26. Cinta Orang-orang Gagah

2.2K 20 0
                                    

CINTA ORAMG ORANG GAGAH

SATU 

SAAT ITUmenjelang fajar menyingsing. Kesunyian dirobek oleh suara tawa bergelak 

seseorang. Orang ini tengah berlari cepat ke jurusan timur. Jelas suara tawanya bukan 

tawa sembarangan. Bukan saja mengejutkan burung-burung serta binatang-binatang lain 

yang tengah tertidur nyenyak dalam pelukan udara dingin, tetapi juga menggetarkan 

tanah pada tempat-tempat yang dilajuinya. 

Begitu cepat manusia ini berlari hingga dalamwaktu singkat dia sudah menempuh 

jarak ratusan tombak. Suara tawanya masih juga terus mengumandang. Di lain saat di 

ufuk timur merambas sinar terang tanda matahari telah terbit menyembulkan diri. Tanda 

malam telah berganti dengan siang. 

Orang itu hentikan larinya. Dibasahinya mukanya dengan air embun yang menempel 

pada dedaunan di sekitarnya, Setelah merasakan kesegaran maka dia meneruskan 

perjalanan kembali. Seperti tadi lagi-lagi berlari sambil mengumbar tawa. Namun sekali 

ini suara tawanya tidak berlangsung lama. 

Dua bayangan hijau berkelebat. Satu teguran yang hampir merupakan bentakan 

lantang terdengar. 

"Singgar Manik! Gerangan apakah yang membuatmu pagi-pagi begini demikian 

gembiranya?!" 

Orang yang lari sambil tertawa hentikan Jari danmemandang ke depan. Begitu 

melihat dua manusia berjubah hijau yang berdiri sepuluh langkah di hadapannya, 

bergetarlah hatinya. Perasaannya serta merta jadi tidak enak. 

Dua orang berjubah hijau itu adalah dua brahmana kembar dari Bali yang dikenal 

dengan julukan Sepasang Kobra Dewata. 

Jubah mereka yang hijau, kepala yang botak plontos ditambah muka yang lebar serta 

tampang-tampang yang tidak sedap untuk dipandang, membuat keduanya benar-benar 

hampir menyerupai dua ekor ular kobra yang angker. Siapa tokoh silat di Jawa Timur 

yang tidak kenal dengan dua manusia yang menguasai rimba persilatan di Pulau Dewata 

ini? 

Mereka bukan dari golongan baik-baik. Inilah yang membuat orang tadi yakni Singgar 

Manik merasa tidak enak walau dia sendiri bukan pula tergolong manusia bersih dan 

baik! 

Setelah berbasa basi dan menjura pada kedua orang itu Singgar Manik lantas 

berkata: "Di pagi begini bertemu dengan Sepasang Kobra Dewata sungguh merupakan 

hal yang tidak terduga. Satu kehormatan bagiku kalian mau menegur bertutur cakap. 

Hendak kemanakah kalian berdua?" 

Nyoka Gandring, orang tertua dari Sepasang Kobra Dewata rangkapkan tangan di 

muka dada. Sambilmengulum senyum dia berkata: "Angin kegembiraanmu Iah yang 

agaknya telah membawa kami ke mari. Coba kau terangkan apa. yang begitu 

WIRO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang