Part 18

60.7K 3.2K 56
                                    

Trey :

Sepanjang acara barbeque-an kayna sering kali terlihat diam melamun.

Semua canda tawa disekelilingnya seakan tak bisa mempengaruhi suasana hatinya.

Dia hanya bicara kalau ditanyai oleh seseorang, itupun hanya singkat-singkat saja.

“kenapa tuh bini lu?” tanya Triardi padaku saat kami berdua yang bertugas memanggang daging terpisah dari yang lain sehingga lebih leluasa untuk bicara berdua saja.

Aku mengangkat bahuku dengan lagak tak acuh.

Triar menatap-ku curiga…”haaaa…gue paham nih, elu pasti maksa dia untuk hmm..hmm..” dia terbatuk pelan.

Aku nyengir ogah-ogahan “mau tau aja”

“aduh pasti elu udah sangat nggak sabar ya, udah lebih tujuh tahun juga elu mupeng gara-gara ditinggal kay. Sabar aja trey, jangan dipaksa-paksa gitulah…cewek tuh paling anti kekerasan harus dibujuk dibaik-baikin”

Aku memutar bola mataku dengan sebal mendengar ceramah sok tahu dari kakak sulung-ku ini.

“Nih..” dia menyodorkan sepiring daging panggang pada-ku, yang segera kuterima dengan senang hati “kasih kay tuh”

Kuperhatikan daging setengah gosong itu dengan keheranan “apaan nih, kayaknya bukan daging ayam ya?”

“memang bukan, itu daging kambing” bisiknya ditelingaku “kalo makan ini dijamin pasti kay bakalan horny”

Aku meletakkan kembali piring itu keatas meja pemanggang “ah nggak..nggak..buat bini lu aja”

“yeee….ditawarin supaya enak juga, kok malah nggak mau”

Aku meringis tertahan “elu tahu sendirilah dengan kayna, baru kena satu kali aja trus jadi Livia gue ditinggal kabur ke Paris, kalo kena lagi, trus hamil lagi bisa-bisa gue ditinggal ke kutub Maann..” aku memukul dada Triar dengan tinju-ku

Dia tertawa geli mendengar candaan-ku.

“kekutub dia mau kuliah apaan? Kuliah fashion bikin mantel bulu pinguin”

Kami tertawa bersama, menertawakan gurauan kami.

“trey” satu panggilan mendadak membuat kepala-ku menoleh “mana kameranya, kita kan pengen foto-foto” papi-ku berkata lantang dari tempatnya duduk dikursi besi dikelilingi oleh para menantu dan calon menantu serta cucu-cucunya.

Aku menepuk dahi-ku pelan “Aduuh lupa, iya bentar pi” aku baru hendak beranjak kedalam rumah saat kulihat kayna berdiri sigap sambil menatap-ku

“biar aku aja” katanya pelan aku terpaku menatapnya keheranan tapi dia telah menghilang kedalam rumah.

Beberapa menit kemudian kay muncul kembali dengan kamera milikku ditangan kanan-nya. Sambil melangkah beberapa kali dengan iseng dia berhenti untuk memotret anggota keluarga naraditya yang lain, terutama Livia yang tengah bermain dengan Sheara.

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang