Part 24 - Proposal II

32.2K 1.9K 59
                                    

" Maukah kamu menikah denganku?",

Suara khas itu membuatku mematung di tempat dengan tangan masih mengenggam surat tersebut. Ku dengar suara ketukan sepatu mendekat kearahku, aku panik, bingung, gelisah, bagaimana ini?

            " Sinta... ", Panggilnya dengan nada yang selalu membuat darahku berdesir. Aku menoleh dan mendapati sosok tampan itu tengah menatapku lekat.

            " Sinta...", kembali ia memanggilku, membuatku tersadar kalau aku harus fokus dengan makhluk dihadapanku ini yang berdiri dengan begitu gagah dengan setelah kantornya.

            " Ya..", sahutku pelan. Mataku masih belum berani menatap matanya.

            " Bagaimana? ", tanyanya mempertanyakan lamaran yang baru saja ia tulis dan ucapkan. Aku bingung harus bagaimana, aku ingin sekali bilang ' Ya '  lalu kami bisa hidup bahagia kedepannya, tapi bagaiman soal ia yang telah menyerah akan hubungan kami. Menyerah padahal belum berjuang sampai akhir. Apakah ia sudah cukup yakin dengan lamaran ini? Karena aku tidak mau ada kata menyerah lagi nantinya.

            " Apa kamu masih mencintaiku?", pertanyaan itu terlintas begitu saja di dalam fikiranku. Ia mengangguk dengan mata menatapku dengan seksama.

            " Ya.. Aku mencintaimu ",jawabnya tegas.

DEG!

            " Tapi... Aku tidak bisa menerima lamaran dari pria yang sudah membuatku jatuh dan menunggu, setidaknya, aku ingin kamu menjelaskan mengapa kamu melamarku hari ini? Mengapa tidak satu setengah tahun yang lalu? Atau mengapa tidak satu minggu yang lalu di saat aku benar – benar berharap bisa kembali padamu ", Ucapanku membuat Oscar tertegun sejenak, lalu tak lama senyuman penuh kegetiran terukir dibibirnya.

            " Karena aku tidak cukup yakin seperti saat aku berdiri sekarang, aku juga tidak cukup punya keyakinan kalau aku bisa melindungi dari semuanya Sinta.. Aku hanya ingin kamu aman, tapi fikiranku salah, tempat dimana kamu bisa aman bukanlah saat aku membiarkanmu jauh dariku, tapi disini, disampingku, bersamaku dan harusnya aku mengatakan ini padamu satu setengah tahun yang lalu, tapi maaf... maafkan aku Sinta.. maaf karena keegoisanku menyakitimu ", Demi apapun didunia ini, saat ini aku benar – benar ingin berlari kearahnya lalu menghambur masuk kedalam pelukannya. Tanpa sadar air mataku telah membasahi pipiku sejak tadi. Aku tahu, bukan hanya aku yang tersakiti dengan perpisahan itu, tapi kamu juga Oscar.. Maafkan aku karena aku tidak mencari tahu alasan mengapa kamu menyerah.

Aku menganggukan kepalaku dengan senyum dan isak tangis disaat yang bersamaan

" Ya... Aku mau", Ucapku disela isak tangis. Oscar nampak terkejut namun ekspresinya berganti menjadi senyuman yang selalu membuat hatiku berdesir.

            " Terima kasih Sinta ",

****

            " Kamu sudah siap?" Tanyaku meyakinkan Oscar. Saat ini kami berada di teras rumah, ia baru saja tiba di rumahku sepulang dari kantor. Hari ini dengan seluruh keberaniannya ia akan memintaku pada Bapak dan Ibu secara langsung.

            Oscar mengangguk penuh dengan keyakinan " Aku selalu siap sayang ", Ucapannya diakhiri kerlingan mata darinya. Aku hanya geleng – geleng kepala, sejak kapan Oscar'ku menjadi genit seperti itu?

Aku berjalan lebih dulu masuk kedalam rumah " Kamu duduk disini dulu ya.. Aku panggil Bapak dan Ibu ", Ujarku lalu berjalan masuk kedalam rumah.  Setelah berhasil membujuk Bapak dan Ibu untuk mengikutiku keruang tamu. Oscar segera menyambut Bapak dan Ibu lalu mencium punggung tangan keduanya dengan takzim. Kini Bapak, Ibu, Oscar dan Aku duduk diruang tamu dengan keheningan yang menyiksa. Bapak dan Ibu hanya menatap Oscar datar. Oscar sendiri masih diam menunduk walau sesekali melirik kearahku.

The Second Chance ( The Wiryawan Series )حيث تعيش القصص. اكتشف الآن