Chapter 1

12.7K 538 7
                                    

Hai Semuanya! Welcome to my new Story, The King's Pet. 

Semoga kalian bisa enjoy cerita ini, ya!

Here you go, chapter 1 <3

***

Veera POV

Ketika sedang jatuh cinta, setiap wanita akan menjadi bodoh.

Pasti. Semuanya.

Kau bisa menatap diriku sebagai contoh barangkali. Dompetku telah menjerit, berucap jikalau isinya tak lagi banyak. Keping koin yang kumiliki bahkan terhitung jari. Sekalipun begitu, aku memesan dua buah apel juga dua buah persik terbaik yang ada di desa Amura. Dari mana lagi kalau bukan toko buah Bu Ara?

Pagi ini aku menatap Bu Ara, seperti biasa gempal namun bertampang ramah, memakai celemek laksana prajurit mengenakan lencananya, dan berkeliling toko, memajang buah-buah segar yang selalu diinginkan semua orang. Bahkan antrean pelanggannya mengular 10 orang banyaknya. Aku berdiri di paling belakang, menyiapkan sisa koinku yang kumiliki, agar bisa langsung membayar pesananku ketika waktuku telah tiba.

Seperti biasa, ketika sudah giliranku, pesananku sudah bertengger manis di batas jendelanya. Kebiasaan barangkali. Bahkan sebelum aku memesan pesananku, Bu Ara sudah tahu aku akan datang hari ini. Sebab dua pekan sekali, tepat di hari Minggu, aku selalu membeli 4 buah yang sama ini. Di hari favoritku sepanjang bulan.

"Terima kasih selalu, Bu." Aku berkata, memberikannya 3 keping koin perunggu, sembari tersenyum puas menatap 4 buah segar yang bertengger manis di dalam keranjang pesananku.

"Aku selalu memastikan yang paling segar untukmu, Ra. Dan katakan padaku kalau priamu menyukainya juga, kau paham?"

Aku seketika menyentak pandanganku padanya. "A-aku akan memakannya sendiri, apa yang ibu katakan!?"

"Oh, astaga! Sebanyak apa kau melewatkan desas-desus di desa ini, Nak?" matanya menatapku jahil, senyumnya melebar di paras bulatnya. Debaranku mengencang satu tempo. Aku menatapnya dengan mata bergetar. "Kau dikabarkan memiliki kekasih, sebab itu setiap 2 minggu kau memberikannya apel dan buah persikku kepadanya."

"Tentu aku tidak!"

Wanita itu mengerutkan keningnya. "Yang benar?"

Aku langsung memalingkan parasku, menahan rona merah dari meruyak di parasku. Enggan membiarkan siapa pun menatapnya. Enggan dipandang merona di hadapan publik. "Aku akan pergi duluan." Aku berkata, menutupi getar di suaraku. Tungkaiku berjalan menjauh, menghindari Bu Ara, dan pergi ke tempat yang selalu kudatangi pada hari ini. Di belakang, aku mendengarnya terkekeh.

"Biarkan aku tahu setampan apa kekasihmu, Veera!"

Aku menggerutu dalam hati. Ini kacau.

***

Tungkaiku melangkah membelah pepohonan di balik hutan lebat yang menaungi pinggiran desa Amura. Jaraknya cukup jauh dari rumahku. Membutuhkan 30 menit jalan kaki cepat untuk sampai kemari, namun aku tidak mempermasalahkannya. Alih-alih, aku terus tersenyum sembari berjalan menampaki rerumputan.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada siapa pun yang mengikutiku.

Tolong jangan salahkan aku yang ketakutan berlebih seperti ini, dengar sebentar.

Walau aku terdengar sombong, namun aku tidak akan berbohong, aku disebut kembang desa. Wanita tercantik yang lahir di desa Amura, mereka semua berkata begitu. Rupanya almarhumah ibuku yang telah pergi ketika melahirkanku adalah kembang desa terdahulu. Dia bersama pria yang tampan – almarhum ayahku – melahirkan seorang anak yang memiliki bibit unggul. Mereka menamainya Veera Avera.

The King's Pet | Peliharaan Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang