4. Wild

2.6K 165 63
                                    

Necromancer?” Saltman mengulang. “Kalian pikir kasus terakhir berhubungan erat dengan necromancy? Dengan seorang necromancer?”

“Ya.”

“Ya.”

Saltman mengernyit ketika menyadari bahwa kardus yang tengah dibuka si kembar adalah kardus laptop. Dari bungkusan yang teronggok di bawah meja dan dari kardus yang tidak berdebu sedikit pun, Saltman yakin itu barang baru. Si kembar pasti mengontak kaum Tudung Merah kenalan mereka untuk mencarikan barang tersebut. Kaum Tudung Merah selalu bisa dipercaya untuk jasa pengantaran barang.

“Kukira kalian tidak berurusan dengan barang elektronik,” kata Saltman.

“Kami tetap tidak suka.”

“Menyakiti mata.”

Meraih ke balik tudung masing-masing, Nate dan Chloe menurunkan kacamata debu berlensa gelap. Saltman tidak melihat kacamata debu itu karena terhalang tudung jaket.

“Ajari kami tentang internet, Saltman,” kata Nate seraya menepuk punggung laptop yang bergambarkan logo jeruk. (Mereka beli merek Oren-G? batin Saltman. Entah selera mereka tinggi atau mereka sekedar cari yang mahal …)

“Lebih cepat lebih baik.”

“Heheheheh.”

“Heheheheh.”

Saltman menghela napas. “Baiklah. Tentang apa?”

“Semuanya.”

==++==

Chris Kane mengendus udara.

Daerah ini berbau tak menyenangkan, pikirnya. Bau masalah.

Bahkan dengan penampilan kasualnya sekarang ini, Chris terlihat mencolok. Lelaki berusia tiga puluhan itu mengenakan jaket kanvas yang meskipun sudah lusuh masih belum dapat dibandingkan dengan jaket yang dikenakan penduduk sekitar sana. Di balik jaketnya, Chris mengenakan kaus oblong putih yang sudah agak menguning. Celana jinsnya sudah menipis setelah dipakai bertahun-tahun dan hanya tinggal menunggu waktu sampai akhirnya ada sobekan di lutut atau di ujung pipa celananya.

Meskipun sekilas kelihatan seperti pengangguran, Chris Kane adalah seorang detektif swasta. Pria berambut cokelat tembaga itu menyukai kesalahan persepsi yang ditimbulkan oleh penampilan luarnya; membuat orang yang berurusan dengannya tidak waspada dan lebih mudah diatasi.

Chris mengendus udara sekali lagi, hanya karena kebiasaan. Udara pagi ini terasa dingin. Chris berjalan lagi. Matanya mencari-cari mobil terdekat yang berpenumpang. Dia sudah melakukan pekerjaan rumahnya mencari informasi terkini keadaan di sekitar Apotek Saltman. Masih ada polisi yang mengawasi tempat tersebut. Chris bisa berpura-pura tidak tahu dan melangkah ke pintu depan, bertingkah sebagai orang yang mencari obat …

Pintu depan apotek masih terkunci. Tanda “Buka/Tutup” di balik pintu masih menunjukkan “Tutup”.

Padahal sudah lewat dua jam sejak jam bukanya, batin Chris seraya melihat arlojinya.

Chris mengangkat bahu dan berjalan. Dia sudah lapar lagi padahal sarapannya lumayan banyak.

==++==

Saat kembali lagi ke apotek dengan kantong kertas berisi kentang goreng di tangan dan mendapati bahwa apotek masih juga belum buka, Chris mengambil jalan memutar, memasuki gang di bagian belakang apotek, menghitung langkah, melihat sekitar untuk memastikan tidak ada siapa-siapa di sekitar sana, kemudian menyentuhkan tangan ke tembok luar apotek. Sebuah pintu muncul, terkuak seperti tampilan hologram yang terganggu proyeksinya.

NaClTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang