Kembali Pulang

537 31 1
                                    

Tahun sudah berganti. Tiga tahun lamanya Evgen dan Evelyn berguru di Perguruan Pedang Putih. Kini, sudah saatnya bagi kedua anak kembar itu pulang ke kediamannya.

Hari ini, Perguruan Pedang Putih kedatangan banyak tamu. Kebanyakan dari tamu yang datang adalah para orang tua murid yang berguru di sana. Menjemput anak-anaknya yang berlatih di perguruan Pedang Putih tiga tahun lamanya tanpa pulang.

Grand Duke Bouvier juga datang ke perguruan Pedang Putih hari ini. Sang Grand Duke menjemput dua anaknya setelah bertahun-tahun meninggalkan kediaman Bouvier.

Tristan kini tengah duduk di hadapan Aslan dan Seano. Ketiganya berbincang ringan. Topik pembicaraan ketiganya tidak jauh dari perkembangan dua anak bungsu Tristan. Terlebih, kelakuan-kelakuan nakal yang sempat dilakukan oleh dua anak itu.

Sedangkan si bintang utama yang dibicarakan masih bersantai di paviliun mereka. Evgen dan Evelyn bahkan belum mengemasi barang-barang. Rasanya dua orang itu tidak rela meninggalkan perguruan.

Evgen dan Evelyn sedikit terkejut saat mendengar dobrakan dari arah pintu.  Pintu paviliun terbuka dan menampakkan siluet seseorang. Evgen melirik ke arah pintu dan melihat Alaska berjalan masuk. Melihat sang teman, Evgen langsung duduk dan tersenyum manis.

"Al, angin apa yang membawamu kemari?" tanya Evgen dengan nada manisnya.

"ADUH!! EVELYN!"

Evgen mengasuh sambil mengusap kepalanya yang dilempar kacang oleh Evelyn. Jika hanya dilempar biasa, Evgen tidak akan mengerang. Tapi, Evelyn melemparnya menggunakan tenaga dalam dan membuat kepala Evgen cukup sakit. Beruntung kepalanya tidak memar atau benjol.

"Menjijikan! Sikapmu itu seperti orang yang menyimpang! Dasar tak tahu malu!" sarkas Evelyn pada Evgen.

Alaska menghela napas pelan melihat tingkah keduanya. Dia sudah cukup lelah melihat tingkah anak kembar itu selama ini. Saatnya, perguruan Pedang Putih kembali menjadi damai dan tenang.

"Grand Duke Bouvier sudah sampai untuk menjemput kalian. Cepatlah berkemas dan pergi dari sini!"

"Alaska, kawanku. Apa kau benar-benar mengusirku, kawan? Kau tidak akan merindukanku jika aku sudah tidak di sini lagi, hm?" kata Evgen sambil memegang tangan Alaska. Bergelayut manja layaknya seorang gadis pada kekasihnya.

Alaska yang risih dan tidak suka diperlakukan seperti itu, langsung menghempaskan Evgen ke lantai dengan kasar.

"ADUH!! ALASKA! TEGA SEKALI KAU! TEMAN MACAM APA KAU INI?! TIDAK BERPERASAAN!"

Evgen kembali mengaduh. Kali ini, seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama bagian bokongnya yang langsung menabrak lantai dengan kuat. Alaska benar-benar menghempaskannya dengan kekuatan penuh.

"Ck! Ck! Evgen! Alaska sudah menolakmu, tapi kau tetap saja bergelayut padanya. Dasar kau tidak tahu diri! Ke rumah bunga sana kalau ingin menyalurkan hasratmu!" sarkas Evelyn.

Evgen semakin cemberut. Kembaran dan temannya ini sangat kejam padanya. Dengan kaki yang dihentakkan, Evgen keluar dari paviliun. Wajahnya benar-benar buruk. Mirip seperti anak yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya.

Evelyn yang melihat kepergian Evgen berdecak kesal. Gadis itu tidak habis pikir dengan kelakuan kekanakan Evgen yang semakin menjadi setiap hari. Padahal usia Evgen dan Evelyn menginjak 20 tahun pada tahun ini.

Sedangkan Alaska menatap kepergian Evgen dengan pandangan yang tidak bisa ditebak. Evelyn yang pandai memindai gerak-gerik seseorang pun tidak bisa menebaknya. Alaska penuh teka-teki dan misteri. Sepertinya hal ini yang membuat Evgen tertarik pada pemuda dingin itu.

Fate Of LifeWhere stories live. Discover now