CHAPTER TWENTY

1.1K 38 0
                                    

"Zee, doain aku ya", Boston menatap mataku.

Gue masih gak nyangka. Masa gue jadian sama Boston? Dia itu kakak bagi gue. Bukan pacar.

Yang gue tau, Boston itu juga menganggap gue adik.

"Heey", Boston menggerakkan tangannya di depan mukaku, "Melamun ajalo, huu"

"Ih apaan sih!"

"Doain gue yaa.."

"Cuma di botakin kok, alay lo", gue memukul pelan lengan Boston.

Oh iya, Gita mana ya?

"Sus, langsung di botakin aja. Soalnya saya mau ada urusan", gue menatap suster serius, sesekali menunjuk Boston.

"Ih apaan sih Zee. Gak so sweet banget!", Boston mendongak melihatku, dia masih tiduran.

"Yee, bodo amat. Ngarep lebih?", gue melet lalu kabur menjauh dari Boston.

-----

Gita ngilang? Mistis banget. Horror sumpah. Gue gak nahan. Git jangan hilang plis.

"Zee?", seseorang menepuk pundakku. Jangan bilang arwah Gita minta hutang.

"Jangan ganggu gue, please! Huushh hush! Gue gaada salah sama lo Git! Sorry gue gak jadi sahabat yang baik buat lo Git. Tapi, gue pengen hidup tenang Git!"

"Alay lo Zee", gue membuka mata. Titan. Astaga.

"Eerr.. Lo ngg..ngapain ke..sini?", gue mencoba bertingkah biasa. Tapi yaa, you know.. Hasilnya awkward.

Awkwaaarrdd..

Dan sekali lagi

Awwkkwaaarrdd..

"Lo yang ngapain disini, ini tuh di depan kamar mayat tau ga"

"WHAT?! TITAAN!", secara tak sengaja gue memeluk Titan.

Deg.

"Eerr.. Sorry Tit", gue sedikit menjauh dari Titan.

Awkward.

Titan gak ngomong apa-apa. Sumpah awkward banget.

Gue dan Titan jalan bareng di lorong sepi. Kok gue bisa sampe sini ya?

"Jam berapa Boston operasi?", tanya Titan.

Akhirnya.

"Eerr.. Bentar lagi kayaknya"

"Ooh"

Kemudian hening. Lagi.

-----

"Lama banget sih!"

"Sabar dong Git!"

"Yaelah, gue udah nunggu dari tadi. Sampe pantat lumutan tau ga!"

"Yaampunn, baru nunggu 10 detik aja bawelnya minta ampun. Ohya, gue kira tadi lo udah mati tau ga"

"MAKSUD LO?!"

"Ya siapa yang suruh ngilang gak jelas"

"Eh, gue boker dulu keles. Emang harus gitu izin ke e-lo?"

"Udah udah! Kalian ini, orang lagi operasi ini malah ribut", Titan melerai pertengkaran kami, eerr..bukan pertengkaran sih.

-----

Lama banget gue nunggu operasi Boston.

Oh iya.

"Git, lo liat ortunya Boston gak??", gue memencet-mencet lengan Gita, "Yaelah molor dianya"

Kalo bangunin, pasti gak bangun sih.

Kalo teriak, Titan marah.

Kalo diam aja, guenya bosan.

Lalu?

"Zee, operasinya udah selesai", Titan keluar dari suatu ruangan.

Finally!

"Sukses kah?", tatapku penuh harap.

"Sukses lah.. Harus itu", jawab Titan sambil nyengir, "Oh iya, kan Titan habis operasi nih, lagian ini juga udah malam. Jadi hari ini masih di opname"

Udah malam? Masa sih?

Gue melihat jam tangan. Udah jam 8 malam sih. Gue pulang gak ya?

"Zee, kalo lo mau pulang, sekalian sama gue aja", ajak Titan.

"Gak usahlah, gue bisa pulang sendiri. Lagipula nanti Gita sama siapa coba?", gue menunjuk Gita yang masih tidur.

"Gausah sok jaim deh lo, yaudah ajak Gita gih. Buruan, udah mau abis jam besuk nih", Titan mengetuk-ngetuk jam tangannya.

-----

heyy!!

jangan lupa yaa vote and comment gurrlllzz ;D

OPERA LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang