia sebego ini malah mengikuti sang adik ke dapur bukan-nya langsung mencari bubur. "Yaudah abang beli bubur dulu" pamit irwan berjalan kearah pintu.

Alena menggeleng kadang abangnya bisa terlihat bodoh jika sudah menyangkut istri tercintanya. Sesampai dikamar ia langsung memberikan segelas air hangat dihadapan mba caca.

"Diminum mbak, biar perutnya lebih hangat" mbak caca mengambil gelas berisi air hangat lalu meminumnya dengan hati-hati.

"Mbak kok bisa kaya gini, emang mbak sakit apa?" sedari tadi alena sudah menahan untuk tidak menanyakan mbaknya tapi jangan salahkan ia jika jiwa keponya meronta-ronta.

"Mbak ga sakit len"

"Trus mbak kenapa?"

"Mm.. Mbak.. Ha... Mil" jawab caca tersenyum malu terlihat sekali wajahnya berbinar bahagia. Kabar yang begitu membahagiakan lantas membuat alena langsung memeluk tubuh mbaknya.

Dan pelukkan itu terlepas kala suara bariton mengintrupsi keduanya "Jangan peluk istri gua terlalu erat dek. Nanti anak gua kenapa-napa" sifat posessif abangnya sudah kembali rupanya.

"Ya ampun bang gua juga hati-hati kali meluk mbak caca, gua juga ga mau ponakan gua kenapa-napa" rengut alena sambil melepaskan pelukkan nya. Mbak caca hanya menggeleng melihat pertengkaran adik dan kaka itu, sudah biasa ia melihat pertengkatan mereka yang kadang membuatnya terhibur.

Bad girl and baby twinsWhere stories live. Discover now