Episode : Ki Ageng Tunggul Akhirat
PANGKAL BAHALA
Hujan rintik-rintik turun sejak pagi. Teluk Burung diselimuti kabut tebal. Dalam
udara yang buruk itu seorang penunggang kuda berbaju biru dan mengenakan
blangkon bergerak di antara batu-batu besar yang terhampar di seantero tempat.
Mukanya yang hitam boleh dikatakan bukan wajah manusia. Lebih tepat dikatakan
sebagai wajah setan. Di pipi kirinya ada cacat bekas luka memanjang mulai dari
ujung bibir sempai ke mata. Mata ini sendiri tampak terbujur ke luar, kelopak bawah
membeliak merah dan selalu basah. Akibat cacat di pipi kiri itu mulut orang ini
tertarik ke atas hingga gigi-giginya yang besar-besar menjorok ke luar!
Sebenarnya kuda coklat dan penunggangnya sudah sama-sama sangat letih
saat itu. Beberapa kali kaki-kaki kuda terantuk atau terpeleset di bebatuan licin. Si
penunggang sendiri dengan segala sisa kekuatan dan harapan untuk hidup mencoba
membawa kudanya ke jurusan Timur, sampai di sebuah lamping bukit batu yang
solah membentuk dinding panjang dari Timur ke Selatan. Di salah satu bagian
dinding batu, orang ini hentikan kudanya lalu memandang berkeliling. Hujan rintikrintik
telah berhenti. Namun kabut masih kelihatan di mana-mana menutupi
pemandangan. Orang ini menunggu dan berusaha untuk sabar. Ketika sang surya
muncul kabut di tempat itu perlahan-lahan mulai terkikis habis. Dalam terangnya
udara orang tadi kembali memperhatikan keadaan di sekitarnya. Apa yang dicarinya
terlihat di kejauhan.
Tepat di pertengahan dinding batu ada satu lobang besar. Sesaat ada rasa
tegang dalam diri orang ini. Setelah menabahkan hatinya dia lalu bergerak kea rah
lobang tadi yang merupakan mulut sebuah goa. Di depan goa dia hentikan kudanya
lalu turun dengan terhuyung-huyung. Dari kantong perbekalan yang tergantung di
leher kuda dia mengambil sebuah bungkusan lalu melangkah hendak memasuki goa.
Namun belum sempat kakinya menginjak mulut goa, tiba-tiba dari dalam
menggelegar suara bentakan.
"Siapa yang mengantar nyawa berani datang ke tempatku tanpa diundang?!"
Manusia bermuka cacat itu terkejut. Setelah reda kejutnya dia memberanikan
diri menjawab.
"Aku Ki Ageng Tunggul. Kepala desa Pasirginting. Ingin bertemu dengan
orang tua sakti bernama Supit Jagal. Kabarnya beliau adalah penghuni goa ini!"
"Begitu? Katakan apa keperluanmu!" orang di dalam goa bertanya.
"Aku dating untuk mohon diambil jadi murid!"
"Bah! Maksud sintingmu membuat aku ingin melihat kau punya tampang!
Lekas masuk dalam goa!"
Ki Ageng Tunggul cepat melangkah masuk. Ternyata bagian dalam goa batu