Part 30

60.2K 3.1K 33
                                    

Trey :

“Mau kemana sih Kay?” aku tak dapat menahan diri untuk tidak bertanya pada istriku yang sedari tadi sibuk memberi perintah kepadaku untuk berbelok kesana kemari kejalan yang ditunjukkannya.

“Ra.Ha.Si.A” dia menyahuti sambil tersenyum lebar.

“Tumben pake rahasia-rahasiaan segala”

“Iya dong…ini akan jadi kejutan untuk kamu sama Via” dia melirik lalu menjawil pipi tembam livia yang duduk manis di kursi belakang mobilku.

Aku tersenyum saat menatap tingkah istri dan anakku dari kaca spion mobil.

Aku benar-benar nggak punya clue apapun untuk mengetahui apa yang direncanakan oleh kayna…yang jelas pagi-pagi sekali dia sudah membangunkan aku dengan penuh semangat dan setelah memastikan aku dan via menghabiskan sarapan kami dia menggiring kami menuju mobil dan kami berakhir dijalanan kota yang macet menuju entah kemana.

“Belok” perintahnya saat mobil kami berda di jalan masuk menuju sebuah hotel bintang lima…aku mengingatnya sebagai hotel tempat dimana dulu kami merayakan resepsi pernikahan kami.

“Kangen nggak sama hotel ini?” dia bertanya padaku.

Aku tersenyum sekilas dan mengangguk. Mau tak mau teringat kembali dengan kejadian sembilan tahun yang lalu.

Bahkan untuk keluar dari mobil pengantin saja kami sampai bertengkar hebat dan saling tarik-tarikan baju juga jambak-jambakan rambut, pokoknya baik aku maupun Kayna tak ada yang mau mengalah.

Kami saling bertukar tatap dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Menertawai masa lalu dan kekonyolan kami waktu itu.

Livia memperhatikan kami dengan keheranan tapi kemudian dia kembali asyik dengan psp nya lagi.

Aku berhenti tepat didepan pintu masuk hotel dan kami bertiga langsung turun dari mobil tanpa ada adegan jambak-jambakan lagi. aku lalu menyerahkan kunci mobilku pada petugas hotel untuk memarkirkannya.

Sebenarnya mau apa kay mengajak kami kesini. Aku tak dapat menahan rasa penasaranku.

lebih penasaran lagi saat dia mengambil sebuah kunci kamar dari resepsionisnya....Kayna memboking kamar untuk kami.

Hmmmm......nggak mungkinkan kalau dia benar-benar ingin memperlihatkan pada Livia bagaimana cara kami membuat adik untuknya...Kay mungkin labil tapi dia masih cukup waras.

"Nah" katanya memecah kesunyian diantara kami bertiga "Daddy sama Via naik kekamar ini dan ganti baju dengan pakaian yang udah mom siapin disana...nanti ada orang yang akan mengurus kalian berdua"

"Loh kamu mau kemana?" tanyaku terheran-heran saat kulihat dia ingin melangkah berlalu dari hadapan kami.

Dia menatapku dengan tatapan mata sedikit kesal "Trey, jangan banyak tanya deh... kita nggak punya banyak waktu...kamu harus ikuti semua keinginan aku, akukan lagi ngidam".

"Selalu deh bawa-bawa ngidam...nggak mungkinkan si baby mau yang aneh-aneh gitu pasti kamu.." gerutuanku terhenti karena bibirnya menempel dibibirku, cuma sebentar tapi cukup membuat aku terdiam lama.

Dia tersenyum lebar penuh kemenangan "Ayo naik keatas" suruhnya dengan lagak bagai bos besar.

"Uhhhhh....dasar kamu" aku menatapnya sambil tersenyum separuh kemudian merengkuh bahu Via dan membimbingnya melangkah menuju lift kelantai empat hotel itu.

Livia berputar-putar kegirangan didepanku memamerkan ballgownnya "Dad...baju yang mom kay kasih bikin via kayak princess ya".

Aku tersenyum melihat kegembiraan putri kecilku pada gaun soft pink berbahan tulle dan bandana dengan hiasan mutiara berwarna sama, livia benar-benar cantik.

"Terus daddy kayak pangerannya iya kan?" sambungku sambil menepuk-nepuk vest berwarna golden sampanye yang menjadi pelapis bagian dalam tuxedo putih yang akan kupakai.

Sambil mengenakan Tuksedo aku masih belum mengerti kenapa Kayna memakaikan kami pakaian ini. rasa-rasanya kami tak ada rencana untuk menghadiri sebuah acara atau pesta apapun.

"Mari Pak Trey saya antar" Wanita yang diutus Kayna untuk mengurus kami berkata padaku.

"Kita mau kemana?" tanyaku padanya.

Wanita itu mengenalkan diri sebagai Hana usianya mungkin sepuluh tahun lebih tua dariku penampilannya modis dan dia mengaku datang tidak sendirian melainkan bersama asistennya yang sedang mengurusi Kayna.

"Nanti bapak akan tau sendiri, mari Pak Trey" ajaknya lagi sambil membuka pintu kamar, tersenyum pada Livia yang berjalan sambil melompat-lompat kegirangan dengan gaunnya.

Aku mengikuti keduanya dari belakang.

Saat memperhatikan tombol lift yang ditekannya aku menyadari kalau kami turun lagi ke lobby hotel. Walau masih penasaran aku tau bertanya tak ada gunanya, Kay berhasil menutup rapat mulut semua orang yang terlibat dengan hal rahasia yang direncanakannya.

Wanita itu berhenti dimuka pintu sebuah ruangan kemudian membukanya, membiarkan kami berdua masuk kedalam dan betapa terkejutnya aku ketika menyadari ruangan yang kami masuki adalah ruang resepsi pernikahan kami dulu.

Aku terpaku dimuka pintu masuk.

Kepalaku menengadah menatap kelangit-langit ruangan yang dihiasi keindahan lampu kristal raksasa yang melingkar berlapis-lapis sementara butir-butir kecil kristal yang menggantung lebih menyerupai tetesan air hujan yang tercurah dari kubah bundar ruangan itu yang disetting menyerupai awan abu-abu yang berarak, sementara disekeliling kami semuanya sudah diatur menyerupai hutan bunga yang luar biasa romantis. Aroma melati, mawar dan fresia menguar dari kumpulan semak bunga didekatku.

Ini benar-benar mirip dengan tema resepsi pernikahan kami dulu, dunia peri.

"Dad lihat-lihat....kita mau foto-foto..." suara livia membuat aku kembali tersadar dari rasa terkesima pada keindahan ruangan ini. Arah tatapanku tertuju pada apa yang ditunjuk oleh Livia.

Putriku benar. Beberapa peralatan tata cahaya berupa payung-payung hitam dan tripod kamera terlihat di salah satu pojok ruangan ini.

Kay rupanya ingin membuat foto keluarga kami secara lengkap. Kesadaran akan hal itu membuat aku tak kuasa menahan senyuman dibibirku.

Tapi dimana Kayna...

Baru saja aku mempertanyakan keberadaannya kulihat pintu masuk ruangan aula terbuka, resleks aku menoleh dan menemukannya dengan segala keindahan yang memaku diriku pada tempat dimana aku berdiri.

Kayna tersenyum padaku.

Tapi saat ini bukan senyumnya yang membuat aku terkesima. melainkan apa yang dikenakannya.

"Mommyyyy...." Livia berseru takjub sedetik kemudian Livia menarik-narik lengan jas yang kukenakan dengan penuh semangat "Dad...dad...lihat mom cantik sekali".

Sejak dulu aku menyadari hal ini, dalam balutan replika gaun pengantin yang sama dengan yang dikenakannya dulu, Kayna adalah mempelai paling jelita yang pernah kulihat.

"Melongo?" tanyanya ketika sudah berada dihadapanku.

"Siapa yang tidak akan melongo melihatmu sekarang" aku mengulurkan tangan kananku kewajahnya membelainya dengan lembut "Faktanya setelah sembilan tahun berlalu kau masih jadi mempelai tercantikku"

"Dan kau yang tersempurna mengenakan tuksedo itu"..

Aku tersenyum padanya “Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?” aku bertanya “menikah lagi?”.

Kayna menganggukkan kepala “Dan foto-foto”

“Ini akan jadi foto keluarga yang sempurna” aku melirik Livia yang masih menatap ibunya dengan penuh kekaguman “Jadi Princess Mermaid…apa dia ibumu yang sebenarnya?” aku bertanya pada gadis kecilku yang terus-terusan memandangi ibunya dengan tatapan memuja.

Disebelahku Kayna ikut tersenyum.

“Yup, Dad” sahutnya dengan suara kanak-kanaknya yang jernih “Mommy nya via yang paling cantik didunia” saat mengatakan itu matanya berbinar-binar bahagia.

TBC

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang