Part 20

61.9K 3.2K 25
                                    

Trey :

Rasanya aneh harus berpura-pura bersikap mesra seakan nggak terjadi apa-apa justru disaat tau segalanya akan segera berakhir.

Disepanjang sisa malam itu aku mencoba untuk memejamkan mata dengan tenang, berharap Kay juga bisa merasakan hal yang sama kalau aku bersikap biasa-biasa saja.

Tapi sudah hampir setengah jam sejak kami masuk kekamar ini kayna mengurung dirinya terus dikamar mandi.

Aku jadi curiga jangan-jangan dia nekad mau tidur disana.

jadi dengan berat hati aku bangun dari tidur dan melangkah menuju kekamar mandi.

Kuketuk pintu kamar mandi pelan “kay, kamu masih hidup?”

“Yaaa”

suara itu terdengar sangat serak.

Aku yakin didalam sana dia sedang menangis

Aku menghela nafas pelan.

Sedetik setelahnya pintu kamar mandi terbuka.

Kayna muncul dengan matanya yang merah.

Aroma asap rokok menguar dari dalam kamar mandi bercampur dengan aroma sabun pencuci mukanya.

“kamu merokok lagi?” tanyaku sambil menatapnya dengan jenis tatapan guru kemuridnya yang bandel.

Dia mengangguk pelan.

“terus kenapa nangis?”

Dia diam nggak menjawab  apa-apa.

Ciri khas kayna kalo sedang tertekan

“damn” makiku pelan “harusnya aku nggak pernah ngasih tau kamu soal penyakitku ini”

Dia menatapku seakan ingin memprotes.

Aku mengalihkan pandangan kearah lain.

“maafkan aku trey” ucapnya pelan.

“kalo kamu bisa minta maaf, bisa nggak kamu terlihat normal. Jangan menangis, mogok makan atau melakukan sesuatu yang membuatku ketakutan terus menerus”

“aku juga ketakutan Trey” isaknya pelan.

Kutatap dia tak mengerti “kenapa?”

Dia menatapku dengan tatapan penuh kepedihan, tapi tak mengatakan apapun juga.

Aku kemudian merengkuhnya kedalam pelukanku.

“kay” kataku pelan “apapun yang aku alami sekarang, ini bukan salah kamu…ini murni kehendak yang diatas kay, kita nggak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah”

“tapi aku nggak ingin kamu mati, bagaimana dengan Livia, terus mami kamu”

“aku juga nggak ingin mati Kay” ucapku pelan “aku ingin bisa terus ada didekat Livia, mendampinginya sampai dia dewasa dan menikah” dadaku terasa sesak sekali saat mengatakan harapan yang tak akan pernah jadi kenyataan itu.

Tanganku mengelus-elus bahu kayna pelan.

Entah sebesar  apa keinginanku untuk bisa mendapatkan kesempatan kedua hidup bersama wanita ini.

Sangat besar, tapi kesempatan kadang memang Cuma datang satu kali saja.

“jangan pernah menangis seperti ini lagi, ya” kataku sambil mengecup puncak kepalanya.

“nggak bisa janji” jawabnya pelan.

Aku tertawa tanpa suara.

“kamu ingin aku mati lebih cepat kalo gitu”

Dia memukul dadaku pelan dengan kepalan tangan kirinya.

Marah dengan kalimatku tadi.

“sudah…sudah…”bisikku menenangkannya “sekarang, lebih baik kita tidur” ajakku sambil membimbingnya kembali keranjang, membantunya naik ketempat tidur kemudian menyelimutinya.

Setelahnya aku ikut melakukan hal yang sama.

Aku menguap pelan, benar-benar ngantuk sekarang.

Mendadak kayna memutar tubuhnya menghadap kearahku, kemudian merapat memelukku.

Mataku yang tinggal lima watt kembali membuka, aku mengangkat kepalaku untuk menatap kearahnya.

Tersenyum menyeringai.

“kayaknya lobi mami tadi berhasil!” kataku pelan “apa kamu sudah mau diajak buat calon cucu baru untuk mami?” tanyaku iseng.

Aku merasakan ketegangan dibahu kayna, cepat kutenangkan dengan mengelusnya pelan “just kidding kay, aku nggak dendem kok sama kamu sampe tega mau ngasih kamu anak disaat udah sekarat gini” kurebahkan kembali kepalaku keatas bantal sambil memejamkan mataku rapat-rapat.

TBC

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang