5 - Kesempatan Kamu

65.5K 4.8K 6
                                    

Pulang terlambat karena sebuah alasan tak mau mendengar celotehan dari sang mama adalah salah satu niat Dirga untuk memanipulasi keadaan dan berujar bahwa dirinya masih ada pelajaran tambahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pulang terlambat karena sebuah alasan tak mau mendengar celotehan dari sang mama adalah salah satu niat Dirga untuk memanipulasi keadaan dan berujar bahwa dirinya masih ada pelajaran tambahan.

Mulai overthinking dengan situasi yang hendak di hadapi esok hari, Dirga memilih untuk berjalan ke lantai atas guna menikmati semilir angin sore hari. Bersantai di atas rooftop mungkin akan membuat hatinya sedikit terselamatkan dari rasa sakit akibat ocehan Arini dari sambungan telepon.

"Eits, mau kemana?" Dihadang oleh dua orang anggota pentolan geng di Trijaya, membuat Dirga berhenti sejenak. "Mau ke rooftop," jawabnya.

Satu di antara dua laki-laki itu menggeleng, memberi isyarat pada Dirga untuk menjauh karena rooftop lebih dulu dikuasai oleh mereka.

Dengan sangat terpaksa, Dirga harus mencari tempat lain untuk mengisi waktu luangnya. Masuk ke area kolam renang lantai atas, berjalan ke arah tribun paling tinggi di antara yang lain, dan bersiap dengan segala alat perangnya ketika hendak memejamkan mata.

Ingin tertidur, membebaskan pikiran tentang hari esok meskipun semuanya tidak akan pernah baik-baik saja. Bersidekap dada, meluruskan kaki pada kursi tribun, menjadikan ranselnya sebagai bantal dan mulai terpejam layaknya seorang siswa yang tengah kelelahan lantaran baru saja lari dari ujung gedung ke gedung lain.

Sementara itu, di area kolam renang, Agatha baru saja keluar dari ruang ganti. Mengubah setelan seragamnya menggunakan pakaian renang yang begitu minim dan juga ketat, tanpa menyadari bila di tribun paling atas terdapat insan manusia yang tengah tertidur pulas.

Tugas coach Winda pun telah berakhir, menjadikan Agatha berlatih mandiri tanpa adanya seorang pawang yang akan menariknya bila ia tenggelam. Tidak. Itu tidak mungkin terjadi, karena Agatha sendiri percaya bahwa dirinya mampu melewati jarak yang tak bisa dikatakan pendek.

Berancang-ancang memasukkan kakinya hingga dasar kolam selepas stretching beberapa menit, membuat rasa rileks mulai menggelayut di sekitar nadinya. Agatha memulai semuanya, berenang sesuai tuntunan dari coach Winda.

Begitu santai tanpa perlu takut akan sesuatu hal yang hendak memangsa dirinya. Ikan buntal yang bergerak di dasar kolam jelas hanya khayalan Agatha di sore hari. Gadis itu tak akan takut ataupun bergidik ngeri kala menemukan makhluk lain menelusup masuk ke dalam kolam renang.

Akan tetapi, Agatha belum tahu mengenai satu hal.

Seorang siswa yang saat ini mulai terganggu dengan getaran pada ponsel yang berada di atas dadanya, membuatnya mengubah posisi menjadi duduk. Mengangkat telepon dari sang bundahara, mengucek matanya perlahan dan bersiap mempertebal telinga agar tak terhasut dengan protes dari arah seberang.

"Kamu masih di sekolah, Ga? Bukannya hari ini nggak ada jadwal pelajaran tambahan?"

Dirga masih belum merespon, kantuknya bahkan tak bisa diajak kerjasama.

"Kamu kemana, Ga? Masih keluar sama pacar kamu---"

"Eh.. e-enggak, Ma!" Segera membelak kala mendengar pertanyaan demikian, Dirga kini berusaha menajamkan penglihatannya dan juga pendengarannya guna fokus dengan suara sang mama dan juga seseorang yang baru saja keluar dari kolam renang.

"Hari ini adik kamu ada jadwal les balet, loh. Lupa kalau harus nganterin dia?"

Lagi-lagi Dirga belum menjawab, fokusnya beralih pada seorang gadis yang berjalan ke tepi kolam renang guna mengambil handuk yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Membasuh tetesan air yang mengucur pada setiap inci tubuhnya, hingga tak sadar jika dari kejauhan ada seorang lelaki yang menelan salivanya dengan susah payah.

"I-iya, Dirga pulang sekarang." Sambungan dimatikan, pertanda bahwa Dirga akan beranjak dari sana.

Tangannya segera menyambar ransel, bergerak turun dan segera menjauh dari area yang tak seharusnya ia pijak.

Dirga akui dia salah, bahkan salah besar karena telah masuk ke ranah pribadi seorang atlet renang perempuan yang tengah melakukan sesi latihan. Dan jangan lupakan dengan baju yang mencetak jelas lekuk tubuh sang primadona, membuatnya sulit terpejam untuk yang kedua kali.

"Lo ngapain ada di area kolam renang?"

***

Tak ingin berlama-lama meskipun masih betah berada di sana untuk beberapa jam ke depan. Agatha lebih baik mementingkan kesehatannya daripada terkena masuk angin yang akan menghambat aktivitasnya esok hari.

Kaki jenjangnya menapaki setiap keramik tepi kolam. Tetesan air yang jatuh seolah menambah kesan sensual kala sorot matanya tak sengaja bertubrukan dengan seseorang yang bergegas turun dari tribun atas.

Mengambil handuknya tanpa memalingkan wajah ke arah sang pusat perhatian, tiba-tiba Agatha menyeletuk, "lo ngapain ada di area kolam renang?" Tepat ketika pertanyaan tersebut terlontar, kedua kaki yang tadinya hendak keluar mendadak terhenti.

"Di depan udah tertulis bahwa selain tim renang dilarang masuk, dan lo---"

"Ini salah gue. Gue minta maaf."

Berusaha beranjak setelah ucapan maaf tersebut, namun kalimat yang keluar dari bibir Agatha jelas tak bisa membuat cowok itu berkutik. "Ngaku aja, cari kesempatan saat gue latihan, kan?" Mengerling seraya mendekatkan diri pada Dirga.

Agatha mencoba bersikap biasa saja. Dirinya bahkan masih bia tersenyum begitu lebar. Akan tetapi tidak dengan peluh yang menetes di sekitar pelipis Dirga. Menandakan bahwa cowok itu tak bisa berbohong dengan rasa gugup yang saat ini membelenggu kala Agatha mulai melilitkan handuk.

"Nggak apa-apa, lo kan, pacar gue. Jadi wajar aja sih, kalau mau nemenin gue latihan.."

"..."

"Sekalian cuci mata," bisik Agatha, tepat di sebelah telinga Dirga, membuat bulu kuduk cowok itu meremang serta berusaha mati-matian untuk tidak menoleh ke arah samping, dimana ciptaan Tuhan yang saat ini begitu elok berdiri dengan balutan busana terbuka. Cukup rugi jika disia-siakan begitu saja.

"Gue pergi." Menunduk, beranjak dari sana tanpa mendongak sedikitpun, membuat Agatha terkekeh ... sesekali menggeleng pelan. Ia bukan gadis polos yang tidak tahu tentang hasrat seorang pria yang tengah naik dengan muka pengin. Terlihat begitu kentara, dan dia sama sekali tak menyangka akan mendapati Dirga dengan segala rasa gugup serta salah tingkahnya.

"Munafik kalau dia bilang nggak tergoda sama gue."

***






Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now