4 - Pengin Healing

71.9K 4.7K 67
                                    

Jangan lupa baca cerita aku yang lain di akun liyapratiwi_

***

Sendiri, untuk kesekian kalinya Agatha harus berjalan sendirian tanpa adanya orang lain di sebelahnya. Berusaha acuh dengan segala bisikan dari para murid yang bersitatap dengannya, membuat gadis dengan rambut yang seringkali terurai itu berdecak.

Sebenarnya kesal dan juga risih secara bersamaan ketika mendapat tatapan begitu tajam dari orang lain, akan tetapi Agatha bisa apa selain melotot tak kalah tajam ke arah mereka? Toh, dirinya bukan gengster yang perlu ditakuti ataupun perlu dilibas dari area Trijaya.

"Agatha! Tunggu!"

Teriakan dari arah belakang mampu membuat gadis itu berbalik badan. Dua orang siswa dimana salah satu diantaranya membawa notes serta kamera yang dikalungkan di leher, kini mulai berancang-ancang dengan pena di tangannya, berniat menuliskan sesuatu sesuai kalimat yang keluar dari mulut Agatha dan juga jepretan yang lebih dulu ditahan oleh gadis itu.

"Bisa nggak sih, nggak usah jadiin gue bahan artikel gosip kalian lagi?!"

"..."

"Dampak dari artikel yang kalian buat, berpengaruh besar buat mental gue! Termasuk cemooh dari orang-orang yang mempertegas anggapan mereka bahwa gue cewek nggak bener!"

Kevin dan juga Jaya saling pandang, padahal dalam hati mempertanyakan akan satu hal yang sama, "lah, bukannya dari dulu emang cewek nggak bener?"

Mulai gugup, beringsut mundur, keduanya sama-sama saling tuduh dan juga dorong-mendorong seolah tak mau terkena imbas amarah Agatha. Padahal niat Kevin dan juga Jaya menemui Agatha bukan ingin membahas skandal yang tengah viral, akan tetapi mereka ingin menanyakan hal lain.

Kevin dan juga Jaya sempat mendapat teguran dan menghadap pada petinggi sekolah. Mempertegas maksud mereka memposting ulang adegan tak bermoral di tengah lapangan ... setelahnya diperintah untuk men-takedown berita tersebut agar nama baik sekolah tidak tercemar.

Begitupun Agatha dan juga Dirga, dua sejoli yang masih terlibat perang dingin itu juga akan dikenakan sanksi atas tindakan yang telah diperbuat. Termasuk mengirim email pada kedua orangtua mereka agar bersedia datang ke sekolah guna memenuhi panggilan dari sang kepala.

Dirga menepuk keningnya pelan, napasnya berhembus berat kala mendapat sebuah pesan singkat dari Arini---sang mama.

From : Mama

Dirga, kamu bikin masalah apa sampai Mama dapat email dari kepala sekolah untuk datang menemui beliau?

Sisca dan juga Faiz menyadarinya, perubahan gestur serta raut wajah Dirga tak bisa bohong sekalipun cowok itu menggelengkan kepalanya dan segera memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja.

Sepertinya masalah Dirga sebelum dinyatakan lulus dari Trijaya akan semakin berat. Padahal dirinya ingin sebuah ketenangan dan juga kedamaian dalam hidup. Akan tetapi jika takdir telah berkata demikian, Dirga bisa apa selain pasrah dan juga menutup matanya kala Sisca menarik pergelangan tangan seseorang untuk diajak bergabung dengan mereka?

"Duduk di sini aja," kata gadis itu selepas berteriak memanggil nama seseorang dan memilih untuk bangkit berdiri kala panggilannya tak diindahkan dan hanya mendapat respon berupa tatapan bingung, juga cengo.

"Oh, iya, nama lo siapa? Gue Sisca, teman Dirga sejak kita duduk di bangku SMP." Memberanikan diri mengulurkan tangan ke arah gadis yang tengah memegang cup minuman di sebelahnya. Syukur, hal tersebut mendapat respon dari sang empu. "Gue Agatha."

Sisca menganggukkan kepalanya, sesekali melirik ke arah Dirga sembari tersenyum menggoda, bak memiliki arti lain. "Kalau ini Faiz. Dia juga temannya Dirga sejak SMP. Ya, bisa dibilang kita udah akrab hampir enam tahun."

Masih berusaha mencerna apa yang saat ini terjadi di depannya, apalagi pemandangan saat Dirga begitu lahap kala menyantap makanan yang tengah tersaji. Bak seorang food vlogger yang sedang melakukan review pada semua menu dalam kurun waktu singkat dan juga menggebu.

"Serius porsi makan lo segitu?"

Dirga sontak berhenti mengunyah, alisnya terangkat sebelah sembari menengok ke arah Agatha. "Iya, kenapa?"

"Nggak takut berat badan lo nambah?"

"Emang kenapa kalau berat badan gue nambah? Kan, biar nggak ngos-ngosan waktu gendong lo."

***

Berdiam diri tanpa melakukan apapun adalah salah satu healing terbaik bagi Agatha. Merasakan tiupan angin serta cuaca yang tak terlalu panas, membuat alam bawah sadar Agatha memberontak ingin menenggelamkan diri di dasar kolam renang yang saat ini masih menjadi tempat favorit gadis itu untuk mengurung diri.

Mendapat telepon dari sang papa yang membahas perihal email kepala sekolah, semakin membuat Agatha termenung dan tak mau masuk ke kelas guna mengikuti pelajaran seperti teman-temannya yang lain.

Dia ingin kabur, bolos pelajaran, dan berangkat ke Bandung untuk menemui sahabat karibnya. Berjalan-jalan menggunakan mobil baru, bersantai di taman sembari menunggu penjual es krim datang, mengisi waktu luang sebelum malam tiba, serta pergi clubbing agar penat hari ini bisa sirna dalam waktu singkat.

"Loh, Agatha? Bukannya hari ini nggak ada latihan?"

Coach Winda, pelatih renang yang sering mencetak prestasi di kancah nasional maupun internasional, kini resmi menjadi seorang pelatih renang untuk tim dari SMA Trijaya.

Mengusahakan semampu dan sekuat mungkin untuk anak didiknya, termasuk memberikan semangat dan juga latihan rutin di beberapa hari tertentu.

"Masa sih, coach? Bukannya Agatha masih harus belajar lebih untuk ikut turnamen polo air mendatang?"

"Polo air? Sejak kapan kamu tergabung dalam tim polo air? Saya melatih kamu untuk menjadi perenang tunggal yang handal, Agatha."

Sebenarnya ia tak lupa dengan olimpiade yang hendak diikuti mendatang, akan tetapi karena hari ini ada jadwal tim polo air untuk latihan, maka dari itu Agatha berusaha mengelabui Winda agar tak mengusirnya dari sana.

"Ya sudah, setelah tim polo air selesai, kamu siap-siap untuk latihan juga."

Agatha tersenyum, mengangguk sebelum kembali duduk dan menikmati setiap gerakan para tim polo air guna menghadapi olimpiade mendatang. Sempat berdecak kagum, hampir lupa bahwa dirinya juga butuh bersiap di ruang ganti sebelum masuk ke dalam kolam renang.

Bangkit dari duduknya, menyambar ransel di sebelahnya, lalu berjalan menuju ruang ganti baju tanpa bersitatap langsung dengan seseorang yang baru saja masuk kawasannya.

***


Seriously, Tha? [TERBIT]✅Where stories live. Discover now