20 - Gas Gasiee?!

58K 3.2K 97
                                    

Berangkat sesuai janjinya pada Sisca tempo hari meskipun tak mendapat izin dari Sabara merupakan salah satu hal yang membuat Agatha berbohong pada pria itu dan mengatakan bila dirinya akan di apartemen tanpa keluar dan membatalkan rencana pergi ke...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berangkat sesuai janjinya pada Sisca tempo hari meskipun tak mendapat izin dari Sabara merupakan salah satu hal yang membuat Agatha berbohong pada pria itu dan mengatakan bila dirinya akan di apartemen tanpa keluar dan membatalkan rencana pergi ke puncak.

Persetan dengan Rama yang tiba-tiba saja datang sebagai suruhan Sabara, biarkan pria itu kelimpungan melihat apartemennya tanpa penghuni, karena ditinggal healing oleh sang pemilik.

Tidak lama, hanya menghabiskan weekend di tempat berbeda sekalian sebagai sarana mengenal lebih jauh tentang kedua sahabat Dirga yang terlihat begitu friendly pada awal pertemuan mereka.

"Akhirnya liburan nggak cuma bertiga," Sisca menyambut kedatangan Agatha penuh antusias.

"Jujur, gue baru pertama kali ke puncak. Selain excited, gue juga nggak sabar buat liburan."

"Pasti dong, Tha. Jangankan lo, gue aja udah nggak sabar plus nggak bisa tidur dari kemarin." Faiz ikut menimpali kala keduanya berjalan ke arag bagasi mobil, memasukkan beberapa tas, makanan, serta keperluan lain yang dibawa sebagai bekal dalam perjalanan.

"Gimana? Udah masuk semua barangnya?" Menghitung jumlah serta mengingat-ingat hal yang mungkin kurang, dan ternyata, "Kurang Dirga. Barang bawaan dia belum ada." Sisca celingukan mencari barang cowok itu, belum memberikan hasil hingga langkah yang mendekat ke arah mereka membuat Sisca berteriak nyaring.

"Dirga! Buruan! Lama banget!"

"Sabar," jawabnya begitu santai sembari menenteng ransel sebelum memasukkannya ke dalam bagasi.

"Oke, semua udah masuk bagasi, kan?"

Sisca memberi isyarat jempol pada Faiz, pertanda bahwa barang-barang mereka telah masuk sepenuhnya.

Melirik sekilas ke arah Agatha, nampak tersenyum dengan gurauan Faiz dan juga Sisca, hingga tatapan keduanya sempat bertubrukan selama beberapa detik. Satu alis gadis itu terangkat, "kenapa?" namun Dirga lebih dulu melengos tanpa sebuah kejelasan.

"Tante, kita berangkat dulu, ya."

Arini datang untuk memberikan salam perpisahan pada mereka. Terbiasa ditinggal pada saat weekend oleh Dirga, mambuat Arini tak bereaksi berlebihan ketika sang anak tidak meluangkan waktu untuk keluarga. Wanita itu sadar bahwa masa muda anaknya tak akan terulang lagi. Sah-sah saja bila mereka menghabiskan weekend setelah pusing dengan berbagai tugas sekolah, hal yang sangat wajar di zaman sekarang.

Terlebih ketika berlibur bersama dengan kekasih. Yang tadinya malas untuk bangun, ketika ingat wajah gadisnya segera bangkit berdiri dan bergegas bersiap untuk berangkat.

"Ga! Sini kamu!" Hendak masuk, baru memegang pintu mobil, Arini lebih dulu menarik lengan sang anak serta mengajaknya menjauh dari teman-temannya sebentar.

"Kenapa, Ma? Nitip mie rebus?"

Plak!

Dirga meringis atas tabokan yang diterimanya, mengusap-usap lengannya yang panas atas cengkraman wanita itu, lalu mendongak saat teriakan dari arah belakang mengacaukan interaksi keduanya.

"Bestie bestie mau kemana, nih?"

Amar dan juga Savea datang, menyapa teman-teman Dirga sebelum mobil melaju. "Ke puncak, lah. Healing," jawab Faiz, diakhiri dengan tawa renyah kala Amar nampak kesal karena tidak ikut dengan mereka.

"Sadar umur, Pa," gerutu Arini. "Udah sana, ajak Savea ke dalam!"

Antara takut dengan pelototan sang istri, atau mengiyakan paksaan Savea yang telah menarik tangannya untuk kembali masuk guna menemani gadis itu menonton kartun di televisi. Amar bahkan sama sekali tidak protes ketika menjauh dari sana, tidak melihat kepergian sang anak untuk berlibur namun telah melambaikan tangannya pada mereka sembari memberikan kiss bye.

"Dirga!" Lagi, Arini menahan lengan cowok itu hingga sang empu hampir terjatuh karena kurang menjaga keseimbangan.

"Satu hal yang mau Mama tanyakan sama kamu sebelum berangkat."

"Apa?"

Celingukan bukan tengah mencari sesuatu, akan tetapi melihat situasi serta kondisi sebelum dinyatakan aman lantaran dirinya hendak bertanya perihal, "bra yang ada di kamar kamu punya siapa?!"

***

Perjalanan yang memakan waktu panjang digunakan tiga orang kecuali sang pengemudi---Faiz, beristirahat sembari mendengarkan alunan musik klasik yang disetel oleh Dirga. Dibuat kantuk dalam setiap alunan nadanya, Sisca dibuat menggeram kala cowok itu justru menaikkan volume hingga gendang telinganya merasa terganggu.

"Bisa diganti nggak sih, musiknya? Terlalu klasik dan jadul!"

Dirga berdecak. "Selera lo aja yang cetek!"

Faiz diam-diam terkekeh, tak mau ikut campur dengan urusan kedua sahabatnya yang masih memperdebatkan soal musik lantaran fokusnya tertuju pada Agatha yang sejak tadi hanya diam sembari menatap sendu ke arah luar.

Pemandangan pepohonan rindang membuat jiwanya sedikit tenang. Mungkin jika menolak ajakan Sisca kala itu, Agatha tak dapat merasakan menghirup oksigen di tempat berbeda.

Jika biasanya Alice dan juga Grace mengajaknya ke club malam serta menikmati semilir angin di kafe langganan, kali ini berbeda. Pertama kali merasakan bagaimana suasana perjalan saat ke puncak, sekaligus berlibur walaupun hanya di hari weekend saja.

"Sabar, bentar lagi sampe." Kalimat yang selalu Faiz katakan ketika berhenti di rest area. Beristirahat sejenak, sebelum kembali melaju ke jalanan dengan sang pengemudi Dirga. Berganti tempat agar tak merasa penat pada satu orang saja.

"Woi asli, kita udah sampe puncak?!"

Villa yang menjadi tujuan mereka staycation telah nampak oleh mata. Sisca bahkan terlanjur heboh hingga membangunkan Faiz dari tidur singkatnya.

Berhenti pada area parkiran dengan bantuan salah seorang penjaga villa, lalu memberi ruang pada beberapa orang untuk mengangkut barang-barang mereka ke dalam kamar yang telah dipesan pada hari sebelumnya.

Berjalan mengikuti dua orang yang berada di depannya, mengantar mereka menuju kamar masing-masing sembari menatap punggung Agatha yang berhenti dan juga berbelok pada kamar nomor 56.

"Tenang, kamarnya dekat kok, kalau kangen tinggal masuk aja."

"Ck! Rese!" kesal Dirga ketika mendapat godaan dari Faiz serta memilih untuk segera masuk dan merebahkan diri di ranjang.

"Nggak ada niat mandi, bos?"

Tak ada respon dari yang bersangkutan, dan hal itu membuat Faiz menggelengkan kepalanya sekalipun tahu jika Dirga hanya berpura-pura tidur agar tak perlu menjawab pertanyaan cowok di sebelahnya.

Faiz menghela napasnya panjang, bangkit berdiri guna melangkah keluar, ke arah kamar yang ditempati oleh Sisca dan juga Agatha.

Masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu lantaran kedua gadis yang saat ini sibuk berfoto-foto di balkon menyadari kehadirannya. "Ngapain ke sini, Iz? Diusir sama Dirga?" tanya Sisca tanpa melepaskan ponsel dari tangannya.

"Iya, nih. Soalnya Dirga pengin satu kamar sama Agatha."

***

Comment for next part.

Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now