Mencoba

2.7K 161 2
                                    

Evgen termenung di kamarnya. Setelah perkenalan singkat dengan keluarga barunya, dia dan Evelyn ditinggalkan untuk beristirahat. Evgen menatap jendela kamar tanpa minat. Pikirannya berkecamuk. Memikirkan langkah yang harus dia ambil untuk ke depannya.

"Wajahmu seperti orang yang memiliki hutang pada rentenir", ejek Evelyn.

Evelyn tidak terlalu memikirkan apa yang menimpanya. Masih bisa hidup saja sudah suatu keberuntungan baginya. Walaupun dirinya sering menggerutu karena menjadi adik kembar dari musuh bebuyutannya. Tapi, demi kelangsungan hidupnya, dia memutuskan untuk mencoba berdamai dengan rivalnya itu.

"Evgen, dengar! Aku tahu kita adalah musuh di kehidupan sebelumnya. Tapi, kini kita menjadi saudara. Aku tidak mau mati lagi untuk kedua kalinya. Tidak saat ini. Jadi, mari kita berdamai!" Evgen tergugu mendengar ucapan Evelyn.

"Kau yakin? Kita sangat sering bertengkar merebutkan sesuatu! Bahkan kita saling membunuh! Dan dengan mudahnya kau mengajakku berdamai?!"

"Aku tahu! Aku tahu itu! Ini sangat memalukan! Aku mengajakmu berdamai lebih dulu! Tapi, bagaimana lagi? Kita hidup di dunia yang kita sendiri tidak tahu ini di mana! Dunia ini asing! Bahkan, aku tidak tau satu pun tentang dunia ini! Aku ingin kita bekerja sama untuk bertahan hidup! Ini demi kehidupan kita!" jelas Evelyn.

"Huh! Baiklah! Mari berdamai! Ayo lupakan semua permasalahan di antara kita! Kita buka lembaran baru sebagai saudara kembar!" Evgen mengulurkan tangannya.

Evelyn menatap sekilas uluran tangan Evgen, sebelum akhirnya dia menjabat tangan itu. Tanda bahwa mereka benar-benar sudah berdamai.

Setelah itu, keduanya hanya berdiam diri. Tidak ada yang melanjutkan percakapan. Pemandangan di luar jendela cukup menyita perhatian saudara kembar itu.

Di luar sana, terdapat prajurit terlatih milik Grand Duke Bouvier. Pasukan elit bernama Red Dragon yang berada di bawah kepemimpinan Elliot.

Para prajurit itu tengah berlatih sihir. Mereka menggunakan energi alam sebagai sumber kekuatan. Hal itu tentu membuat Evgen dan Evelyn terperangah.

Di dunia mereka dahulu, sihir dan sejenisnya merupakan hal mustahil. Bahkan, setiap menyangkut hal yang berbau mistis, pastilah ditertawakan. Sangat minim hal-hal seperti itu terjadi.

"Woah! Apa di sini kita bisa jadi avatar?" tanya Evgen sambil menggerak-gerakkan tangannya. Berharap ada sesuatu yang keluar dari tangannya itu.

"Mungkin aja. Aku juga penasaran apa aku punya kekuatan atau tidak", sahut Evelyn.

Keduanya saling berpandangan, sebelum akhirnya berebut untuk pergi ke luar. Mereka ingin mencoba berlatih. Ingin menggunakan sihir yang mungkin saja ada pada diri mereka.

Melihat tuan muda dan nona muda keluar dari tempat istirahat, tentu membuat para prajurit yang berjaga terkejut. Para prajurit langsung mengejar majikan mereka sambil memperingatkan bahwa sang majikan masih belum sehat. Dan tentu saja, hal itu diabaikan oleh Evgen dan Evelyn.

"Diam! Jangan berisik! Kami ingin berlatih!" sentak Evgen saat para prajurit sangat ribut di belakang.

"Tapi, tuan muda, anda dan nona muda masih belum pulih! Yang Mulia Grand Duke memerintahkan kami untuk mengawasi anda berdua! Kami mohon tuan muda, nona muda! Kembalilah!" mohon salah satu prajurit.

"Berisik! Sana kau pergi! Jangan mengganggu! Jika tidak, aku sihir kau jadi kodok!" Evelyn melayangkan tatapan membunuhnya. Aura mencekam perlahan keluar dan melingkupi sekitarnya. Hal itu membuat prajurit dan pelayan bergetar ketakutan.

Untung aku sudah terbiasa dengan aura gadis menyeramkan ini! batin Evgen.

Evgen dan Evelyn sekarang sudah berada di arena latihan prajurit. Tidak ada yang bisa menghentikan keduanya. Apalagi dengan aura menyeramkan milik Evelyn yang menyebar ke segala penjuru. Benar-benar menakutkan.

"Salam Tuan Muda, Nona Muda. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pemuda dengan pakaian khas prajurit Red Dragon.

"Kau, siapa namamu?" tanya Evgen.

"Saya Liam, Tuan Muda", jawab Liam sambil menunduk hormat.

"Hm. Liam, kami ingin mencoba mengeluarkan sihir. Kau bisa mengawasi dari kejauhan. Jangan mengganggu kami", perintah Evelyn dengan nada arogannya.

Evgen menggelengkan kepala melihat sikap Evelyn yang masih sama seperti dulu. Ketika menjadi ketua mafia, Evgen dan Evelyn senantiasa bersikap angkuh dan arogan. Dua sifat itu melekat kuat di diri mereka. Hal itu dikarenakan di dunia mafia tidak boleh terlihat lemah dan mengalah. Sifat itu sudah lazim melekat di diri setiap mafia. Meski begitu, para mafia bisa menempatkan diri. Kepada siapa sikap itu ditunjukkan.

Evgen menyadari bahwa Evelyn tidak mau dianggap remeh dan lemah di sini. Biasanya seorang gadis seperti Evelyn selalu disepelekan. Dianggap lemah dan tidak berdaya. Sikap angkuh dan arogan yang ditunjukkan bertujuan untuk menekan lawan bicara, bahwa Evelyn bukan orang yang bisa disinggung ataupun diremehkan.

Evgen dan Evelyn mulai memasang kuda-kuda. Mereka mengambil tempat yang cukup berjauhan dan diawasi oleh para prajurit yang dimiliki kediaman Grand Duke Bouvier.

Tatapan mata keduanya benar-benar menunjukkan keseriusan. Dalam benak para prajurit, mereka sangat khawatir jika Grand Duke Bouvier melihat dua anaknya yang baru saja sadar dari pingsan langsung berlatih. Itu sama saja dengan mencari mati.

Grand Duke Bouvier terkenal akan sifat kejamnya. Dia tidak segan memberikan hukuman berat bagi siapa saja yang mengusik ketenangannya. Termasuk mengusik anak-anaknya.

Keringat dingin membasahi tubuh para prajurit. Mereka sangat ketakutan jika majikan mereka terluka lagi. Nyawa mereka bisa saja melayang kalau hal itu terjadi.

Sedangkan, kegigihan Evgen dan Evelyn untuk mencoba sihir, tidak bisa dihentikan. Sorot mata keduanya membuat para prajurit enggan untuk berkutik.

"Huft! Aku harus tenang dan mencoba mengalirkan energi ke tanganku! Lalu aku harus membayangkan bola api atau bola air terbentuk!" gumam Evelyn.

Pada percobaan pertama, Evelyn selalu gagal. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Evelyn untuk membentuk bola elemen. Evelyn terus mencoba berkali-kali. Bahkan, peluh sudah membanjiri pelipisnya.

"Sial! Lebih susah dari yang aku bayangkan", gerutu Evelyn.

Evgen yang berada di tempat yang sama, juga berusaha mengeluarkan elemen yang dia miliki. Hanya saja, sama seperti Evelyn. Dia masih saja gagal. Padahal menurut Evgen, dia sudah mencoba semaksimal mungkin.

"Hm, apa yang salah? Apa aku kurang fokus?" tanya Evgen.

Evgen terus mencoba. Sayangnya, setiap percobaan selalu saja gagal. Dan itu benar-benar membuatnya sangat frustasi. Kepalanya mulai pening.

"Kenapa tidak bisa sih?! Apa yang salah?!"

Grand Duke Bouvier yang dari tadi mengawasi dua anaknya itu menggelengkan kepala dengan raut wajah sedih. Sedari dulu, Evgen dan Evelyn tidak bisa menggunakan sihir. Hal itu benar-benar membuatnya cukup terpukul.

Melihat kegigihan sepasang anak kembarnya membuat hatinya tercubit. Apa yang harus ia lakukan? Apa yang harus ia katakan? Bagaimana jika fakta bahwa Evgen dan Evelyn tidak bisa menggunakan sihir melukai perasaan keduanya?

"Aku harus memberitahu mereka".

***
.
.
.
.
.
Haiii!!!

Selamat siang semuanya!!
Gimana kabar kalian hari ini?
Semoga semuanya dalam keadaan sehat..

Hari Minggu ini, kalian habiskan buat apa aja nih?
Aku pribadi hari ini cuma diem doang di rumah...
Adakah yang sama?

Oke, untuk bab sekarang cukup sekian.

Terima kasih sudah baca🤗🤗

Sampai jumpa di bab berikutnya✨✨


Fate Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang