[70]. Bleeding Colleague

785 81 4
                                    

Satu minggu kemudian, satu minggu setelah piknik kecil-kecilan mereka di pantai, mereka kini berada di Beijing, China.

Menghadiri pesta kolega bersifat privat, yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan perusahaan saja. Wartawan dan kamera sorot media jelas tidak ada disini, semua perwakilan lebih menyukai hal-hal yang tenang, aman, dan damai.

(Name) dengan balutan dress hitam satu inci diatas lutut dan berlengan panjang tetapi memperlihatkan bahu dan tulang selangkanya nampak sangat cantik dengan clean make up dan high heels nya. Dengan rambut yang dirombak jadi diikat kebelakang atas layaknya sanggul, juga pita berlian bermotif kupu-kupu yang hinggap dikepala nya, juga aksesoris lain seperti kalung, cincin dan gelang yang melengkapi. Wanita itu tampak memukau.

Senada dengan istrinya, Boboiboy menggunakan setelan tuxedo hitam dengan kemeja dalam berwarna putih, jam yang melingkar di tangan kanan nya, loafers hitam yang melindungi kaki nya, juga tatanan rambut bermodel two block itu menambah wibawa nya saat ini.

"Hei, what sup bro?"

Itu Van. Ingat? Van kekasih dari Adele yang membantu mereka dalam masalah Benesh, juga Van dan Adele yang ikut menjalankan misi bersama mereka saat di Las Vegas.

Boboiboy mengambil gelas kaca berisi anggur merahnya, mengulas senyum ramah lalu bersapa ria dengan Van yang lengan nya tengah di gandeng oleh Adele.

"Yo! Wah, kau juga hadir ternyata, hm, setidaknya aku memiliki teman di acara yang sangat formal seperti ini." Boboiboy terkekeh sendiri dengan kalimatnya barusan.

Van tertawa. "Heh, aku juga sebenarnya tidak memiliki teman di kalangan ini. Paling hanya sekedar partner saja."

"Mana (Name)?" Adele tampak celingukan mencari keberadaan seorang wanita yang berstatus sebagai istri dari superhero itu.

Boboiboy memijat pangkal hidungnya. Telunjuk nya menunjuk kearah meja belakang Van dan Adele. Disana ternyata ada (Name) yang sedang sangat asyik dengan dunianya sendiri.

Memakan segala macam dessert dan puding yang tersedia. Huft. Untung saja make up nya waterproof. Adele tertawa lucu. Dia melepas lengan Van lalu menghampiri (Name).

"Astaga, dua bayi itu akan bermain sebentar lagi." Kini, Van juga ikut memijat pangkal hidungnya.

Adele menyengir. "Nah! Kena kau! Ternyata kau disini. Eh? Apa yang kau makan? Terlihat enak! Aku ingin mencobanya." Adele mengambil salah satu Dessert coklat dan mulai melahapnya.

(Name) menoleh. "Eh? Adele? Kau juga hadir? Hehe, makanlah, ini semua sangat enak!"

Adele mengangguk riang. Dua wanita itu tampak asyik memakan dessert-dessert yang tersedia di acara kolega itu. Meninggalkan dua pria yang kini berbaur dengan perwakilan perusahaan lain. Membahas masalah perusahaan, politik, kondisi rakyat, dan lainnya.

"Tidak apa-apa sih. Aku hanya tidak menyangka bahwa negara itu akan di babat habis oleh Amerika."

Teo, si pria bule berambut pirang tampak menunjukkan mimik wajah seperti jijik. Ya. Jijik akan negara Zionis.

"Aku jadi setuju tentang Hitler. Dia sangat membenci kaum itu, jika aku hidup di zaman nya, aku akan suka rela menjadi tangan kanan nya untuk membasmi para hama itu." Van mengepalkan tangan nya ke udara.

Boboiboy menegak wine nya. "Bagaimana dengan proyek yang tengah menjadi perbincangan publik? Proyek gagal itu lho."

Boboiboy tampak mengganti topik. Sungguh. Boboiboy sangat sangat muak dengan negara itu. Untuk menyebut nama nya saja, Boboiboy sudah jijik duluan.

Boboiboy X Reader (Possesive Husband) Where stories live. Discover now