8. Kids

1K 147 35
                                    

Benny bertanya-tanya: kenapa belakangan ini dia tidak melihat Rico?

Ketika datang ke “rumah yang biasanya”, Benny dan yang lainnya tidak menemukan Rico, tapi ada makanan di dapur dan secarik catatan yang ditulis dengan huruf-huruf rapi kotak-kotak, nyaris menyerupai hasil cetakan mesin. Apa yang tertulis di kertas itu hanyalah pesan singkat: “Maaf, sedang ada urusan. Tidak bisa datang.”

Kalau terjadinya satu atau dua kali, Benny tidak akan peduli.

Ini sudah keempat kalinya.

Key mengutarakan teori bahwa Rico diculik alien. Benny menganggap anak itu daya khayalnya kelewatan—mungkin gara-gara kebanyakan membaca artikel koran sampah di tempat daur ulang kertas?

Stan dan Bark agak lebih realistis dan mengira Rico mungkin terlibat masalah, atau dimarahi orang tuanya dan tidak boleh keluar rumah selewat jam 6 sore—menurut Benny yang terakhir ini tidak masuk akal; Rico sudah lulus kuliah, kenapa orang tuanya harus melarangnya keluar rumah sebelum jam 6 sore seperti anak SD?

Lang menemukan sesuatu yang lebih menarik saat menjelajahi dapur: ada serbuk aneh di atas kompor.

“Itu pasti narkotika!” seru Key. “Rumah ini dijadikan markas rahasia oleh pengedar sekitar!”

“Jangan ngaco!” hardik Benny, mulai kesal dengan “kreativitas” Key. “Kenapa juga kalau ini narkoba adanya di kompor?!”

“Barangkali cara pakainya dengan dibakar?” usul Stan.

“Kalaupun cara pakainya dibakar, tidak sampai pakai kompor begini,” tukas Benny.

“Benny tahu banyak yang begituan.” Bark mengangguk setuju. “Jadi tidak mungkin. Yeah.”

Benny menggeram tertahan.

Dia tahu banyak karena ibunya memakai obat-obatan seperti itu. Berbagai macam, berbagai jenis, berbagai cara pakai.

Makanya Benny tahu. Itu bukan sesuatu yang membanggakan.

Tanpa sempat ada yang mencegah, Lang mengambil sejumput serbuk di kompor dan membauinya.

“Lang! Jangan!” Dengan heroik, Key memukul tangan Lang hingga serbuk di tangannya berhamburan. “Bahaya! Kamu kan tidak tahu itu apaan!”

Lang kelihatan jengkel dengan Key. Anak sipit berkulit kuning itu kemudian menunjuk kenop kompor, membuat gerakan seperti memutar.

“Apaan?”

“Nyalakan, maksudnya?”

Bark otomatis menjauh ketika Benny mengulurkan tangan ke kenop kompor dan mencoba menyalakan api.

Tidak ada api.

Benny mengernyit dan mencoba beberapa kali lagi. Bark mundur satu meter untuk setiap percobaan Benny menyalakan api, hingga akhirnya anak yang separuh wajahnya rusak itu cuma mengintip dari pintu dapur.

“Gasnya habis,” kata Benny. “Lalu bagaimana caranya ada masakan kalau tidak ada gas?”

Semuanya terdiam.

“Ini mulai aneh,” gerutu Benny. “Rico tidak muncul-muncul, tapi ada masakan—dan masakannya enak, kan jarang-jarang dia bikin enak—“

“Masakan Rico tetap lebih enak daripada makanan sumbangan.”

“Ah, kau harus coba ke daerah timur. Di sana ada yang bikin makanan Arab gratis untuk tunawisma?”

“Oh ya? Enak tidak?”

“Hoi, kalian!”

Benny memelototi anak-anak di depannya, termasuk Bark yang sudah masuk kembali ke dalam dapur.

NaClTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang