15. Mawar Merah Menuntut Balas

2.5K 13 0
                                    

SERIAL WIRO SABLENG

Mawar Merah Menuntut Balas

KARYA BASTIAN TITO  

1

ANAK perempuan berumur delapan  

tahun itu berlari-lari kecil sambil tiada  

hentinya menyanyi. Di tangan  

kanannya tergenggam lebih dari  

selusin tangkai bunga yang baru  

dipetiknya di dalam hutan. Saat itu  

matahari pagi telah naik tinggi. Si  

anak mempercepat larinya. Dia takut  

kalau kalau orang tuanya mengetahui  

bahwa dia telah pergi ke hutan lagi.  

Tentu dia akan dilecut seperti  

kemarin.  

Baru saja dia memasuki jalan kecil yang akan menuju keperkampungan, anak perempuan ini  

dikejutkan oleh derap kaki kuda yang banyak dan riuh sekali. Dia tak ingin mendapat celaka  

diterjang kaki-kaki kuda. Cepat-cepat dia menepi dan berlindung di balik sebatang pohon.  

Tak lama kemudian serombongan penunggang kuda lewat dengan cepat. Si anak tak tahu  

berapa jumlah mereka semuanya, tapi yang jelas amat banyak dan semua berpakaian serba hitam,  

rata-rata memelihara kumis melintang serta cambang bawuk yang lebat. Tampang-tampang  

mereka buas bengis. Dan masing-masing membawa sebilah golok besar di pinggang. Meski  

rombongan penunggang kuda itu telah berlalu jauh namun debu jalanan masih beterbangan  

menutupi pemandangan. Setelah debu itu sirna barulah si anak keluar dari balik pohon dan berlari  

sepanjangjalan menuju ke kampungnya.  

Kampung itu terletak di sebuah lembah subur yang dialiri sungai kecil berair jernih. Sekeliling  

perkampungan terbentang sawah ladang yang luas. Saat itu padi tengah menguning hingga  

kemanapun mata memandang warna keemasan yang kelihatan.  

Anak perempuan itu terus lari. Dia harus lewat kebun di belakang rumah agar tidak kelihatan  

oleh orang tuanya. Kemudian dia akan masuk ke dalam kamar dan menyembunyikan bunga-bunga  

itu dibawah kolong tempat tidur. Kemudiannya lagi .... SERIAL WIRO SABLENG  

Mawar Merah Menuntut Balas  

KARYA  

BASTIAN TITO  

Jalan pikiran si kecil itu terhenti dengan serta sewaktu dari arah kampungnya terdengar suara  

hiruk pikuk. Suara itu bercampur aduk. Ada suara ringkikan kuda, suara teriakan orang laki-laki,  

pekik jerit orang-orang perempuan dan anak-anak, lalu suara beradunya senjata yang sekali-kali  

diseling oleh suara ringkik kuda yang membuat kecutnya hati anak perempuan itu.  

Ada apakah di kampung? Begitu si anak berpikir. Hatinya yang kecut membuat larinya  

WIRO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang