03. Dendam Orang-Orang Sakti

4.9K 35 1
                                    

WIRO SABLENG  

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212

Karya: Bastian Tito

DENDAM ORANG-ORANG SAKTI

SATU

LUKA besar di bekas kutungan tangan kanannya itu membuat tenaganya semakin  

lama semakin mengendur. Kalau tadi dengan segala tenaga yang ada macam manusia dikejar  

setan dia melarikan diri dari pekuburan Djatiwalu itu, maka kini jangankan lari, berjalan  

melangkahpun dia sudah tidak sanggup. Tubuhnya terhuyung-huyung. Nafasnya megap-  

megap seperti mau sekarat!  

Saat itu dia berada di tepi sebuah jurang. Dalam larinya tadi dia tak memperhatikan  

lagi ke mana tujuannya sehingga di mana dia berada saat itu adalah satu tempat yang jarang  

didatangi manuisia. Sunyi senyap mencengkam menegakkan bulu roma. Matanya yang  

berkunang-kunang, pemandangannya yang semakin mengelam dan daya tenaga yang sudah  

habis sampai ke batasnya membuat tubuhnya tak ampun lagi jatuh terperosok ke dalam jurang  

ketika salah satu kakinya terserandung di bebatuan yang menonjol di tepi jurang.  

Masih untun jurang itu bukanlah jurang batu, tapi jurang yang penuh ditumbuhi semak  

belukar. Tubuhnya menggelinding ke bawah membentur semak belukar mengait ranting-  

ranting pepohonan rendah. Sakit tubuhnya bukan main, apalagi bekas luka kutungan di tangan  

kanannya. Ketika dia terhampar di dasar jurang, dia tiada sadarkan diri lagi!  

Bila dia sadarkan diri maka saat itu matahari sudah hamper tenggelam. Keadaan di  

dasar jurang sunyi itu gelap dan dingin karena pantulan sinar matahari yang terakhir tidak  

sampai menyaputi dasar jurang di mana dia berada. Dia berpikir-pikir di mana dia terbujur  

saat itu. Kemudian denyutan rasa sakit yang amat sangat pada bahu kanannya yang bunting  

dan masih melelehkan darah itu, membuat dia ingat segala sesuatunya apa yang telah terjadi.  

Dia - Kalingundil - beberapa jam yang lalu telah bertempur melawan seorang pemuda  

sakti bernama Wiro Sableng. Dalam pertempuran itu bukan saja dia terpaksa melarikan diri  

tapi juga terpaksa kehilangan tangan kanannya karena telah dibetot puntung oleh lawannya!

Dan mengingat ini, diantara rasa sakit yang tiada terkirakan, memerih pula rasa dendam  

kesumat yang amat sangat. Walau bagaimanapun dia musti dapat meneruskan hidupnya,  

meski cuma bertangan sebelah. Meski bagaimanapun dia harus dapat membalaskan dendam  

kesumat akibat perbuatan pemuda Wiro Sableng yang telah membuat dia cacat seumur hidup

itu.

Ketika kedua matanya melihat bintang-bintang yang bermunculan di langit di atasnya  

barulah disadarinya bahwa hari sudah menjadi malam. Kalingundil tahu bahwa semalam-  

WIRO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang