25 - Manusia Penindas

39.8K 2.6K 7
                                    

"Kalian apain sepeda gue?!"

Bukannya menggerakkan hati untuk membantu, justru memilih terbahak di atas derita salah seorang siswi yang merengek selepas mengetahui jika sepeda lipatnya baru saja diseret masuk ke tong sampah.

Sama sekali tak memiliki hati, persis seperti wujud setan yang bermetamorfosa menjadi seorang manusia, Gerry dan juga Nabil namanya. Merasa punya kuasa, menindas murid lain tanpa memandang gender, melayangkan makian serta bully-an yang tak luput dari gelak tawa murid lain.

The real sick, semua!

"Lain kali belajar naik sepeda dulu, biar nggak bikin baret motor orang!" Suara Nabil menginterupsi beberapa murid yang berlalu lalang, sengaja berhenti, saling bertanya satu sama lain walau belum menemukan jawaban bila tak mendengar secara lengkap penjelasan mereka bertiga.

Menunduk takut, sesekali menyeka peluh serta menahan air mata untuk tidak terjatuh. Jangan sampai ada orang yang tahu bila dirinya lemah, harus berusaha tegar, hingga memberanikan diri untuk mendongak bersamaan dengan sorot mata lain menatapnya lekat.

"Setelah motor Dirga yang lo jadiin barang rongsok, sekarang sepeda murid lain juga jadi korbannya? Sumpah, lo berdua emang sakit!"

Agatha mendekat setelah mendengar keributan di tengah koridor, menghalangi langkahnya untuk masuk kelas, dan tidak menyangka bila salah seorang siswi telah menjadi korban atas tindakan tercela Gerry dan juga Nabil.

"Chill, Tha. Cuma bercanda, kok." Berujar begitu enteng sembari melangkah ke arah tong sampah, mengangkat sepeda lipat gadis di depannya, tatapan bingung Nabil tak lepas dari pergerakan yang dilakukan oleh Gerry.

"Mental orang jangan lo bikin bahan candaan!" 

Mendongak, menatap sekali lagi gadis di depannya sebelum memberi isyarat untuk segera pergi. Namun, langkah gadis itu justru tertahan dengan cekalan pada pergelangan tangannya. "Jangan pergi sebelum mereka berdua minta maaf sama lo." Agatha menahan siswi tersebut agar tidak beranjak sebelum Gerry dan juga Nabil melayangkan kata maaf.

Saling beradu tatapan penuh tanya, ragu untuk mengulurkan tangan, menyenggol lengan hingga berniat untuk menjauh, akan tetapi Agatha tentu tak memberi jalan pada keduanya.

"G-gue minta maaf."

Hanya kalimat itu, tidak terdengar tulus, dan langsung beranjak pergi setelah Nabil menarik Gerry untuk segera menjauh.

"Cupu," gumam Agatha sebelum meninggalkan kerumunan tanpa mendengar ungkapan terima kasih dari siswi di sebelahnya. Cukup, Agatha tidak ingin disanjung dengan kalimat tersebut, dirinya hanya ingin mengingatkan pada Gerry dan juga Nabil jika tempo hari telah melakukan hal serupa kepada Dirga.

Agatha tentu tidak akan pernah lupa, bagaimana raut panik Dirga kala motornya dibawa ke bengkel dan harus menginap untuk beberapa hari. Merasa gagal menjadi seorang penyelemat lantaran tidak berada di tempat yang sama sewaktu kejadian berlangsung, kini Agatha memberanikan dirinya untuk memberi kalimat menohok pada mereka berdua agar berhenti menindas murid lain.

Namun, apa itu bisa?

"Agatha!" teriakan dari arah belakang, kontan membuat Agatha berbalik badan. Menautkan alisnya sebelum tersenyum kala Alice dan juga Grace menyusul langkahnya. "Kita balik ke apart dulu ya, entar lo nyusul aja, oke?"

"Siap." Mengangkat jempolnya, melambaikan tangan guna memberi salam perpisahan kepada kedua sahabatnya yang baru saja dari kantin. Membiarkan mereka melanjutkan aktivitas belajar di apart masing-masing, sementara dirinya masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran yang telah berlangsung selama sepuluh menit.

"Masih ingat pelajaran saya kamu, Tha?"

***

Mendengar keributan, namun tidak mau mencampuri urusan orang yang bukan ranahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendengar keributan, namun tidak mau mencampuri urusan orang yang bukan ranahnya. Kembali setelah dari kamar mandi kurang lebih sepuluh menit, segera masuk setelah dua orang teman satu kelasnya berlarian mengejar waktu lantaran terlambat mengikuti pelajaran.

"Ya sudah, silakan duduk."

Gerry dan juga Nabil mengangguk serta berseru penuh kemenangan kala pria paruh baya yang tengah mengajar tersebut memberi mereka ruang untuk masuk sekalipun memiliki niat buruk kepada murid lain.

Mengunyah permen karet yang sudah tidak memiliki rasa anggur seperti halnya beberapa menit lalu, mengeluarkannya dengan bantuan dua jemarinya, tersenyum miring sembari meletakkan permen karet tersebut pada bangku salah seorang murid yang tak jauh dari jangkauan.

"Permisi." Dirga masuk setelah Pak Fhani memberi isyarat padanya untuk segera kembali ke bangkunya. Menatap sengit pada seseorang yang berdecih setelah melihatnya, lalu duduk tanpa melihat kondisi kursinya yang telah menjadi objek atas permen karet yang menempel pada celananya.

"Anjrit!" umpat Dirga, refleks berdiri sembari memegangi celana serta berusaha untuk melepas permen karet tersebut.

Nabil tertawa dalam diamnya, sementara Gerry tidak tahu bila tindakan sahabatnya telah menimbulkan kekesalan bagi orang lain serta gelak tawa dari teman sekelasnya.

"Gue nggak ikut campur semisal dia nanti ngadu ke ceweknya!" bisik Gerry.

"Lo takut?"

"Nggak, gue cuma---"

"Cuma apa? Cuma nggak mau kalau Agatha semakin benci ke lo gara-gara jadiin Dirga objek bully-an?"

Bukan ia yang berbuat, namun yang menjadi korban pertama kemarahan Agatha tentu dirinya. Gerry bahkan akan melarang Nabil jika dirinya tadi tidak sibuk dengan buku-buku di dalam ranselnya.

"Ada yang lucu dari penjelasan saya?" Suara bariton dari pria berkacamata hitam tersebut menginterupsi para murid. Mendadak terdiam, memusatkan perhatian pada satu orang siswa yang masih berdiri menutupi celana bagian belakangnya.

"Dirga, kenapa kamu masih berdiri? Ingin menggantikan posisi saya di sini?"

"Ti-tidak Pak, sa-saya ada kendala---"

"Sini kamu," potong pria itu sembari menyuruh Dirga untuk segera maju ke depan.

Masih menjadi pusat perhatian, perlahan melangkah ke arah depan sembari tetap menutup celana bagian belakang menggunakan kedua tangannya ... namun gerakan Nabil yang menarik tangan cowok itu justru semakin membuat ruang kelas menjadi kacau karena gelak tawa.

Semua kompak menertawakan Dirga dan juga bekas permen karet yang menjiplak pada bagian pantatnya. Mulai bergerak tak nyaman, sebisa mungkin harus menahan emosinya meskipun siswa yang saat ini tengah duduk di depannya memberi tatapan remeh sembari menantang Dirga.

Brak!

"Lo pikir gue nggak tahu siapa yang udah nempel permen karet di kursi gue?!"

Nabil terjatuh dari kursi berkat dorongan kuat pada bahunya dari tenaga yang Dirga keluarkan kala emosinya menggebu. Menarik kerah kemeja cowok itu, memberinya bogem pada sudut bibir serta hidung, hingga semakin ricuh saat darah segar mulai mengalir dari sana.

"Dirga, berhenti! Ikut saya ke ruang kepala sekolah!"

***


Yang mau double update minimal follow, sih😏



Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now