18. Ki Ageng Tunggul Akhirat

2.9K 18 1
                                    

Episode : Ki Ageng Tunggul Akhirat

PANGKAL BAHALA 

Hujan rintik-rintik turun sejak pagi. Teluk Burung diselimuti kabut tebal. Dalam 

udara yang buruk itu seorang penunggang kuda berbaju biru dan mengenakan 

blangkon bergerak di antara batu-batu besar yang terhampar di seantero tempat. 

Mukanya yang hitam boleh dikatakan bukan wajah manusia. Lebih tepat dikatakan 

sebagai wajah setan. Di pipi kirinya ada cacat bekas luka memanjang mulai dari 

ujung bibir sempai ke mata. Mata ini sendiri tampak terbujur ke luar, kelopak bawah 

membeliak merah dan selalu basah. Akibat cacat di pipi kiri itu mulut orang ini 

tertarik ke atas hingga gigi-giginya yang besar-besar menjorok ke luar! 

Sebenarnya kuda coklat dan penunggangnya sudah sama-sama sangat letih 

saat itu. Beberapa kali kaki-kaki kuda terantuk atau terpeleset di bebatuan licin. Si 

penunggang sendiri dengan segala sisa kekuatan dan harapan untuk hidup mencoba 

membawa kudanya ke jurusan Timur, sampai di sebuah lamping bukit batu yang 

solah membentuk dinding panjang dari Timur ke Selatan. Di salah satu bagian 

dinding batu, orang ini hentikan kudanya lalu memandang berkeliling. Hujan rintikrintik 

telah berhenti. Namun kabut masih kelihatan di mana-mana menutupi 

pemandangan. Orang ini menunggu dan berusaha untuk sabar. Ketika sang surya 

muncul kabut di tempat itu perlahan-lahan mulai terkikis habis. Dalam terangnya 

udara orang tadi kembali memperhatikan keadaan di sekitarnya. Apa yang dicarinya 

terlihat di kejauhan. 

Tepat di pertengahan dinding batu ada satu lobang besar. Sesaat ada rasa 

tegang dalam diri orang ini. Setelah menabahkan hatinya dia lalu bergerak kea rah 

lobang tadi yang merupakan mulut sebuah goa. Di depan goa dia hentikan kudanya 

lalu turun dengan terhuyung-huyung. Dari kantong perbekalan yang tergantung di 

leher kuda dia mengambil sebuah bungkusan lalu melangkah hendak memasuki goa. 

Namun belum sempat kakinya menginjak mulut goa, tiba-tiba dari dalam 

menggelegar suara bentakan. 

"Siapa yang mengantar nyawa berani datang ke tempatku tanpa diundang?!" 

Manusia bermuka cacat itu terkejut. Setelah reda kejutnya dia memberanikan 

diri menjawab. 

"Aku Ki Ageng Tunggul. Kepala desa Pasirginting. Ingin bertemu dengan 

orang tua sakti bernama Supit Jagal. Kabarnya beliau adalah penghuni goa ini!" 

"Begitu? Katakan apa keperluanmu!" orang di dalam goa bertanya. 

"Aku dating untuk mohon diambil jadi murid!" 

"Bah! Maksud sintingmu membuat aku ingin melihat kau punya tampang! 

Lekas masuk dalam goa!" 

Ki Ageng Tunggul cepat melangkah masuk. Ternyata bagian dalam goa batu 

WIRO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang