Part 5

69.3K 3.7K 19
                                    

Kayna :

Entah sudah berapa kali aku menyeka air mata yang terus menerus jatuh dari mataku. Sebenarnya untuk apa aku menangis begini sih! Bukannya sewaktu memutuskan untuk pulang tekatku sudah bulat untuk menerima perceraian ini. Tapi kenapa aku justru merasa sedih sekali sekarang.

Ya! Perasaanku kacau balau sekarang.

Aku benar-benar tak menduga kalau rencana perceraian ini malah berasal dari orang itu. Aku benar-benar kesal, harusnya kalau ada yang berinisiatif untuk cerai maka usul itu haruslah datang dari aku, bukan dari dia.

Kenapa sih aku ini! Cuma masalah cerai saja, lagi pula aku kan tidak pernah suka menjadi istrinya. Tapi tetap saja rasanya kesal sekali menghadapi masalah ini sekarang.

Huuuhhhh…..

Kuseka air mataku dan kemudian aku bergegas turun dari ranjang. Aku tidak ingin larut dalam perasaanku yang sedang kacau ini. Aku butuh ketenangan dan kebahagiaan. Dan, aku butuh rokok.

Trey :

“Dad?” Livia memanggilku pelan. Aku menoleh padanya yang berbaring diatas tempat tidurku, tengkurap menatap buku cerita bergambarnya.

“Ya sayang, ada apa?” aku menghentikan pekerjaanku memperhatikan desain untuk bangunan sebuah bandara internasional yang tendernya akan diikuti oleh Sahid Corporation bulan depan.

“Apa benar Michelle Kayna itu Mommy?”

Kusandarkan punggungku kebahu kursi sebelum menjawab pertanyaan itu. “Menurut Via, bagaimana?”

Livia mengangkat kepalanya untuk balas menatapku. “Dia nggak mirip Via, Dad”

Aku tersenyum datar, lalu bangkit dari kursiku dan menuju kearahnya tempat tidur dimana, gadis kesayanganku sedang berbaring. “Menurut Dad, kalian justru sangat mirip” aku mengecup puncak kepala Livia penuh sayang “Kalian punya lesung pipi yang sama, Kayna juga kidal sama seperti kamu Via, dan kalian juga sama-sama punya kebiasaan jelek, suka ngambek”

“Daaaaad!” protesnya kesal.

Aku tersenyum kecil, lalu mengacak-acak rambut panjangnya yang lurus.

“Tuh kan! Si tukang ngambek”

Bibir tipis Livia terlipat berkerut-kerut menahan kesal karena kucandai.

“Via, mau janji nggak sama Dad?” tanyaku kemudian. Si duyung kecil menatapku dengan keheranan. “Via harus bersikap baik dengan Kay..mmmm…maksud Dad, Moms”

“Kenapa?” tanyanya tak acuh

“Karena Moms yang melahirkan Via”

“Tapi moms kemana aja selama ini?”

Kuhela nafas pelan “Dad kan sudah pernah bilang ke Via kalau Moms harus bekerja ditempat yang sangat jauh jadi moms nggak bisa sering-sering pulang menemui Via”

Dia menatap padaku ragu.

“Apa moms sayang Via?” tanyanya pelan penuh rasa keingin tauan.

Aku hanya bisa terdiam mendengarkan pertanyaan itu. Livia menatapku dalam-dalam, menunggu jawaban.

“Tentu” jawabku kemudian.

“Kenapa moms nggak langsung memeluk via tadi?”
“Hmm..itu..” aku berusaha menemukan jawaban yang pas untuk jawaban

 Itu “Mungkin mommy takut karena Via bersikap galak tadi padanya”

“Moms takut sama via?” dia mengulang pertanyaanku lagi.
Aku mengangguk cepat, meski sepenuhnya tak yakin dengan hal itu.

Aku tak pernah bisa memahami Kayna dengan baik…tapi mungkin saja itulah yang dirasakannya saat bertemu dengan Via.

“Via mau kan janji  pada dad kalau via mau bersikap lebih baik dengan moms?” tanyaku sekali lagi “Moms akan sedih kalau via terus-terusan nggak suka dengan moms”

Putri kecilku menatapku ragu-ragu untuk berjanji. Kubelai rambutnya lembut. Livia adalah satu-satunya hal terindah yang diberikan Kayna untukku. Begitu banyak hari-hari yang kulalui bersama gadis kecil ini. Tidak semuanya indah memang. Tapi semua perasaan yang buruk, yang kualami akan segera hilang setiap aku memandang wajah putri kecilku ini.  Aku ingin Kayna juga bisa merasakan hal itu. Aku ingin kayna dan Livia bersatu.

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang