CINTA ORAMG ORANG GAGAH
SATU
SAAT ITUmenjelang fajar menyingsing. Kesunyian dirobek oleh suara tawa bergelak
seseorang. Orang ini tengah berlari cepat ke jurusan timur. Jelas suara tawanya bukan
tawa sembarangan. Bukan saja mengejutkan burung-burung serta binatang-binatang lain
yang tengah tertidur nyenyak dalam pelukan udara dingin, tetapi juga menggetarkan
tanah pada tempat-tempat yang dilajuinya.
Begitu cepat manusia ini berlari hingga dalamwaktu singkat dia sudah menempuh
jarak ratusan tombak. Suara tawanya masih juga terus mengumandang. Di lain saat di
ufuk timur merambas sinar terang tanda matahari telah terbit menyembulkan diri. Tanda
malam telah berganti dengan siang.
Orang itu hentikan larinya. Dibasahinya mukanya dengan air embun yang menempel
pada dedaunan di sekitarnya, Setelah merasakan kesegaran maka dia meneruskan
perjalanan kembali. Seperti tadi lagi-lagi berlari sambil mengumbar tawa. Namun sekali
ini suara tawanya tidak berlangsung lama.
Dua bayangan hijau berkelebat. Satu teguran yang hampir merupakan bentakan
lantang terdengar.
"Singgar Manik! Gerangan apakah yang membuatmu pagi-pagi begini demikian
gembiranya?!"
Orang yang lari sambil tertawa hentikan Jari danmemandang ke depan. Begitu
melihat dua manusia berjubah hijau yang berdiri sepuluh langkah di hadapannya,
bergetarlah hatinya. Perasaannya serta merta jadi tidak enak.
Dua orang berjubah hijau itu adalah dua brahmana kembar dari Bali yang dikenal
dengan julukan Sepasang Kobra Dewata.
Jubah mereka yang hijau, kepala yang botak plontos ditambah muka yang lebar serta
tampang-tampang yang tidak sedap untuk dipandang, membuat keduanya benar-benar
hampir menyerupai dua ekor ular kobra yang angker. Siapa tokoh silat di Jawa Timur
yang tidak kenal dengan dua manusia yang menguasai rimba persilatan di Pulau Dewata
ini?
Mereka bukan dari golongan baik-baik. Inilah yang membuat orang tadi yakni Singgar
Manik merasa tidak enak walau dia sendiri bukan pula tergolong manusia bersih dan
baik!
Setelah berbasa basi dan menjura pada kedua orang itu Singgar Manik lantas
berkata: "Di pagi begini bertemu dengan Sepasang Kobra Dewata sungguh merupakan
hal yang tidak terduga. Satu kehormatan bagiku kalian mau menegur bertutur cakap.
Hendak kemanakah kalian berdua?"
Nyoka Gandring, orang tertua dari Sepasang Kobra Dewata rangkapkan tangan di
muka dada. Sambilmengulum senyum dia berkata: "Angin kegembiraanmu Iah yang
agaknya telah membawa kami ke mari. Coba kau terangkan apa. yang begitu