Part 17 - New Life...

31.4K 2K 46
                                    

" Aunty Deb, kan Fira udah bilang kalau Fira maunya warna ungu bukan pink! ", Suara celotehan khas anak umur tiga tahun terdengar saat kakiku melangkah menaiki tangga rumah yang sudah lebih dari tiga tahun tidak kusambangi.

                " Tapi kan ungu lebih cocok Fira... baju Fira kan semuanya udah warna pink, so auty beliin kamu warna ungu", Suara lembut wanita itu terdengar gemas. Aku tersenyum sambil terus melangkahkan kakiku masuk kesebuah pintu yang mengarah ke taman.

                " But I don't like purple, I like pink!", gadis kecil itu terdengar kekeuh dengan pendapatnya. Aku semakin tersenyum. Tak menyangka setelah lama aku meninggalkan semuanya sekarang sudah terasa berbeda.

                " Okey,,, Aunty bakal ganti warnanya, kamu jangan marah ya..",

Ku buka perlahan pintu yang menghalangiku ke arah taman belakang yang sepertinya telah ramai. Ini hari kepulanganku dan mereka tidak mengetahui bahwa aku datang hari ini. Aku sengaja pulang lebih cepat dari yang direncanakan karena ingin memberi kejutan bertepatan dengan ulang tahun para ponakanku tercinta.

                " Assalamualaikum", Sapaku. Sontak semua mata menoleh kearah pintu. Aku tersenyum sambil menatap satu per satu para keluargaku yang tengah berkumpul hari ini.

                " SINTA!!!!!", jeritan pertama kudapat dari Mbak Laras yang sudah berlari kearahku lalu menghambur memelukku.

                " Mbak kangen banget sama kamu",

                " Aku juga Mbak",

*****

                Seluruh keluarga memelukku bergantian, mereka ingin mengungkapkan rasa rindunya padaku. Aku pun tidak menolak, karena memang rasa rinduku sudah memuncak sejak sebulan pertama aku menempati apartemen mas yoda yang menjadi tempatku bernaung selama di Paris.

                " Kamu... sejak kapan berjilbab? ", Tanya Rama yang sudah duduk di sampingku setelah memberikan segelas orange jus untukku. Aku melirik gamis dan jilbab warna peach yang ku pakai.

                " Sejak aku memutuskan kalau aku siap ",jawabku sambil memandang pesta Fira & Farhan yang masih ramai oleh para tamu – tamu dan games yang tengah berlangsung.

                " Kamu habis pulang kuliah dari Paris Mbak, bukan Mesir, kenapa bisa – bisanya pulang pake hijab ", Tanya Rama tak percaya. Aku juga sebenarnya tak percaya karena jujur eropa bukanlah tempat yang nyaman untuk seorang muslim menetap.

                " Hidayah Ram", Jawabku singkat. Rama menoleh kearahku sambil mengernyitkan keningnya.

                " Kenapa kamu sewot sekali Mbak dapet hidayah disana, Ibu sama Bapak aja seneng kok", Sewotku sambil mencibir kearahnya. Ia mendesah.

                " Ini bukan karena perpisahanmu dengan pacar kamu yang ganteng itu kan?", Tanya Rama dengan nada menyelidik. Pacar? Yang ganteng? Oscar maksudnya?

Aku menggeleng lalu menyeruput pelan orang jus yang masih dalam genggamanku.

                " Jadi murni karena hidayah?", Tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepalaku dengan gemas, Lama – lama gerah juga ditanya begini. Aku sendiri juga tidak percaya saat hidayah itu datang berupa mimpi dan keesokan harinya aku mantap berjilab. Walau hampir sebagian teman kuliahku menganut demokrasi yang tinggi tapi mereka agak terkejut juga melihat perubahanku. Aku sendiri nyaman seperti ini, ini juga memudahkanku untuk semakin baik  menekuni bidang mode hijab di Jakarta yang saat ini sedang booming. Selain bisa menjadi muslimah yang baik aku juga bisa syiar kepada sesama muslimah yang sedang ingin belajar berhijab.

The Second Chance ( The Wiryawan Series )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon