Chapter 30

4.6K 278 8
                                    

Tanpa perlu menebak, kepergian Ernest dan Veera jelas-jelas dijadikan rahasia dari banyak orang. Barangkali selain keluarga kerajaan, hanya petinggi-petinggi negara yang mengetahui kepergian ini. Sisanya hanya sebatas tahu kalau Raja memiliki urusan mendadak dan harus senggang dari takhta 7 hari lamanya.

Seluruh istana geger ketika mereka mendapat kabar kalau penyambutan Raja digelar satu hari lebih awal. Namun walau dalam waktu yang singkat, pengawal nan terlatih sudah dengan sempurna berjajar menyambut kembalinya Ernest.

Veera seperti biasa kembali melewati pintu samping kerajaan. Tidak boleh dilihat publik kalau dia bepergian bersama Sang Raja. Walau begitu, sekilas dia bisa melihat dari jendela, setiap anggota negara yang menyambut kembalinya sang Raja. Yang paling mencolok tentu saja Alicia.

Dia sudah menanti pulangnya suaminya di pintu utama. Dia tampak begitu menawan walau hanya mengenakan gaun biasa. Kecantikannya terpancar bahkan kepada Veera yang hanya menatapnya sekilas. Jelas para pengawal sangat mencintai Raja dan Ratu mereka, sebab mereka serasi bukan main.

Ketika Alicia menjulurkan tangan kepada Ernest, dan keduanya berjalan menjauh dari pintu utama, mereka tampak tidak main-main bagai sepasang kekasih sempurna. Seorang ratu yang menanti kepulangan Rajanya yang telah bepergian dan kelelahan. Pemandangan yang sama sempurnanya.

Dan itu berhasil membuat Veera mual sampai nyaris muntah.

Dia meraba cincin pemberian Ernest yang dia kenakan di balik gaunnya, dia meremasnya begitu kencang sampai buku-buku jarinya kesakitan. Dia mencoba menahan isak, sebelum mempermalukan diri sendiri di hadapan pengawal-pengawalnya. Patah hati bukan lagi hal asing bagi dirinya, namun rasa sakitnya tidak pernah mereda. Rasa cemburunya melihat Ernest serasi dengan Ratu resminya selalu sakit bukan main. Sekalipun Veera mencoba, tidak pernah mereda nyerinya.

Di balik matanya yang terpejam kesakitan, Veera membayangkan tangan Alicia adalah tangannya. Menyambut Ernest pulang, setelah sebuah perjalanan panjang. Tidak perlu bersembunyi, tidak perlu berdusta kepada siapa-siapa.

Imajinasi mustahil itu, lagi-lagi membuatnya nyaris memuntahkan seluruh isi perut.

***

"Aku tidak mengingat memintamu repot-repot menjemputku." Ernest berkata dingin, ketika dirinya dan Alicia sudah jauh dari pandangan pengawal lain. Hanya ada Lios yang membuntuti. Namun kepada tangan kanannya itu, Ernest tidak bahkan perlu menutupi pernikahan tanpa perasaannya.

Alicia tersenyum. Dia sangat menawan untuk ukuran seorang perempuan. Namun itu tidak sedikit pun cukup untuk membuai hati Ernest.

"Saya hanya berpikir Paduka pasti kelelahan dan saya mencoba membantu." Alicia terkekeh lembut. Terdengar begitu perhatian, namun lagi-lagi tidak menggertak hati Ernest sedikit pun. "Mau mandi hangat? Atau disiapkan teh? Saya akan bantu sebutkan kepada pelayan."

Perjalanan mereka akhirnya usai ketika tungkai mereka berdua sampai di depan Kamar Ernest. Dan seketika sampai, Ernest langsung melepas tangan mereka yang bertaut.

"Kau tahu aku bisa meminta semua itu seorang diri. Kau tidak perlu repot-repot." Dia terdengar begitu dingin, begitu jauh. Seakan Alicia sama sekali tidak dibutuhkan di kehidupannya. "Lagi pula, kau jelas tahu pegangan tangan kita tadi hanya untuk dilihat orang lain, dan sama sekali tidak ada makna apa pun, bukan?"

Alicia menunduk sedikit. "Tentu saja," bisiknya. Ernest membuka pintu kamarnya, melangkah ke dalam. "Paduka."

"Apalagi?" tanya Ernest.

"Barangkali saya terlalu besar kepala, namun perbolehkan saya menawarkan dampingan sesaat setelah kepergian jauh Anda?" Alicia bahkan tampak begitu malu mengatakannya. "Kami tidak pernah bercengkerama bersama, sebagai Suami Istri."

Ernest tidak akan menampik kalau dia kelelahan. Raga juga pikiran. Namun Alicia bukanlah solusi dari pusingnya ini. Malah menyedihkan bagaimana satu-satunya orang yang bisa menghiburnya, kini adalah muara dari permasalahannya.

"Benar, kau telah besar kepala, Alicia." Ernest mencetuskan. "Pernikahan kita hanya hubungan politik, cengkerama bukanlah salah satu kewajiban. Akan kuperingatkan kau untuk tidak melewati batasan kita masing-masing."

Alicia tampak tidak puas, namun dia tidak bisa melawan. "Baik, Paduka."

"Sebaiknya kau angkat kaki sebelum kutitah Lios membawamu pergi."

Dan dengan begitu, Ernest masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Alicia bersama Lios berdua di lorong istana.

Hal pertama yang dirasakannya adalah matras empuk kasurnya. Raganya terasa begitu berat nafasnya nyaris tersengal kelelahan. Sepanjang perjalanan kembali, dia memikirkan terus menerus ucapan Veera, dia mencoba mencari segala cara agar mereka berdua bisa sama-sama bahagia dalam alur kehidupan yang rumit ini. Namun sebanyak apa pun dia mencoba, Ernest tidak mendapatkan jawabannya.

Dia merasa nyaris gila.

"Aku butuh waktu," bisiknya tidak kepada siapa-siapa. "Dia butuh waktu."

Perpisahan sejenak memang terasa tidak enak. Namun Ernest tidak apa, asal tidak berlangsung selamanya. Sebab itu sampai 2 bulan kemudian, tidak sekalipun dia berjumpa dengan Veera. 

***

Thank you buat semuanya yang udah sempetin mampir ke cerita ini! Thank you buat Views, Vote, Komen, dan Share kalian.

Intinya Thank you so much!

Follow me on instagram : nnareina

Update lagi lusa (dua hari sekali) jam 7 malem, ya! Enjoy!

See you soon di next chapter, and hope you all have a nice day!

Love you!

The King's Pet | Peliharaan Sang RajaWhere stories live. Discover now