MUNCULNYA SINTO GENDENG
BAB 1
Malam rimba belantara luar biasa lebat dan sunyinya itu Sri Baginda duduk di atas batangan
pohon yang sengaja ditebang untuk dijadikan tempat duduk. Di sebelahnya duduk Patih Kerajaan.
Permaisuri tegak bersandar ke tiang bangunan yang baru saja selesai dibuat secara darurat. Bangunan
itu tanpa dinding sama sekali. Atapnya dari cabang-cabang pepohonan yang dirapatkan dan ditutup
dengan berbagai dedaunan. Enam orang pengawal berbadan tegap dengan senjata terhunus
mengelilingi tempat itu. Seorang lelaki separuh baya berpakaian ringkas dengan sebilah keris terselip di
pinggang melangkah mundar-mandir. Sepasang matanya membersitkan pandangan tajam.
Agak ke sebelah belakang bangunan yang tak lebih dari sebuah gubuk itu, duduk di atas tikar
daun seorang perempuan muda berparas jelita berkulit kuning langsat. Perempuan ini adalah salah
seorang selir Sri Baginda.
Tak ada yang membuka mulut. Kesunyian rimba belantara hanya dirasuki oleh langkah-langkah
lelaki berpakaian ringkas yang mundar-mandir itu.
"Patih Aryo Culo!" Sri Baginda akhirnya memecah kesunyian yang mencekam tidak enak itu.
"Apakah tempat ini cukup aman bagi kita?"
Lelaki berpakaian ringkas berhenti melangkah. Dia menatap Sri Baginda lalu berpaling pada
Patih Aryo Culo yang duduk di sebelah kiri Sri Baginda.
"Untuk satu dua hari saya rasa cukup aman Sri Baginda. Saya sudah memerintahkan seorang
kepercayaan untuk menyiapkan tempat baru di sebuah lereng bukit. Paling lambat dua hari lagi dia
pasti muncul dan kita bisa segera berangkat".
"Bagaimana dengan binatang buas?" tanya Sri Baginda pula.
Patih Aryo Culo menoleh pada lelaki berpakaian ringkas. Dan orang ini segera berkata: "Saya
sudah menebar garam penolak ular dan segala macam binatang berbisa. Di hutan ini tak ada harimau
atau binatang buas lainnya".
Meskipun mendapat jawaban demikian namun wajah Sri Baginda masih tetap tampak muram
kawatir. Ada hal lain yang tengah dipikirkannya. Patih Aryo Culo seperti dapat meraba, segera
membuka mulut.
"Para Pangeran dan Puteri telah diselamatkan di sebuah tempat rahasia. Kaum pemberontak tak
bakal menemukan mereka. Sesuai dengan rencana tujuh hari di muka mereka akan bergabung dengan
kita di tempat baru di lereng bukit, bersama-sama dengan dua orang selir Baginda lainnya. Satu hal
yang saya mohon dimaafkan. Keponakan Sri Baginda Raden Jingga tidak berhasil ditemukan. Dimana
dia berada ketika pemberontak menyerbu Kotaraja tidak diketahui".
Sri Baginda mengusap-usap rambutnya yang panjang sebahu dan keseluruhannya telah
berambut putih.
"Aku tidak mengawatirkan Raden Jingga. Tidak mengawatirkan siapa-siapa. Bahkan dirikupun
tidak..." berucap Sri Baginda. "Yang aku risaukan adalah masa depan Kerajaan. Jika kaum