Chapter 26

4.7K 340 9
                                    

Poleus sama sekali belum tertidur ketika dia mendengar kerusuhan di luar kamarnya. Suara pengawalnya dari Krona terdengar berbincang dengan seseorang, sebelum akhirnya pintu kamarnya dibukakan.

Tidak banyak orang di luar sana yang bisa mendatangi kamar Pangeran semudah itu. Apalagi di tengah malam seperti ini, ketika sudah sepantasnya Poleus tertidur. Itu mengartikan, antara sang tamu sudah mengenal Poleus, kalau tidak, menolak tamu itu adalah sebuah kenistaan.

Apa pun alasannya, bukan berarti Poleus senang ketika dia mendapati Ernest yang memasuki kamarnya.

Alih-alih, dia membenci pertemuan ini.

Dan setelah menanti seluruh pelayan meninggalkan mereka, baru Ernest angkat bicara. Dengan suara kecil, tidak ingin ada yang mendengar percakapan mereka.

"Mengagumkan." Pria itu tertawa sinis. "Ini yang kau lakukan kepada seseorang yang kau sebut sahabat?"

Tanpa konteks pun Poleus tahu apa yang Ernest maksud.

Namun tetap saja dia bertanya. "Maksudmu, Veera?"

Amarah terdengar jelas di suaranya walau dia tidak berbicara lantang. "Siapa lagi yang kau pikir aku maksud?"

Bertengkar adalah satu kosakata yang tidak pernah hadir di dalam hubungan mereka. Kebanyakan waktu karena salah satu pasti mengalah sebelum ada terjadi konflik. Tahu jelas kalau masalah mereka bisa menjadi masalah bagi negara juga, sesama putra mahkota. Namun kali ini Poleus tidak merasa ingin mengalah. Apalagi Ernest yang tampak bisa mencekik Poleus sekarang juga dengan kedua tangannya.

"Kau memiliki Ratu yang jelita." Poleus mengedikkan bahunya, tampak tak acuh. Kian saja membuat amarah Ernest melejit. "Tidakkah baik-baik saja jika aku hanya menginginkan Veera seorang?"

"Hanya?" dengan nafas memburu, Ernest menerjang. Sebelum Poleus mampu menghindar, pria itu lebih dulu ditarik kerahnya, dia dipaksa untuk beradu tatap dengan mata tajam Ernest. Ketegangan meruyak di udara. "Kau tahu kalau dia bukan 'hanya' bagiku!" Ernest mengecam. "Takhta, Ratu, bahkan ibu tiriku, kau boleh rebut semua. Jangan Veera!"

Poleus tidak terima. "Kalau tidak?" Dia menantang.

"Aku akan membunuhmu."

Poleus tertawa meremehkan. "Kau tidak akan. Ada masalah politik di antara kita dan hubungan kita sudah panjang Ernes-" Namun suaranya mengecil, seiring dia melihat keseriusan pekat di mata pria itu. Pandangan bagai dia tidak tengah berbohong. Bukti kalau Ernest sungguh tengah mencari keributan saat ini. "Jangan bercanda."

"Aku tidak sedang bergurau."

Poleus menggertakkan rahangnya. "Kalau begitu bunuh saja aku." Dia balik mencengkeram kerah Ernest, tatapan amarah mereguknya. "Aku sudah terlanjur jatuh cinta kepada Veera dan aku akan terus mengejarnya."

"Persetan kau!" Namun suara Ernest berhenti ketika dia melihat gelang yang melilit di pergelangan tangan Poleus. Gelang yang sama dengan kalung Veera. "Jadi ini perhiasan pasangan kalian yang menggemaskan, ya?" Poleus mengerutkan keningnya kesal. "Pengkhianat!"

Ernest melepas kerah Poleus, mendorongnya ke belakang.

"Kau melihat kalung Veera?" tanya Poleus.

"Sudah kujadikan keping-keping," balas Ernest sengit.

"Sial kau!" Kali ini bukan hanya Ernest saja yang terpancing amarahnya, namun Poleus pula. Sebab baginya kalung yang dia berikan kepada Veera, bermakna lebih dari sekedar perhiasan belaka. Namun walau begitu, Poleus emoh kalah begitu saja dari Ernest. "Tapi tidak apa. Semalam aku sudah tidur bersama Veera di rumah lamanya. Itu saja sudah aku anggap kemenangan."

The King's Pet | Peliharaan Sang RajaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora